Chapter 9 (Into The Woods)

775 100 5
                                    

Shawn's POV

Hailee tidur dengan sangat nyenyak di pundakku. Tak terasa waktu cepat berlalu dan kami hampir sampai di perkemahaan. Jujur aku tidak ingin momen berharga ini cepat berlalu, tapi aku tidak bisa melawan waktu dan aku hanya bisa menerimanya.

Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya kami sampai di perkemahan atau lebih tepatnya hutan. Kami tidak berkemah di tengah hutan tapi di pinggir hutan. Jika kami berkemah di tengah hutan, para pemangsa pasti tidak akan membiarkan kami pulang secara utuh. Kalian pasti mengerti maksudku.

"Ayo semuanya turun! Periksalah berang kalian sebelum turun, pastikan bahwa tidak ada barang yang tertinggal di bus! Jangan pergi dulu ke hutan, kita harus mengabsen kalian sebelum pergi ke hutan," pinta Miss Margareth.

Hailee masih tertidur di pundakku. Aku tidak tega membangunkannya, aku takut membuatnya marah. Tapi aku tidak mungkin di dalam bus terus sampai dia terbangun. Akhirnya aku memberanikan diri untuk membangunkan Hailee dari tidurnya, "Hailee ... bangunlah kita sudah sampai di perkemahan"

Hailee mulai mengerjapkan mata dan melihat ke sekeliling. Dia terlihat bingung karena mendapati bus kosong tanpa penumpang kecuali aku dan dia.

"Kita sudah sampai? Mana yang lain? Kenapa hanya ada kita berdua disini?" tanyanya.

"Yang lain sudah turun duluan, aku tidak tega membangunkanmu setelah melihat kau tidur sangat pulas."

"Bodohnya dirimu, harusnya kau membangunkanku saja. Lihat kita jadi ditinggal dengan yang lain. Aku kan belum tau kelompok satu tendaku siapa dan bagaimana jika kita tidak bisa menemukan tendanya?"

"Tenanglah tadi Miss Margareth sudah memberi tau semua yang kau tanyakan itu padaku. Jadi kau hanya mengikutiku saja dan jangan cerewet atau kau akan ku tinggal di tengah hutan!"

"Ih kau ini selalu saja memerintahku! Lain kali aku yang akan memerintahmu Tuan Johnjohn!"

"Itu Johnson bukan Johnjohn bodoh!"

"Ya ya aku tak perduli."

"Sudahlah, ayo cepat kita ke tenda, sebentar lagi gelap dan udara akan semakin dingin. Aku tidak mau mati kedinginan!" lanjutnya.

❌❌❌

Hailee's POV

Sudah berjam-jam kami berjalan tapi kami masih belum bisa menemukan tempat perkemahan. Langit berangsur gelap dan kabut mulai turun.

"Shawn apa kau yakin kita tidak akan tersesat?" tanyaku.

"Tidak! Kau ikuti saja aku," balas Shawn.

"Tapi langit mulai gelap dan kabut mulai turun, udarapun semakin dingin. Kita sudah berjalan berjam-jam tapi kita tidak sampai di lokasi perkemahan. Apa benar kau tau jalannya?"

"Iya aku yakin, sebentar lagi kita juga akan sampai. Kita hanya perlu berjalan sebentar lagi!"

"Setauku lokasi perkemahannya ada di pinggir hutan tapi sepertinya kita berjalan semakin ke tengah. Bagaimana jika kita tersesat?"

"Tidak! Aku yakin kita akan sampai kau hanya perlu mengikutiku. Jangan banyak bertanya atau kau akan ku tinggal disini!" ancamnya tanpa menoleh sedikitpun ke arahku.

Hutan sudah gelap dan mengerikan, ditambah lagi jarak pandang yang kira-kira hanya 2 meter. Udara dingin begitu menusuk sampai ke tulang, membuatku semakin lama semakin tidak mampu berjalan. Kami tidak tau ada apa didepan yang mungkin mengancam keselamatan kami. Aku sangat yakin bahwa kami tersesat.

Shawn masih memanduku di depan sambil menggenggam pisau lipatnya yang cukup panjang dan tajam. Dia menggunakan pisau itu untuk memotong dahan dan ranting pohon yang menghalangi jalan kami. Dia juga sangat waspada dengan bahaya yang mengancam di sekitar kita walau sedikit berlebihan.

The Same StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang