Hailee's POV
Pagi ini aku terbangun dengan perasaan yang tidak terlalu enak. Hati ku berkecamuk, bercampur antara perasaan ragu, peduli, semangat, dan tekad tapi perasaan ragu lah yang lebih mendominasi.
Aku bergeming, masih menatap langit-langit kamarku. Tubuhku ingin beranjak dari tempat tidurku yang sangat empuk ini tapi hatiku enggan. Perasaan bimbang telah mempengaruhi suasana hatiku.
Tok! Tok!
Seseorang mengetuk pintu kamarku. Pasti itu Shawn. Tapi dia kan bisa membuka pintu itu dengan sidik jarinya. Berarti itu bukan Shawn!
Aku duduk di pinggiran kasurku sambil berfikir siapa kira-kira yang ke kamarku pagi-pagi begini.
Tok! Tok!
Aku hanya menatap pintu itu mencoba memastikan kalau itu benar Shawn dan dia akan membuaka sendiri pintu itu. Tapi setelah berkali-kali terdengar suara ketukan tak berguna, seseorang di balik pintu itu tetap terdiam dan mengetuk pintu itu berulang kali tanpa adanya tanda bahwa dia akan membuka pintu itu.
Akhirnya dengan sedikit di paksakan aku mendekati pintu. Aku berjalan sendiri tanpa bantuan kursi roda karena sungguh aku memang tak membutuhkannya sejak keluar dari ruang perawatan. Kemarin, setelah masuk kamar kursi itu langsung ku singkirkan dan ku biarkan berdebu di pojok kamar.
Aku meletakkan jempolku di sebuah kotak kaca yang menyala. Setelah terdengar bunyi 'Klik!' pintupun terbuka.
Dua orang wanita berpakaian rapih berdiri di depan pintu sambil tersenyum ke arahku. Heran, ku kerutkan alisku.
"Selamat pagi yang mulia!" Sapa salah satunya ramah.
"Iya. Maaf apa aku ada di hotel? Jika iya, aku tidak memesan layanan hotel."
Mereka berdua sedikit terkekeh. "Yang mulia lucu ya. Anda tidak berada di hotel dan kami juga bukan pelayan hotel. Kami ini pelayan anda yang mulia. Kami di tugaskan di sini untuk melayani dan menyiapkan anda sebelum upacara peresmian di langsungkan."
Wow! Sekarang aku punya pelayan pribadi? Aku tidak akan membayar mereka dan aku juga akan menyuruh mereka seenak jidat. Liat saja!
"Pagi-pagi begini?"
"Yup! Dan Tuan Shawn ingin kami melakukan yang terbaik agar yang mulia mendapat tampilan terbaik untuk acara ini."
Ini terlalu berlebihan. Sungguh!
"Lebih baik yang mulia ikut kami untuk memilih baju. Kami sudah menyiapkan pakaian-pakaian terbaik di Folks," yang satunya berkata.
"Oh iya maaf sebelumnya. Saya Raven." Dia membungkuk ke arahku.
"Dan saya Elise. Kami di sini diberi tugas untuk-"
"Oke aku tau, kalian sudah memberi tauku tadi. Sekarang kalian hanya perlu memberi tau, aku harus apa!"
"Anda hanya perlu ikut kami yang mulia."
Aku menurutinya. Dia berdua tampak kegirangan karena berhasil mengajakku dan bergabung dengan mereka. Aku hanya di suruh berjalan mengikuti mereka tanpa tau aku akan di bawa kemana.
Mereka membawa ku ke sebuah ruangan yang cukup besar. Raven memberi tauku kalau kami ada di ruang kecantikan, di sini aku akan di beri berbagai pelayanan kecantikan. Sebenarnya aku tak mau melakukannya tapi aku juga tidak mau menjadi orang idiot yang di pertontonkan orang banyak. Aku juga ingin tampil istimewa.
Pertama, aku di beri lulur yang tak ku tau bahannya apa dan berwarna kehijauan. Setelahnya aku diberi masker, di beri cat kuku yang mengilap dan make up yang membuatku terlihat bukan seperti diriku yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Same Star
FanfictionAku Adalah seorang wanita Yang tinggal bersama kedua adikku di bumi. Di bumi? Iya dibumi, karena tempat tinggalku yang sebenarnya adalah folks yaitu sebuah planet yang sama persis dengan bumi dan belum ada manusia dari bumi yang mengetahui keberadaa...