Author's POV
Oliver mengelus dadanya sambil bergumam, "Aku harus banyak sabar!"
Hailee berjalan mendahului Oliver. Kemudian dia berhenti di tengah-tengah venue. Dia berbalik badan dan membuatnya berhadapan dengan Oliver. "Oke sekarang aku harus apa?" tanya Hailee.
"Mmm ..., begini. Apa kau sudah bisa memunculkan api birumu itu?" tanya Oliver.
Hailee menggeleng, "aku pernah mencobanya sekali tapi setelah itu aku tidak bisa melakukannya lagi."
"Apa itu di sengaja? Maksudku apa itu sudah direncanakan sebelumnya?"
"Aku memang berniatan untuk memunculkannya. Awalnya ku kira tak akan berhasil tapi ternyata berhasil."
"Mmm ..., begitu ya. Apa kau melakukan hal yang sama dengan emosi yang berbeda?"
"Sebentar biar ku ingat-ingat dulu!"
Flashback ON
"Ayolah api bodoh, muncullah muncul!" Sudah berkali-kali Hailee mencoba untuk mengeluarkan api birunya tapi api itu tak kunjung keluar juga.
"Aaarrgghh ..., ku bilang muncul! Kenapa sih api ini gak mau muncul juga?!" Hailee terus saja mengutuk api itu.
"Aku tak tahan! Aku akan potong tanganku aku bersumpah. Aku mengancammu api bodoh!" ucapnya sambil menunjuk-nunjuk telapak tangan kanannya.
Hailee mengacak rambutnya frustasi. "Ku mohon muncullah! huaaa ...," dan dia mulai menangis.
"Muncul ya, muncul! Nanti kalau kau muncul akan ku traktir makan!" Hailee mulai berbicara pada kedua tangannya sendiri.
Hailee menyeringai, "muncullaaaahhh! Kenapa kau tidak mau muncul juga? Huaa ....," dan dia menjadi gila.
Flashback OFF
"Iya berbeda. Tapi sedikit!" kata Hailee berbohong. Terakhir kali dia mencoba untuk memunculkan api itu sampai ia berani membenturkan tangannya sendiri ke meja dan membuatnya kesakitan.
"Kalau begitu coba kau keluarkan api itu. Pertama kau harus tenang, mungkin dengan keadaan tenang dan damai api itu akan keluar."
Hailee mengangguk. Dia memejamkan matanya dan mencoba untuk tenang. Dia berkonsentrasi penuh demi api birunya itu.
"Sudah muncul!" seru Oliver. Hailee membuka matanya. Dia membuka mulutnya tak percaya dan matanya membulat.
Hailee tak percaya dia berhasil mengeluarkannya. Ternyata cara dia mengeluarkan api biru itu salah.
Kemudian dia menghentakkan tangannya dan membuat api itu semakin membesar. "Whoa! Kau lihat?" tanya Hailee takjub. Oliver mengangguk. Semua orang menghentikan aktivitasnya dan beralih melihat Hailee.
Mereka semua penasaran dengan 'calon Ratu baru'. Para pelatih juga memperhatikan Hailee. Malah para pelatih itu melihat paling depan. Untuk mencapai tempat paling depan para pelatih menyelip-nyelip bahkan samapi mengancam murid-murid yang mereka latih.
"Ok! Tahan api itu, jangan sampai membesar!" Hailee mengangguk, "lalu?"
"Sekarang coba kau tembakkan api itu ke .., HEI KALIAN MINGGIR JIKA TIDAK INGIN TERKENA API INI!" Oliver berteriak kepada kumpulan penonton yang berkumpul menghalangi target sasaran tembak.
Setelahnya mereka menyingkir. "Kau tembak ke titik sasaran tembak itu!" lanjutnya.
Hailee membuang nafas kasar. "Baiklah!" Lalu dia meletakkan kedua tangannya di depan. Dia menyipitkan matanya, mencoba untuk menyesuaikan tangannya dengan titik kecil itu. Mengambil nafas dalam lalu, "HA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Same Star
FanfictionAku Adalah seorang wanita Yang tinggal bersama kedua adikku di bumi. Di bumi? Iya dibumi, karena tempat tinggalku yang sebenarnya adalah folks yaitu sebuah planet yang sama persis dengan bumi dan belum ada manusia dari bumi yang mengetahui keberadaa...