19.Wake up Sel.

4.5K 262 11
                                    

Justin's pov

Gue menatap pintu darurat. Selena didalam, dia lagi diperiksa sama dokter. Gue mengusap muka gue kasar. Gue takut selena kenapa kenapa.

"Just, duduk disini." Gue mengacuhkan nya dan tetap berdiri didepan pintu darurat.

"Justin, lo bisa tenang? Selena-"

"Gimana gue gak bisa tenang hah? Cewek gue didalem li, cewek gue!! Coba seandainya selena itu kim hah? Apa yang lo lakuin?! Pikir!" Bentak gue. Lion terdiam.

"Tapi seengga nya lo tenang.. gue yakin selena baik baik aja kok." Gue cuma diem.

"Justin.." gue menengok seketika, melihat mama sama papanya selena. Gue tersenyum paksa lalu memeluk mama selena yang lagi nangis.

"Apa yang terjadi? Kenapa semuanya kaya gini? Selena gapapa kan? Selena kenapa bisa kecelakaan? Justin, jawab tante!" Ucap mama selena. Air mata yang gue tahan sedari tadi pecah gitu aja.

"Justin gak tau tante.." ucap gue. Mama selena terisak. Mama selena melepas pelukan gue lalu mengambil tissue yang ada di tasnya. Dia mengambil tangan gue, lalu mengelap bercak darah di lengan gue.

Gue menghapus air mata gue dengan kasar. Tapinya tetap turun. Gue cengeng. Papa selena menepuk punggung gue lalu mengusapnya.

"Selena kuat justin.. om tau itu." Ucap papa selena. Gue mengangguk.

"Keluarga?" Tiba tiba dokter keluar. Gue dan mama papa slena langsng menghampiri dokter.

"Selena baik baik aja kan dok?" Tanya gue. Dokter itu tersenyum.
"Selena sempat kehabisan darah karna darah yang terus mengalir di kepalanya. Saya tidak bisa melihat apa yang terjadi oleh selena. Saya tidak mau memberi tahu kesalahan. Yang saya curigakan selena akan kehilangan sedikit memori nya." Gue terdiam.

"A-am-amnesia?" Dokter itu mengangguk.

"Amnesia yang hanya melupakan memori separuhnya." Ucap dokter.

"Kita hanya bisa menunggu kapan selena akan siuman, dan memeriksa kembali apa kehilangan memori itu ada atau tidak. Saya permisi." dokter itu pergi.

Gue dengan cepat masuk terlebih dahulu. Berjalan kearah kasur kecil yang ditempati oleh selena. Gue dengan perlahan duduk dikursi samping kasur kecil. Mengambil tangan selena yang diinfus, mengelus nya dengan pelahan.

"H-hey.." bisik gue dengan suara serak. Gue mengecup punggung tangannya.

"Jangan lama lama tidurnya sayang.." gue beranjak dan menunduk mendekatkan muka gue dengan muka selena. Ada selang pernafasan di kedua lubang hidungnya. Gue mengecup keningnya lembut.

"Bangun sel, aku janji, abis kamu bangun aku bakal turutin apa kemauan kamu.." ucap gue. Air mata gue jatuh ke pipi gue.

"Aku nangis sayang, kamu gak mau ngelap air mata aku pake tangan kamu hmm?" Ucap gue dengan tawa yang sumbang.

"Ac nya dingin ya sel? Tangan kamu dingin. Atau tangan aku yang dingin?" Ucap gue. Selena hanya menutup matanya dengan tenang.

"Buka mata kamu." Bisik gue meremas tangannya.

"Buka mata kamu sel." Kesal gue.
"Kamu dengerkan, aku bilang buka mata kamu!" Bentak gue.

"Justin!" Suara lion. Lion menarik lengan gue tapi gue tepis dengan kasar. Mengecup semua lekuk selena dengan cepat lalu memeluknya.

Gue terisak. "Aku disini sayang! Bangun!!" Kesal gue. Gue kaya di tarik, dengan lemah gue melepas pelukan gue. Kim menduduki gue dikursi. Dia memeluk kepala gue.

"Dengar justin.. selena gak pernah suka sama cowok yang nangis di hadapannya. Dia bakal bangun, gue yakin. Dia kuat, dan dia pasti gak bakal ninggalin kita semua apalagi lo, selena sayang sama lo, cinta sama lo." Gue memejamkan mata gue. Kepala gue pusing. Kim mengelus rambut gue.

"Justin.." kim mengangkat kepala gue buat ngeliat dia. Gue menyipitkan mata gue karna cahaya disini terang. Kepala gue pening.

"Justin! Hey!" Kim menepuk pipi gue. Gue menutup mata gue, menyender di perut kim.

"Justin!" Gue membuka mata gue perlahan. Dan semuanya gelap.

Dikit?
Gapapa lah.

Vomment..

Love,
Naz.

Love yourself. [Jelena]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang