Justin's pov
Gue menutup muka gue dan sedikit menekan. Kapan pintu sialan itu kebuka? Kapan dokter keluar? Kapan dokter bilang kolo selena dan baby gue gapapa? Selama itukah?
Gue yang masih menekuk lutut gue. Menangis deras yang sampai sekarang gak berenti berenti. Pasangan sialan itu masih berada didepan gue. Tanpa duduk. Hanya diam, berdiri.
"Daddy!" Gue melepas kedua tangan gue yang berada di wajah gue. Jay menatap gue dan dia sedikit membuka mulut dan memelotot matanya.
"Daddy.. kenapa nangis?" Bisik jay, jay menatap gue dengan melengkung kan alisnya dan memainkan jari kecilnya di lutut gue.
Gue tersenyum lalu mengangkat jay dan mendekap tubuhnya dengan erat. Jay juga membalas pelukan gue. Gue makin terisak. Memejamkan mata gue dengan erat, seakan akan gue gak mau air mata itu jatuh dari mata gue tapi itu semua percuma. Tangis gue udah gak bisa ditahan.
"Daddy kok nangis. Kata mommy cowok itu gak boleh nangis, nanti katanya bakal dikatain cengeng." Ucap jay seraya melepas pelukan gue tanpa beranjak. Jay menempelkan kedua telapak tangannya di kedua pipi gue yang udah lengket. Jay mengusap pipi gue. Gue tertawa sumbang. Mengecup kening jay.
"Mommy mana, daddy?" Bisik jay. "Kata daddy, daddy bakal bawa mommy telus bakal ada dirumah. Tapi jay tunggu tunggu, daddy gak dateng dateng."
Paru paru gue serasa udah gak cukup lagi menampung udara masuk, dan hidung gue mampet karna tangisan gue. Gue gak bisa nafas.
"Dan dad, kita kenapa halus ada disini telus? Jay gak suka sama tempat ini. Kita pulang yuk, oiya jay lupa. Daddy jawab, mommy dimana?" Ucap jay.
"Mom-mommy kamu.. jay. Mommy kamu ada didalem sayang." Bisik gue seraya menunjuk pintu yang belum kebuka itu dengan dagu gue.
"Mommy kenapa ada didalam daddy?" Gue memejamkan mata gue."Jay, sama uncle yuk. Nanti uncle yang jawab semuannya, oiya jay punya uncle baru. Namanya uncle nathan lohh.." gue mendongak melihat lion berjalan mendekat kearah gue. Jay langsung mengalihkan kearah lion.
"Ohya uncle? Itu?" Seru jay seraya beranjak. Gue mengecup pipi nya dengan cepat sebelum dia jalan kearah kearah lion.
"Hallo jay. Main sama uncle nathan yuk." Ucap nathan. Gue tersenyum tipis.
Jay langsung berlari kearah nathan dan meminta gendong. Jay gampang akrab ya.
"Uncle nathan, bibil uncle ada apanya itu item item?" Samar samar gue mendengar jay karna nathan,lion dan kim meninggalkan gue disini.
"Justin.." gue mendongak. Menatap datar kearah mamanya selena.
"Maafin tante, justin." Bisik mama selena.
"Tante emang gak pantes jadi ibu. Tante hanya mencintai suami tante, bukan dengan anak tante, tante salah, justin. Tante minta maaf." Ucap mama selena dengan isak tangisnya. Gue memejamkan mata gue.
"Ju-"
"Ssssttt," desis gue seraya membuka mata gue. Gue menghapus air mata gue dan merentangkan kedua tangan gue seperti meminta pelukan.
"Justin gak pernah bisa marah sama perempuan. Apalagi ngedenger tangisan perempuan. Dan justin gak marah sama tante, justin hanya marah sama siapa yang menembak selena. Perempuan yang justin cintai." Ucap gue. Mama selena berlari kearah gue dan dia memeluk gue dengan erat. Dia kaya mom gue.
"Maafin tante." Bisik mama selena. Gue memejamkan gue.
"Tante gak perlu minta maaf." Bisik gue memeluk mama selena dengan erat.