Selena's pov
Gue cape. Gue cape ngeliat justin masuk rumah sakit terus. Kenapa gak gue aja? Gue yang disini membuat masalah, gue yang membuat fredo kesini, dan gue yang membuat justin celaka. Kenapa gue gak dapet imbasnya? Kenapa harus cowok yang gue sayang, gue cinta, dan gue gak mau kehilangannya yang dapet itu semua.
"Mommy jangan nangis," gue tersenyum dan menghapus air mata gue. "Kan tadi kata doktel, daddy gapapa." Ucap jay, tangan mungilnya memegang kedua pipi gue.
"Iya sayang, mommy gak nangis." Gue tertawa kecil lalu memeluk tubuh jay dengan erat.
"Mommy sayang jay, jangan tinggalin mommy ya jay." Bisik gue.
"Jay janji, jay gak bakal ninggalin mommy, jay bakal jagain mommy kolo daddy lagi gak ada." Ucap jay. Gue mengecup keningnnya.
"Kita liat daddy yu." Ucap gue lalu menggendong jay.
Gue membuka pintunya dengan perlahan. Mendapatkan kim dan lion yang sedang tertidur di sofa. Dan kasur rumah sakit ada justin, tertidur tenang. Ada perban putih mengelilingi keningnya.
"Jay, sini sama uncle." Gue menengok, lion berubah posisi menjadi duduk dan di bahunya terdapat kepala kim yang sedang tertidur.
Gue menurunkan jay dengan perlahan. Dan berbalik kembali melihat justin. Gue menarik tempat duduk di sebelah kasur dan duduk. Mengambil tangan justin yang gak di infus dengan lembut. Mengenggamnya dengan erat.
"Maafin aku," bisik gue. Gue menatap wajah pucat justin. "Ini semua aku yang salah. Aku yang bikin kamu berantem sama fredo, untuk ngerebutin aku sama jay. Harus nya kamu relain aku, kolo kamu relain aku, kamu gak akan kaya gini justin." Ucap gue. Air mata gue jatuh kembali.
"Ayo bangun." Gue mengecup punggung tangan justin.
"Jangan bikin aku khawatir."
"Aku gak mau kamu tidur lama lama."
"Kata dokter kamu gapapa, buktiin kolo kamu gapapa justin."
"Justin bangun." Bisik gue. Gue memejamkan mata gue dan membuka kembali. Gue beranjak tanpa melepas genggaman gue.
Mengecup ngecup kening justin. Dan menatap wajah justin.
"Justin." Bisik gue. Gue mengusap wajahnya dengan tangan kosong. Gue mengecup hidungnya dan menempelkan hidung gue dengan hidung justin.
"I promise that one day I'll be around, I'll keep you safe, I'll keep you sound," gue mengecup keningnya.
"Right now it's pretty crazy, and I don't know how to stop or slow it down," gue bernyanyi yang di nyanyikan oleh artis shawn mendes itu, dan itu lagu yang sering gue denger saat justin ingin meniduri jay. Karna lagunya yang slow, mungkin justin bisa membuat jay tidur.
"Hey, I know there are somethings we need to talk about," Gue mengusap pipinya.
"And I can't stay, just let me hold you for a little longer now," senandu gue, gue tertawa kecil. Dan air mata jatuh dengan deras. Justin membuka matanya.
"Take a piece of my heart, and make it all you own, so when we are apart, you'll never be alone.." justin menatap gue dengan kedipan yang menurut gue itu lucu.
"You'll never be alone.." Gue mengecup keningnya dengan senang.
"Lion, justin bangun." Ucap gue seraya menengok kearah lion dan mengusap air mata gue. Lion menatap gue lalu dia menurunkan jay dan mengambil kepala kim dengan perlahan, dan lion meniduri kim di sofa.
"Lo jagain justin, gue panggil dokter dulu." Ucap gue, gue melepas kaitan jari jari gue di tangan justin.
Gue berbalik, tapi tangan mencengkram pergelangan tangan gue. Gue berbalik, justin melihat kearah gue dan tangan nya yang mencengkram gue. Gue mengambil tangan nya dan mengenggamnya.
"Ada apa?" Ucap gue, mendekat kearah justin.
"Disini." Bisik justin kecil bahkan hampir gak kedengeran.
"Lo aja yang jagain justin, gue yang manggil dokter." Ucap lion. Gue ngangguk.
Gue mengusap punggung tangan justin. Sesekali menciumnya. Justin menarik nafas, dan gue menatap justin.
"Ada yang sakit?" Bisik gue. Justin menggeleng dan tersenyum.
"Ak-"
"Mommy! Jay mau lihat daddy!" Gue menunduk menatap jay yang meloncat loncat. Gue mendengar justin tertawa kecil.
Gue tersenyum, lalu mengendong jay dan mendudukinya di kasur di samping tubuh justin dam dekat dengan kepala justin. Jay langsung berbalik melihat justin dan tangan mungilnya mengusap rambut justin.
"Daddy bangun?" Ucap jay. Gue mengusap lengan justin. Gue melihat justin mengangguk.
"Daddy tau gak, tadi mommy gak belenti nangis. Jay udah nenangin mommy, tapi mommy nya tetep nangis, dad." Ucap jay. Gue melotot. Aduh, anak kecil! Justin menatap gue, gue menatapnya datar.
Seketika justin tertawa. Gue mengernyit.
"Itu tandanya mommy kamu gak mau kehilangan daddy, mommy kamu khawatir sama daddy." Ucap justin lalu matanya berkedip genit kearah gue. Pipi gue memanas seketika.
"Geer banget sih." Sinis gue. Justin tertawa singkat.
"Sini sel." Justin menepuk kasur kirinya. Yang artinya gue harus pindah ke sana.
Justin menarik gue dan mengecup kening gue dengan lembut. Gue tersenyum. Dan gue mengecup pipi nya.
"Jay mau!" Ucap jay cemberut.
"Gak mau, daddy maunya nyium mommy doang." Ucap justin. Gue menatap jay, dan mata jay berkilau.
Dan seketika tangisan jay pecah, dan ruangan ini ramai dengan tangisannya. Justin tertawa dan menggendong jay dan memeluknya."Ssstt, daddy cuma bercanda sayang." Ucap justin seraya mengecup kening jay. Jay memukul bahu justin.
Gue terkekeh, jay marah. Pintu tiba tiba kebuka. Lion dan dokter berjalan mendekat kearah kita.
"Jay, daddy nya mau diperiksa dulu sayang, sini sama mommy." Ucap gue dan mengambil jay tapi jay menepis tangan gue.
"Jay maunya sama daddy." Teriak jay. Tadi marah ke ayahnya sekarang dia maunya deketan sama ayahnya. Maunya apa?
"Tap-"
"Gapapa kok, saya rasa dia baik sangat baik." Ucap dokter dan entah dokter nya ngapain alat alat rumah sakit ini. Gue cuma ngangguk.
Justin menunduk kearah jay dan mengusap air mata jay dengam ibu jarinya lalu mengecup pucuk kepala jay.
Gue mengecup rambut justin. Gue mengusap rambut justin dengan lembut.
"I love you." Bisik gue. Justin menatap gue dan tersenyum.
"I love you too." Gue mengecup kening justin singkat.
♥♥♥
Vomment!