Selena's pov
Gue menatap justin yang juga lagi menatap gue, gue tersenyum. Kedua tangan justin memegang sisi perut gue yang udah membesar. Kadang-kadang dia mencium perut gue dan tertawa pelan.
"Aku gak sabar sel." Bisik justin dan dia menempelkan telinganya diperut gue.
Gue mengelus rambut justin, "Aku juga. Tapi gak tau rasa melahirkan gimana, yang aku tau itu sakit banget." Ucap gue membayangkan kolo gue ngelahirin.
"Kata mom aku, ngelahirin emang sakit, tapi katanya kolo udah ngelahirin dan ngeliat baby, itu rasanya lega, senang, bahagia, rasa sakit itu hanya angin sebentar. Kata mom aku sih, aku gak tau. Aku kan cowok, ya kali ngelahirin." Jelas justin. Gue ketawa, karna kata kata terakhirnya. Justin terkekeh dan dia beranjak.
"Aku mau minum, jangan banyak jalan. Awas." Justin menunjuk gue dengan mata menyipit.
"Iya iya." Ucap gue. Justin tersenyum dan dia mengecup kening gue lalu pergi ke dapur.
Gue memegangi perut bawa gue dan sedikit beranjak, gue mengambil remot tv dan duduk kembali.
"PRANG.." gue tersentak, dan gue membalikan tubuh gue kebelakang. Dapur.
Gue bangun dan berjalan kearah dapur. Gue menatap justin yang lagi meringis kesakitan dan tangan kanannya memegangi tembok. Gue menatap ke bawah. Gue melihat lantai basah, banya pecahan kaca dan kaki justin berada ditengah pecahan kaca.
"Justin. Astaga." Gue berjalan sedikit berlari. Justin menatap gue.
"Aku udah bilang jangan jal-"
"Diem!" Ucap gue dan menatap justin tajam. Gue memeluk pinggang justin dan menuntun dia ke meja makan , lalu menduduki dia di kursi.
"Ceroboh banget sih!" Bentak gue kesel. Justin menatap gue seraya memajukan bibirnya.
Gue berjalan kearah pecahan kaca itu.
"Sayang, udah aku aja yang bersi-"
"Bisa diem gak?" Ketus gue seraya menatap justin. Justin melipat bibirnya ke dalem. Gue kesel bukan marah.
Gue jongkok dengan perlahan dan mengambil pecahan kaca itu. Gue berjalan kearah tong sampah dan mengambil sapu. Membersihkan pecahan kacanya yang tersisa di lantai.
Gue menyimpan sapu ditempatnya lagi dan gue berjalan kearah lemari deket tangga, gue mengambil p3k di lemari dan gue berjalan lagi kearah justin. Gue menyimpan p3k dilantai dan gue duduk dilantai.
"Selena, engga. Bangun gak? Aku aja yang obatin kaki aku. Lantai dingin,sel. Ba-"
"Ih. Diem coba. Kolo kamu yang obatin luka kamu, pasti gak bener, nanti infeksi aja. Udah diem. Tutup mulut. Dan aku yang obatin kaki kamu. Sstt." Ucap gue.
Gue mengambil kapas dan alkohol. Gue basahin kapas pake alkoholnya dan gue mengusap perlahan kearah luka nya.
"Pake hati selena. Kamu marah, jangan luka aku yang jadi korban. Sakit tau." Ucap justin dan dia menggerak gerakkan kakinya.
"Ssttt! Diem!" Gue menekan lukanya dan menatap justin.
"Aww." Erang justin kecil. Mata nya terpejam dan mulutnya terbuka. Alisnya juga melengkung. Tangannya meremas kaca meja makan dan kursinya.
"Bener deh ya, meningan aku aja yang ngobatin. Serius, aku bisa kok." Ucap justin. Gue menggeleng dan beranjak, tapi perut serasa sakit.
"Ahh.." ringis gue. Dan gue oleng kearah justin. Gue memegangi bahu justin.
"Kenapa?" Gue menggeleng.
"Gak tau." Bisik gue. Justin beranjak, masih memegangi pinggang gue.