Banyak sekali kejadian yang terjadi beberapa bulan lalu. Aku masih sering ke makam papa untuk berziarah. Setidaknya itu yang bisa aku lakukan.
"Adam! Selamat ya!" Ucapku. Ia telah lulus dari SMA. Ia mau melanjutkan kuliah di Bisnis Manajemen sama seperti Ray.
Adam memelukku. "Makasih, Kay!" Hingga kini aku masih takut memeluknya. "Lo nggak mau lo peluk gue?" Tanyanya.
"Gue takut."
"Try." Akhirnya aku memeluknya. Dan hebatnya ia tak merasakan sakit itu lagi.
"Wah! Kok bisa?" Tanya ku dengan antusias.
"Gue belajar." Ia menyengir. "Gue boleh ngomong sesuatu nggak sama lo, Kay?"
"Ngomong apaan?"
"Perasaan gue belum berubah. Gue masih suka sama lo. Lo mau nggak jadi pacar gue?" Tanyanya.
Aku membungkam membisu. "Gue..." Aku tak tau mau menjawab apa.
"Kay, lo nggak usah jawab sekarang. Seenggaknya gue udah mempertanyakan ini. Tolong, gue bener-bener lo mau." Ucapnya.
Aku mengangguk. "Eh, kita foto dulu yuk." Aku mengeluarkan kamera kecil dari saku jaketku. Adam memelukku dari belakang dan tersenyum.
Akhirnya aku pergi menemui Emily. "Hey, Em." Sapaku.
"Hey, sweety."
"Adam nembak gue." Aku sudah pernah menceritakan tentang dramaku dengan Emily. Dan dia lumayan terkejut karena menurutnya, itu hal paling konyol yang pernah terjadi diabad ini.
"Terus lo jawab apa?" Tanyanya.
"Belum gue jawab."
"Gue lega tau lo waktu itu cuma drama aja, Kay. Tapi mendingan jangan terima dia deh."
"Em, dia baik kok. Kenapa sih lo berpikiran negative terus sama dia? Padahal kan dulu, lo suka banget sama dia."
Dia mengangkat kedua bahunya. "Itu kan dulu. Lagi pula kalau dia baik, dia nggak mungkin menggoda gue untuk tidur sama dia, Kay." Mataku mebelalak.
"Demi apa?" Aku masih tak percaya. "Kepan?!"
"Udah lama sih. Tapi gue masih benar-benar ingat cara dia menggoda gue, Kay. Mending jangan deh." Aku diam.
"Kelly!" Teriak seseorang dari belakang. Ian. Aku dan Ian sudah baikkan. Awalnya sangat canggung, tapi lama kelamaan kami menjadi seperti dulu lagi.
"Hey." Sapaku.
"Lo pergi ke prom night?" Tanyanya.
"Bukannya itu senior aja?"
"Dulu sih gitu, tapi sekarang terbuka untuk umum." Aku mengangguk-angguk. "Lo pergi ga?"
Aku mengangkat kedua bahuku. "Nggak tau. Mungkin iya." Ucapku.
"Lo harus dateng, Kell. Kalau lo dateng, lo sama gue ya?"
"Gue nggak tau, Ian." Ucapku.
"Kalau bukan gue kira-kira lo mau pergi sama siapa?"
Aku mengangkat kedua bahuku. "Adam? Ray? Atau....." Aku memikirkan beberapa nama lagi. "Nggak tau deh. Gue aja nggak tau dateng atau engga."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen
Teen Fiction[COMPLETED] Hey, aku Kayla Kingsley. Aku adalah perempuan biasa yang mengharapkan cintanya dibalas oleh sahabat baiknya sejak kami TK. Aku hidup terbiasa tanpa seorang ayah yang menemani hari-hariku selama 17 tahun. Davian Kennedy adalah sahabat yan...