Nggak ada ide untuk judul part ini.
Apa aja deh yang penting okeh! ❤️--------------
"Terus gimana, Kay?" Tanya Emily. Siang ini aku main ke rumahnya. Kabur dari Ian, Adam, dan Ray. Mereka bertiga tak berhenti menghubungiku, setelah beberapa hari lalu menyatakan perasaan mereka di hari yang sama.
Ini rasanya menjadi satu-satunya manusia di kota penuh zombie. Ya, aku adalah makanan mereka.
"Gue nggak tau, Em. Perasaan gue nggak jelas sama mereka bertiga. Maksud gue, gue sama sekali nggak mengira kalau mereka bakal suka sama gue. Ketiganya."
Emily berpikir. "Lo pikirin deh kelebihan sama kekurangan mereka masing-masing, Kay."
Aku menggaruk-garuk kepalaku yang sama sekali tak gatal. "Gue bingung! Atau ngga tau mau pilih yang mana."
Tiba-tiba ponselku berdering bunyi pesan.
Adam : Prom night udh dket, Kay!
Adam : Please come w me!
"Adam ngajak gue ke prom. Ian juga. Siaaaaal!" Aku benar-benar tak tau siapa yang aku pilih.
Ponselku berdering lagi. Nama dan foto Ray terlihat di layar. "Ray!" Ucapku pada Emily sebelum aku mengangkatnya.
"Halo?" Ucapku.
"Kay! Lo pergi ke Prom DHS lusa?" Tanyanya
"Mungkin iya. Ian dan Adam ajak gue pergi. Tapi gue nggak tau harus pergi sama siapa. Mungkin gue akan pergi sama--"
"Gue!" Ucapnya melengkapi kalimatku.
"Pertama, tadi gue mau bilang kalau gue mau pergi sama Emily. Kedua, emang lo boleh dateng ke sekolah gue?"
"Gue kan alumni, masa ngga boleh dateng?"
"Alumni? Lo kok nggak pernah cerita?"
"Lo nggak pernah tanya." Jawabnya. Emily memberi tatapan bertanya-tanya padaku. Aku hanya mengedip-edipkan mataku.
"Gue dateng sama Emily. Kita ketemu aja disana, ok?"
"Ya, oke. Tapi kalau sampai lo nggak dateng ke prom lusa ini, gue berani jamin lo nggak akan dateng ke prom selanjutnya."
"Oh, gue di ancem? Ya, ya, ya. Lo sekarang udah terdengar kayak mafia haus darah."
Aku dapat mendengar tawanya. "Maaf, kayaknya tadi kasar. Ya udah, pokoknya kamu harus dateng. Dah, love you." Ia langsung mematikan telepon.
"Kenapa?" Tanya Emily.
Aku menaikkan kedua bahuku. "Kita cari baju prom aja, yuk? Lusa loh." Ucapku.
Emily pun setuju dengan ajakkan ku.
***
Aku melihat-lihat baju yang tergantung dengan rapi. Aku bingung mau memilih yang mana, karena semua bagus-bagus. "Lo mau yang mana, Em?" Tanyaku.Dia pun mengangkat kedua bahunya. "Bingung, Kay. Bagus-bagus bajunya." Ya, aku pun setuju dengannya.
Perhatianku diambil oleh baju yang terpajang cantik di manekin. "Gue mau yang ini deh." Ketika aku melihat harganya, baju ini tak begitu mahal. Tabunganku cukup untuk membeli baju ini.
Aku pun mencoba baju ini. "Em, gimana? Bagus nggak?"
"Bagus banget, Kay! Gue nggak bohong!" Ucapnya.
"Masa sih?" Tanyaku. Emily mengangguk-angguk. "Lo pilih yang mana?"
"Yang merah ini. Bagus nggak?" Dia memperlihatkanku gaun merah yang sederhana namun anggun.
"Bagus, Em. Coba dulu deh." Emily mengangguk dan masuk ke ruang ganti.
Setelah aku mengganti baju, aku menunggu Emily didepan pintu ruang ganti. "Gimana?"
Emily terlihat sangat cantik mengenakkan gaun ini. Kulitnya terlihat lebih cerah. "Bagus banget, Em. Cocok sama kulit lo." Ucapku.
Akhirnya kami ke kasir dan membayar baju tadi. Lalu kami melanjutkan dengan mencari pernak-pernik cantik. Setelah itu kami mencari tempat makan, karena kami sangat-sangat lapar.
Setelah pesanan kami datang, kami menyantapnya. "Kay, kira-kira lo kapan mau jawab pertanyaan mereka bertiga?"
Aku menaikkan kedua bahuku. "Um, nggak tau. Yang bertahan paling lama, dia yang gue terima." Ucapku dengan santai.
Emily menggeleng-gelengkan kepalanya. "Di gantungin nggak enak loh, Kay. Mending lo pikir-pikir deh siapa yang akan jadi pacar lo."
"Kita itu harus mengikuti arus, Em." Ucapku. Emily sepertinya menyerah bicara denganku.
Aku benar-benar tak tau siapa yang akan aku terima. Adam? Yang melihatku sebagai Laura? Ian? Yang pernah mencampakkan ku? Atau Ray? Yang mengaku dia adalah seseorang yang tak baik? Jadi aku harus pilih yang mana? Argh!!
-----
Sorry banget. Part ini sedikit. Soalnya biar Emily ada peran aja. Huhu. Karena nggak ada ide jadi gini :(
Happy monday!
Vote and Comment plsss!! ❤️❤️
Love yeaah! ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen
Teen Fiction[COMPLETED] Hey, aku Kayla Kingsley. Aku adalah perempuan biasa yang mengharapkan cintanya dibalas oleh sahabat baiknya sejak kami TK. Aku hidup terbiasa tanpa seorang ayah yang menemani hari-hariku selama 17 tahun. Davian Kennedy adalah sahabat yan...