Part 19; Friends or Lovers?!

162 14 0
                                    

Check out cover-nya deh!

-----------

Aku tak menyangka apa yang aku lihat ini diriku sendiri. Mama sangat pintar mendadaniku. Sepertinya tak akan ada yang mengenaliku nanti. Hehe.

"Cantiknya anak mama." Ucap mama dari belakangku.

Aku memutar balikkan badanku dan tersenyum pada mama. "Makasih ya, ma."

Beberapa saat lalu Emily mengirim pesan padaku kalau dia akan pergi bersama Bobby. Aku tak mempermasalahkan hal itu, karena mama mau mengantarku.

"Ray apa kabar, Kay?" Tanya mama ketika kami dalam perjalanan.

"Baik kok, ma."

"Mama jarang lihat dia main ke rumah lagi. Kenapa?"

"Enggak apa-apa. Dia mungkin lagi sibuk." Jawabku.

"Sayang, kamu bisa pulang bersama Ian,  kan nanti? Mama ada tugas malam." Aku hanya mengangguk.

Ketika sudah dekat, jantung ini mulai berdebar kencang. Entah mengapa.

Ballroom ini tampak sangat megah. Pantas saja mereka mengundang alumni dan seluruh sekolah. "Makasih ma." Ucapku. Mama mencium pipiku sebagai tanda selamat tinggal.

Aku pun turun dari mobil. Mereka membuatnya seperti acara red carpet. Jadi ketika aku melewati karpet merah ini mereka akan mengambil foto atas diriku.

Tiba-tiba seseorang dari belakang menggenggam tanganku. Aku sedikit terkejut. "Ray?"

"Hey, cantik." Sapanya. "Senyum!" Perintahnya. Ray tampak berbeda jika ia mengenakan tuksedo. Ia tampak lebih tampan dari pada biasanya. Anting hitam itu tak pernah lepas dari kupingnya. Ku rasa.

Ray merangkul pinggangku dan memandang ke kamera. Aku pun tersenyum pada kamera itu.

Kami pun akhirnya masuk ke dalam. Di dalam sangat ramai. Ray menyalami beberapa orang yang tak ku kenal. Tapi aku yakin mereka alumni juga. "Ray, gue kesana dulu." Ucapku.

Aku melewati kerumunan orang yang sedang asik berdansa. Mencari sosok Emily. Tapi aku tak menemukannya. Aku mengambil minuman yang ada diatas meja.

"Kayla?" Teriak seseorang dari belakang. Aku pun menoleh ke sumber suara.

"Adam!" Sapaku. Dia sangat tampan mengenakan tuksedo putih. "Lo sama siapa?" Tanyaku.

"Maunya sama lo, tapi lo pergi sama Ray."

Aku menggeleng. "Gue ketemu sama Ray di depan tadi." Jelasku dengan singkat.

Adam mengangguk-anggukan kepalanya. "Okay. Mau dansa?" Aku menggeleng. "Kenapa?"

"Gue nggak bisa."

Adam tertawa. Dia langsung menarikku. "Ikutin aja beat musiknya."
Aku pun mengikuti masukan Adam, dan ini sangat asik.

Tiba-tiba musik berganti jadi tenang. Melodinya sangat halus. Semua orang berdansa dengan pasangan mereka masing-masing. Aku mencari sosok Adam, namun dia tiba-tiba menghilang. Aku rasa aku terlalu asik berdansa tadi, sehingga aku kehilangan nya.

Aku dikejutkan dengan tangan yang merangkul pinggangku. "Hey." Sapa Ray.

"Ray, sebelum lo malu, gue mau kasih tau. Gue nggak bisa dansa kayak gitu."

Ray tersenyum manis. Dia meletakan tangan kananku di pundaknya. Tangan kirinya memegang pinggangku. Sedangkan tangan kiriku dan tangan kanannya saling berpegangan dan terayun diudara. Tangan kanannya menarikku lebih dekat dengannya. "Naik ke kaki gue, Kay." Bisiknya.

The ChosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang