Guess Who?!!
----------
Dering telepon membangunkanku dari tidurku. Pukul menunjukkan jam 3.25 dini hari. Dengan mata setengah terbuka dan dengan kantuk yang sangat hebat, aku membaca nama yang meneleponku. Adam Sawyer. "Halo?" Ucapku dengan suara baru bangun.
"Kay..." Ucap Adam dari sebrang. Suaranya seperti sedang menangis.
Aku langsung duduk diatas tempat tidurku. "Kenapa, Dam?" Tanyaku.
"Laura..."
"Kenapa Laura???" Tanyaku panik.
"Laura ternyata udah meninggal."
"Haa? Lo... Ng.. Aduh." Aku bingung harus bicara apa. "Gue ke rumah lo sekarang." Ucapku yang langsung mematikan telepon.
Aku buru-buru mengganti bajuku dan mengenakkan jaketku. Aku langsung berlari mengambil kunci mobil di atas meja makan. Lalu dengan buru-buru juga aku berlari keluar rumah. Aku yakin mama pasti masih tidur.
Aku melewati jalanan yang masih sangat sepi. Maka dari itu, tak memakan waktu banyak untuk sampai di rumahnya.
Aku memarkirkan mobilku didepan rumahnya. Pagi-pagi buta begini, rumah Adam masih ada penjaganya? Astaga.
"Ada yang bisa kami bantu?"
"Ya, aku mau ketemu Adam."
"Maaf, mungkin tuan Adam masih tidur. Orang gila mana yang mau bertamu jam segini? Lebih baik kamu pulang, dan melanjutkan tidur."
"Adam menelepon aku tadi."
"Bagaimana kami bisa percaya?"
"Kenapa sih kalian sangat menyebalkan?" Ucapku kesal.
"Biarin dia masuk." Suara Adam terdengar dari speaker yang menempel di pagar.
Mereka buru-buru membukakan pintu untukku. Aku pun menjulurkan lidahku kepada dua orang berbadan besar tadi. Salah satu dari mereka mengantarku masuk ke dalam. "Rumah Adam dijaga ketat banget." Gumamku.
"Ya, biar nggak ada tamu gila sepertimu masuk ke rumah subuh-subuh begini." Ucapnya. Aku pun mendengus kesal.
Adam menungguku didepan pintu. Aku pun berlari dan memeluknya. "Adam!" Dia menangis dalam pelukku. "Adam, tenang! Kita masuk aja, gimana?"
Adam mengangguk dan mengantarku masuk ke dalam kamarnya. "Makasih, Kay."
"Cerita ke gue, deh. Ada apa?"
"Gue baru tau tadi, ternyata Laura... Laura udah nggak ada sejak lama. Dan gue baru tau tadi."
"Terus?"
Adam menundukkan kepalanya. "Gue tau dari Nancy. Dia sembunyiin ini karena takut gue terpukul. Pengobatan Laura sama sekali nggak berjalan baik. Dia depresi dan bunuh diri." Aku dapat mendengar isakan tangisnya.
"Adam..." Ucapku yang lalu merangkulnya. "Gue nggak tau harus ngomong apa, kecuali bilang kalau lo harus sabar."
Adam memegang tanganku. "Ada lo disini aja gue udah bersyukur banget, Kay." Aku tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen
Teen Fiction[COMPLETED] Hey, aku Kayla Kingsley. Aku adalah perempuan biasa yang mengharapkan cintanya dibalas oleh sahabat baiknya sejak kami TK. Aku hidup terbiasa tanpa seorang ayah yang menemani hari-hariku selama 17 tahun. Davian Kennedy adalah sahabat yan...