Part 27; Too Perfect

164 11 0
                                    

"Kaylaaaaaa!" Sapa seseorang ketika aku sedang berjalan melewati koridor. Aku menengok ke belakang, Emily sedang berlari ke arahku.

"Em?" Gumamku. Tumben dia mau bicara denganku. Atau aku yang tumben mau bicara dengannya.

"Selamat pagi." Ucapnya dengan ceria.

"Selamat pagi, Em."

"Lo udah kerjain tugas Fisika?" Tanyanya. Aku masih kebingungan dengan apa yang terjadi disini.

"U..udah." Ucapku.

"Nah, gue pinjem ya." Aku mengangguk. "Davi cerita semua ke gue, Kay. Dan gue dengernya kaget. Ternyata lo masih perhatian sama gue. Selama ini gue takut mau ngomong sama lo. Karena gue tau lo pasti masih marah sama gue."

"Um, gue udah maafin kok, Em. Gue terlalu gengsi terima alasan lo waktu itu, maafin gue ya." Kami pun akhirnya berpelukkan dengan hangat.

"Oh ya, lo harus ceritain apa yang terjadi selama gue nggak jadi sahabat lo. Soalnya, Davi ceritanya ga niat banget. Gue jadi males dengerinnya."

Aku tertawa dan berkata, "Iya, bawel."

***

"Lo bercanda?!" Tanyanya dengan suara keras. Aku langsung mencubit tangannya untuk mengingatkan kalau kami sedang di perpustakaan. "Lo bercanda?" Tanyanya lagi dengan berbisik.

Aku menggelengkan kepalaku. "Ternyata Ray selama ini emang brengsek, Em. Gue beneran jijik pernah ciuman sama dia."

"Jadiin pelajaran aja lah, Kay."

Aku mengangguk. Tiba-tiba suara speaker sekolah berbunyi. Seperti biasanya, itu berarti akan ada pengumuman. "Panggilan kepada Kayla Kingsley agar datang ke ruang guru." Aku dan Emily sama-sama melihat satu sama lain.

"Kenapa lo?"

Aku mengangkat kedua bahu dan berdiri. Berjalan melewati koridor untuk menuju ke ruang guru.

Sesampainya di ruang guru, Ray sedang mengobrol dengan Ms. Lena. Beliau adalah guru centil yang sangat terkenal dengan badan yang sangat seksi. Aku memutuskan untuk pergi dari sana. Tapi ms. Lena terlanjur melihatku. "Kayla?"

Aku mendengus. "Hey, ms. Lena." Sapaku.

"Kakak kamu sudah dari tadi menunggu."

"Kakak? Saya nggak punya kakak."

"Kakak sepupu kamu, Kay. Masa kamu nggak tau?"

Aku menggeleng. "Saya nggak kenal sama dia. Saya permisi."

"Kay, Kay!" Panggil Ray. Ia memegang lenganku.

"Apa sih?" Bentakku.

"Gue perlu ngomong sama lo."

"Gue udah tau. Lo nggak perlu jelasin apa pun. Karena gue nggak mau dengar. Sekarang lo jauh-jauh dari gue, Ray."

"Katanya nggak kenal." Ucap ms. Lena.

"Baru ingat." Kataku. Ia langsung meninggalkan ku dan Ray berdua didepan ruang guru.

"Gue nggak bisa lupain lo, Kay. Tolong jangan kayak gini. Gue minta maaf."

"Pertama, lo harus belajar untuk lupain gue. Kedua, untuk apa lo minta maaf? Salah lo sama Laura, bukan sama gue."

"Laura? Jadi lo.. Lo udah.."

Aku mengangguk. "Ya, gue udah tau. Gue tau seberapa brengseknya elo."

"Kay, gue punya penjelasan sendiri tentang itu. Lo kenapa sih harus marah sama gue?"

The ChosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang