Part 32; The Chosen

294 13 1
                                    

Aku melewatkan prom untuk terbang ke Inggris. Sangat disayangkan. Setidaknya aku pernah merasakan malam prom satu tahun yang lalu.

Aku tinggal disebuah apartemen didekat kampus. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan dan mencari udara segar. Ada taman yang sangat menarik hati ku.

Aku duduk sambil memandang sekitar. Ada anak-anak yang berlari diatas rumput, ada orang yang sedang berolah raga, mengendarai sepeda, dan lain-lain. Cuaca disini sangat dingin. Aku harus mengenakkan jaket tebal dan sarung tangan. Tapi ini cuaca yang paling aku sukai.

"Excuse me, can I sit here?" Aku terjekut. Aku mengenal dengan betul suara ini. Aku menoleh ke arahnya. "Kayla?"

"Ray?"

"Umm, lo ngapain disini?" Tanyaku.

"Gue dapat beasiswa untuk melanjutkan S2 disini. Dan lo?"

"Gue kuliah disini."

"Oxford?" Aku mengangguk. "Astaga! Kayaknya kita jodoh deh." Ucapnya.

Aku tertawa. "Keep on dreaming." Candaku.

"I'm serious."

Aku menatapnya lekat-lekat. "I thought you were Ray and not serious." Aku tersenyum.

Ray tertawa. "Gue kangen sama lo, Kay." Aku tersenyum lagi.

"Gue boleh tanya sesuatu?"

Ray mengangguk.

"Perempuan yang waktu itu di apartemen lo siapa?"

Ray tertawa sedikit. "Kenapa?"

Aku mengangkat kedua bahuku. "Just asking."

"Cemburu ya?"

Aku menggeleng dengan cepat. Berusaha menyembunyikan kebohongan itu.

"Ya udah, gue nggak kasih tau."

"Ihh? Jahat!"

Dia tertawa lagi. "Dia kakak gue." Aku mengangguk-anggukkan kepalaku. Sedikit lega sebenarnya. Dia tak pernah menjadi orang brengsek. Dia selalu membuatku berpikir kalau dia memang begitu. "Gue harap sih lo cemburu, Kay." Godanya.

"Sedikit."

"Yang bener?!" Tanyanya dengan antusias. Aku pun mengangguk.

Ray memegang tanganku. "Kay, lo nggak pernah lepas dari ingatan gue. FYI."

"Itu baik atau buruk?"

"Keduanya. Kalau gue tanya pertanyaan yang sama seperti tahun lalu, apa yang akan lo jawab?" Kalimat itu hampir mirip dengan video yang aku saksikan dulu. Adam yang berbicara seperti itu.

Aku menaikkan kedua bahuku. "Kenapa nggak dicoba?"

Dia turun ke bawah, berlutut dengan satu kaki. Aku sangat-sangat yakin kami menjadi pusat perhatian semua orang sekarang. "Lo ngapain?" Tanyaku.

"Kayla Kingsley, I always love you. I love you for the rest of my life. And I can't even imagine how my life would be without you. Now I'm here, begging you one chance to make you happy, and I'll promise you, you wont regret this. Kayla Kingsley, will you be my girlfriend?"

Aku melihat ke sekeliling. Dan kami menjadi tontonan mereka. Kami berada ditengah-tengah mereka. Dan mereka menunggu jawabanku. Aku tersenyum dan tak kuasa menahan air mata. Aku mengangguk. "Yes."

Aku dan Ray sama-sama berdiri dan berpelukkan. Terdengar tepuk tangan yang sangat meriah. Ia mencium keningku, dan bibirku.

Kamu tau apa?

Tak peduli siapa yang paling lama berada di hidupmu, tak peduli siapa yang paling brengsek, tak peduli siapa yang paling banyak memecahkan rekor kebrengsekan, jika dia orang yang hati kamu pilih, maka dia lah orangnya.

Meski pun butuh waktu yang lama untuk menyadari itu. Butuh waktu yang lama untuk bisa bersama. Butuh kesabaran yang banyak. Tapi semua akan setimpal dengan pengorbanan.

The ChosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang