Pagi ini rasanya aku tidak ingin turun dari tempat tidur. Aku terlalu takut untuk bertemu semuanya. Semalam, setelah menceritakan apa yang kutahu tentang buku itu, Luhan oppa tidak bicara satu kata pun padaku. Ia menghubungi Suho oppa dengan ponselnya. Kami dijemput Suho oppa, yang membawa payung, pulang. Ketika sampai di rumah ia juga langsung pergi ke kamarnya dan tidak keluar lagi hingga pagi ini. Beberapa dari saudaranya yang lain menatap kami bingung. Karena aku juga tidak berkata apapun pada siapapun.
Aku keluar dari kamar. Terdengar keributan seperti biasanya di bawah. Aku langsung pergi menuju dapur untuk minum. Di sana ada D.O oppa yang sedang sibuk mengaduk-aduk nasi goreng di wajan. Luhan oppa mengambil beberapa piring di rak untuk ditata di meja makan.
"Pagi Soo Hee," sapa D.O oppa seakan tidak terjadi apapun diantara kami tadi malam. Padahal aku sudah berbohong dan malah pergi begitu saja. Rasa bersalah mulai menggrogoti hatiku. Aku hanya tersenyum kaku menanggapinya. Aku meraih gelas dan menaruhnya di dispenser, menunggu hingga airnya mengisi.
"Buka mulutmu," D.O oppa menyuapiku sesendok nasi goreng yang baru matang. Ia mematikan kompor.
"Enak," kataku lalu tersenyum. Aku meraih gelas yang sudah terisi air lalu meneguk air itu hingga habis. Aku menaruh gelas kosong itu di meja dapur.
"Hyung, kau juga cob...," D.O oppa kebingungan karena Luhan oppa yang ia ajak bicara malah pergi begitu saja. Jelas ia tidak ingin melihatku. Sebenci itukah dirimu padaku?
"Ha-atchi! Hatchi!"
"Kau baik-baik saja? Kau terkena hujan semalam, ya?"
"Hidungku hanya sedikit gatal. Mungkin terkena asap masakan."
D.O oppa langsung menyalakan penghisap asap di atas kompor dan membuka jendela. Aku segera membantunya menggambilkan telur-telur untuk digoreng dari kulkas. Aku mulai membuat telur dadar sementara D.O oppa menuangkan nasi goreng itu di sebuah mangkuk besar. Ia kembali menaruh minyak goreng di wajan itu lalu menyalakan kompor.
Sejak itu, tidak ada komunikasi antara Soo Hee dan Luhan. Yang lain pun merasa ada yang ganjil dengan perilaku keduanya. Saling menghindar dan lebih pendiam dari biasanya. Walau setidaknya Soo Hee tahu bahwa Luhan belum memberitahu yang lain mengenai percakapannya semalam. Tapi kenapa? Pertanyaan itu terus terngiang di benak Soo Hee dan ia juga masih bingung kapan dan bangaimana ia menjelaskan semua pada yang lain.
Sebuah dering dari ponsel Soo Hee siang itu menyadarkannya dari lamunan. Ia sedang duduk di tangga teras depan rumahnya. Suho duduk di samping kirinya sambil tetap bermain game online dari ponsel.
"Ne, Jae Hyuk-ah. Mwo? Panen? Em ..... Kami semua? Haha ... iya tentu saja. Kebunmu kan luas .... Oh iya, boleh kubawa satu orang lagi? Nanti kuberitahu.... Seorang namja yang baru kami temukan .... Tentu dia 'normal'. Nanti kuceritakan selengkapnya. Ne ..."
"Dari siapa?" kata Chen yang berjalan ke arah Soo Hee lalu duduk di samping kanannya.
"Jae Hyuk. Lee Jae Hyuk. Oppa tahu kan, teman SMA ku itu."
"Ah, Jae Hyuk anak klub dance itu? Yang pernah bertemu denganku di gerbang sekolah?"
"Iya yang itu. Dia ingin kita berkunjung ke rumahnya. Tepatnya kebun. Hari ini panen semangka. Mereka meminta kita membantu mengangkut semangka ke dalam truk. Tentu kita akan diberi semangka."
"Semuanya? Soo Hee-ah, apa kau lupa? Kita bertigabelas sekarang," sahut Suho.
"Ara, tapi dia sendiri yang meminta kita semua ke sana sekarang, " Soo Hee bangkit lalu berjalan masuk untuk mengajak saudaranya yang lain. Tentu semuanya meng-iya-kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home - EXO Fanfiction
FanfictionSelamat membaca dan semoga terhibur ^_^ . . #8 dalam fanfictionline pada 16 Juli 2018, 16:14 WIB #4 dalam indonesian pada 25 September 2018, 20:48 WIB # 12 dalam lay pada 9 Juli 2018, 19:12 WIB