Chaeri memasukan sebuket bunga yang diberikan Jae Hyuk pada Soo Hee pagi tadi ke dalam vas bunga bening. Ia menaruhnya di samping meja transaksi. Lalu ia meraih kotak-kotak berisi gaun pengantin yang akan ia pajang di etalase. Mi Jung membantunya memajang gaun pengantin pada patung manekin di dekat kaca etalase toko.
"Tadi kau bilang Soo Hee ke mana?" tanya Mi Jung pada Chaeri.
"Jae Hyuk-ssi meminta eonni untuk menemaninya membeli hadiah. Karena minggu depan bibinya berulang tahun."
"Menemani? Hanya menemani?"
"Wae? Apa kau berpikir mereka berkencan?"
"Hanya menerka. Jae Hyuk kelihatan sangat tertarik untuk lebih dekat dengan Soo Hee."
"Tapi eonni, kau sendiri tidak apa-apa ada di sini? Kau tidak ada kencan dengan namja jangkung itu?" goda Chaeri.
"Nugu? Tao? Dia sibuk melatih seorang anak yang akan ikut turnamen. Kalau kau? Apa Oh Ji Sub tidak mengajakmu kencan?"
Sebelum ia menjawabnya, tiba-tiba ponsel Chaeri berdering. Ia langsung meraih dan menerima panggilan itu. "Wae Baekhyun-ssi? ... Setelah toko tutup? Ani, tidak ada ... Ma-malam ini? Em... baiklah. Ne," Chaeri menyimpan ponselnya.
"Eonni, tadi kau bilang apa?" Chaeri menoleh dan bingung karena tatapan Mi Jung yang menurutnya aneh. "Eonni, ada apa?"
"Ternyata kau diam-diam dengan Baekhyun ... ," Mi Jung berbicara dengan nada penuh arti.
"Ini bukan seperti yang kau bayangkan."
"Bukan atau belum?"
"Jangan berpikir macam-macam! Aku masih punya Ji Sub," kata Chaeri menyebut nama pacarnya. Pipi Chaeri bersemu merah. Dia menunduk. Sementara Mi Jung tertawa sambil berlalu untuk mengambil gaun pengantin lagi di kotak.
Mentari mulai berpamitan untuk hari itu. Seperti musim panas yang mengucapkan selamat tinggal untuk digantikan oleh musim gugur. Jae Hyuk terlihat konsentrasi mengendarai mobilnya. Satu hari lagi ia habiskan bersama Soo Hee. Mereka berkeliling untuk mencari kado. Mereka memutuskan membeli kalung dan anting-anting cantik untuk bibinya. Jae Hyuk makan siang bersama Soo Hee dan menonton di bioskop. Di hari yang menjelang malam, Jae Hyuk berencana membawa Soo Hee ke suatu restoran untuk makan malam.
"Apa restoran itu masih jauh?" tanya Soo Hee.
"Sebentar lagi sampai. Menurutmu, bagaimana filmnya tadi?"
"Aku tidak berhenti tertawa di awal cerita. Meski akhirnya aku menangis tersedu-sedu. Akhir cerita yang menyebalkan. Tapi aku menyukainya," kata Soo Hee lalu tersenyum.
"Aku mengajakmu menonton film itu karena menurut temanku film itu bagus."
~~***~~
Hwa In menggenakan sarung tangannya dan berjalan keluar rumah. Ia melangkahkan kakinya menuju sebuah taman. Setelah sekian lama ia mencoba untuk tidak peduli atau menghindar, akhirnya ia kembali mencampuri urusan orang lain. Ia berjanji pada dirinya bahwa ini adalah untuk yang terakhir kali. Hwa In tidak bisa tinggal diam kali ini, karena ini juga menyangkut kakak sepupunya, Mi Jung.
Tapi dia tidak sanggup memberi tahu Mi Jung apa yang ia tahu. Ia tidak ingin menambah kesedihan yeoja itu nantinya. Hwa In duduk di salah satu bangku taman, persis seperti ketika ia bertemu Luhan sebelumnya. Ia menunggu sambil meyakinkan diri bahwa ia harus mengatakan semuanya. Tidak peduli apa tanggapan Luhan nanti.
"Jung Hwa In-ssi?" seorang namja kini sudah berdiri di depannya. Ia mengenakan kemeja lengan pendek berwarna putih dengan celana panjang berwarna coklat. Rambut peraknya agak berantakan karena angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home - EXO Fanfiction
FanfictionSelamat membaca dan semoga terhibur ^_^ . . #8 dalam fanfictionline pada 16 Juli 2018, 16:14 WIB #4 dalam indonesian pada 25 September 2018, 20:48 WIB # 12 dalam lay pada 9 Juli 2018, 19:12 WIB