Chapter 22

708 44 5
                                    

"Chaeri-ssi?"

Yeoja itu hanya menatap Baekhyun dengan mata sembabnya. Mereka terdiam beberapa detik. Sadar dengan keadaannya yang mungkin terlihat kacau, Chaeri segera berlari pergi meninggalkan Baekhyun.

"Tin! Tin! Tin..!"

Terdengar suara klakson dari kendaraan-kendaraan di belakang mobil Baekhyun. Namja itu membungkuk minta maaf lalu masuk kembali ke mobilnya. Ia berkendara mengikuti ke mana Chaeri pergi. Terlihat air mata yang mengalir menelusuri pipinya. Sesekali ia menabrak atau bersenggolan dengan orang di jalan. Dia hanya membungkuk minta maaf lalu kembali berjalan.

"Ada apa dengannya?" kata Baekhyun bertanya-tanya. Keningnya berkerut bingung sekaligus khawatir. Ia terus mengendari mobilnya mengikuti Chaeri perlahan.

Sudah setengah jam Baekhyun mengikutinya. Yeoja itu sudah berhenti menangis dan berjalan menuju sebuah halte yang sepi. Dia duduk di sana. Baekhyun memarkirkan mobilnya. Dia keluar lalu berjalan menghampiri Chaeri. Yeoja itu tidak menghiraukan walau Baekhyun sudah duduk di sampingnya. Mereka terdiam. Atau tepatnya Baekhyun menunggu Chaeri untuk berbicara.

"Kenapa kau mengikutiku?" kata Chaeri akhirnya setelah kesunyian yang cukup lama.

"Karena kau memang pantas untuk diikuti. Maksudku, kau beruntung karena aku buru-buru menginjak rem. Kalau kau tertabrak sungguhan setelahnya karena sembarangan menyebrang, bagaimana?" Baekhyun refleks terdiam. Menyadari kalau dia sudah terlalu banyak bicara untuk didengar seorang yeoja yang sedang bersedih.

"Mian, kalau aku jadi banyak komentar."

"Ani, kau benar. Itu semua salahku. Mianhae, aku sudah menyusahkanmu."

Baekhyun masih menunggu Chaeri bicara. Tapi yeoja itu hanya menatap kejauhan lalu menghembuskan nafasnya perlahan. Ia lalu menunduk. Rambut ikalnya menghalangi Baekhyun untuk menatap wajah pucat di baliknya. Baekhyun mengulurkan tangannya untuk menyibak rambut-rambut itu, tapi ia segera mengurungkan niatnya. Lalu ia melihat sekeliling.

Matahari sudah beberapa saat lalu tenggelam. Bulan terbit bersinar menggantikannya. Tiba-tiba terdengar isakan kecil dari balik rambut itu. Setelah melihat ke sekeliling dan memastikan tidak ada orang yang memperhatikan, Baekhyun berjalan keluar halte. Membiarkan dirinya disirami cahaya bulan. Ia menggerakkan tangannya seolah sedang memetik buah dari pohonnya. Membuka genggaman, di telapak tangannya sebuah bola cahaya melayang. Sedetik kemudian, bola cahaya itu mengeluarkan sulur-sulur transparan yang melayang mengelilingi Baekhyun. Ia berbalik dan tersenyum.

"Chaeri-ssi," panggilnya lembut. Yeoja itu menatap Baekhyun. Ekspresinya datar, seakan sudah terbiasa dengan kejadian ini.

"Apa yang akan kau lakukan dengan itu?"

Baekhyun hanya tersenyum lalu mengulurkan tangannya. Sulur-sulur itu melayang dan berkumpul tepat selangkah dari Chaeri, membentuk sebuket mawar transparan yang berpendar. Buket itu melayang-layang.

"Ambilah," kata Baekhyun sambil menurunkan tangannya.

"Tapi, aku tidak punya kekuatan sepertimu."

"Gwenchana, itu tidak akan menyakitimu. Kau bisa menyentuhnya selama aku ada di sini."

Chaeri perlahan mulai menyentuh buket bunga itu, lalu memegang tangkainya. Baekhyun benar, ia bisa memegangnya seperti bunga pada umumnya. Hanya saja, bunga itu lembut dan hangat. Bunga itu ringan seperti permen kapas. Sebuah sulur tipis yang kecil mencuat dari buket itu lalu menyentuh pipi Chaeri. Menghapus jejak air matanya. Baekhyun kembali duduk di samping Chaeri.

"Aku tidak tahu kenapa kau menangis dan aku tidak akan menyuruhmu berhenti. Jadi, aku hanya akan menghapus air matamu."

Chaeri terdiam, tidak menjawab. Hanya menatap buket bunga yang sudah tidak mengeluarkan sulur-sulur lagi.

Home - EXO FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang