Hari minggu kali ini ditemani oleh matahari yang dengan bersemangat bersinar, menerpa sosok-sosok kedinginan karena pelukan musim dingin. Termasuk seorang gadis yang tengah mempercepat langkahnya ketika keluar dari pintu keluar satu stasiun City Hall. Sekilas ia melirik jam tangan putih di tangan kirinya. Sudah hampir pukul dua siang. Ia kembali mempercepat langkah. Membiarkan angin menyingkap mantel peach yang tidak terkancing, hingga kita bisa melihat blouse pink yang dikenakan gadis itu. Rok putih pendeknya berkibar-kibar seiring dengan rambut hitam sebahunya yang dimainkan angin.
"Puk!"
Terdengar suara bahunya menyenggol seseorang yang tengah berjalan ke arah yang sama dengan gadis itu. Segera ia berhenti beberapa detik lalu membungkuk sambil minta maaf. Kembali ia berlari-lari kecil tanpa melihat apa orang itu menerima maafnya atau tidak. Lalu, ia berhenti. Tepat di depan gerbang Istana Deoksugung yang sudah sangat ramai. Wisatawan lokal maupun internasional banyak yang berdiri di sekitarnya dengan kamera atau ponsel yang siap membidik setiap gerakan penjaga istana. Di depan sana.
Gadis yang baru saja sampai itu, mengatur nafasnya sambil melihat sekeliling. Mencari tempat bagus untuk turut membidik foto seperti yang lainnya. Dengan berbagai upaya, ia berhasil berdiri di barisan paling depan dari wisatawan asing yang lebih tinggi darinya itu. Semenit kemudian, Upacara Pergantian Penjagaan Istana dilaksanakan. Ini yang sejak tadi dinantikan oleh banyak orang. Seketika bunyi kamera bermunculan. Gadis bermantel peach itu segera mengeluarkan kamera DSLR hitam miliknya. Sesaat kemudian, bunyi itu turut keluar dari kameranya. Upacara itu berlangsung dengan khidmat dan gadis itu tersenyum puas ketika melihat hasil bidikan kameranya.
"Jadi ini yang membuatmu berjalan terburu-buru seperti tadi?" suara seorang namja membuat gadis itu terkejut hingga dengan cepat berbalik. Sedetik kemudian ia merengut bingung menatap namja tinggi berambut tembaga dengan senyum manis menatapnya.
"Nuguseyo?"
"Ah! Aku lupa kalau kita belum pernah bertemu seperti ini sebelumnya. Aku pernah pernah melihat profilmu di file pegawai toko CS. Aku Sehun, saudara dari Kim Soo Hee."
"Park Miran," katanya menyambut tangan Sehun yang terulur lalu menggoyangnya sedikit. Mereka saling tersenyum ketika jabatan itu terlepas.
"Apa yang akan kau lakukan dengan foto-foto itu? Sepertinya sangat penting," lirik Sehun pada kamera di tangan Miran.
"Akhir-akhir ini cuaca sedang tidak menentu, upacara pun sulit untuk dilakukan. Itu jadi membuatku sulit untuk mendapatkan momen seperti tadi. Ada sesuatu yang ingin kubuat dengan foto-foto ini nanti," Sehun mengangguk-anggukan kepalanya mendengar penjelasan dari Miran. Gadis itu kembali menatap Sehun. "Kalau Sehun-ssi? Apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku hanya sedang melakukan survey tempat. Besok lusa aku akan membantu teman-temanku dari Jepang yang akan berwisata ke sini."
"Jadi kau adalah pemandu wisata?"
"Hanya seorang pekerja paruh waktu di berbagai tempat wisata dan translator."
"Uwah! Apa itu berarti kau menguasai banyak bahasa asing?"
"Inggris, Jepang, Mandarin, dan sedikit Prancis."
"Daebak!"
Sehun tersenyum melihat ekspresi takjub dari Miran. Sesaat kemudian, Miran melirik jam tangannya lalu terkesiap. "Kenapa, Miran-ssi?"
"Maaf, aku harus pergi atau akan terlambat ke tempat kursus. Sampai jumpa, Sehun-ssi," Miran membungkuk lalu melangkah pergi.
Sehun mendengar sesuatu ketika Miran sudah berjarak beberapa langkah darinya. Ia menaikkan sebelah alisnya. "Astaga, dia sibuk sekali. Apa dia bisa belajar dengan perut kosong seperti itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Home - EXO Fanfiction
FanfictionSelamat membaca dan semoga terhibur ^_^ . . #8 dalam fanfictionline pada 16 Juli 2018, 16:14 WIB #4 dalam indonesian pada 25 September 2018, 20:48 WIB # 12 dalam lay pada 9 Juli 2018, 19:12 WIB