[Warning! NC17?]
.
.
.
"Dia sudah seperti itu sepanjang pagi ini," kata Sehun pada Lay yang baru saja menghubungi seniornya di rumah sakit untuk mengambil cuti lagi hari itu.
Mereka berdiri di ambang pintu ruangan dengan banyak alat medis di dalamnya itu. Melihat Luhan yang duduk di pinggir tempat tidur menghadap jendela. Setelah sadar pagi tadi, Luhan tidak banyak bicara dan sedikit makan. Sementara Soo Hee tertidur di kursi samping ranjangnya semalam. Sehun sudah memindahkannya ke kamar Lay.
"Apa dia baik-baik saja?"
"Lukanya hampir sembuh dan demamnya sudah turun. Semalam ia hanya pingsan akibat kontaknya dengan Lune. Mungkin jika kau mengajaknya bicara, dia akan kembali 'hidup'," jelas Lay membuat Sehun melangkah masuk menghampiri Luhan beberapa saat kemudian.
"Hyung."
Sehun duduk di pinggir ranjang, membuat Luhan menoleh ke samping lalu tersenyum. Ia kembali menerawang ke luar jendela, membiarkan Sehun menatapnya penuh tanya. Sebenarnya pikiran apa yang ada di kepala kakaknya itu saat ini?
"Semalam, aku baru tahu jika satu hembusan nafas akan sangat berharga. Nafasmu, nafas Soo Hee, nafas saudara kita."
"Nafasmu."
"Kau benar. Nafasku," Luhan tersenyum sesaat. "Nafas seseorang memiliki arti besar. Jika nafas seseorang hilang, maka orang lain juga akan kehilangan sesuatu."
"Ketika kau takut akan kehilangan nafas, entah itu milikmu atau milik orang lain, kau juga akan takut kehilangan sesuatu," sambung Sehun. "Dan semalam aku takut, hyung," kalimat Sehun membuat Luhan menoleh padanya.
"Aku takut kehilangan nafasmu," Luhan yang mendengarnya mengatupkan bibir.
"Aku juga takut kehilangan nafasku," kata Luhan akhirnya setelah keheningan beberpa detik. "Aku takut jika harus pergi begitu saja tanpa berbuat apapun untuk menghalangi Lune."
"Kau tidak perlu ..."
"Bagaimana latihanmu?" potong Luhan pada kalimat Sehun.
"Apa?" tanya Sehun bingung, karena Luhan tiba-tiba mengalihkan pembicaraan yang memang sudah tidak jelas sejak awal ini.
"Mungkin kau harus menghadapi mereka sendirian saat purnama, Sehun-ah."
"D.O hyung sering melatihku saat hari libur."
"Aku percaya padamu," kata Luhan mengusap kepala Sehun perlahan dua kali lalu tersenyum.
"Apa mereka akan menyerang bersamaan dengan terbuka?"
"Mungkin, jumlah mereka ada ribuan dengan di bawah kendali penuh Lune. Ketika purnama datang, Lune pasti akan mencariku. Saat itu aku akan coba melawannya dan pada waktu yang sama, kalian harus siap dengan serangan apapun yang datang."
Sehun tampak terkejut dan perlahan sorot matanya memancarkan kekhawatiran. Informasi ini masih terdengar baru di telinganya. Terlalu banyak hal menakutkan yang bermunculan. Lalu ia merasakan sentuhan lembut pada pundak. Sehun menoleh dan menatap Luhan yang tersenyum.
"Sekarang dia baru terlihat 'hidup'," kata Lay lalu menghampiri Luhan sambil membawa beberapa peralatan untuk memeriksanya.
"Apa maksudmu dengan 'hidup'?" tanya Luhan membiarkan Lay menggulung lengan piamannya.
"Kau terlihat seperti zombie lima menit yang lalu. Menatap lurus dengan pandangan kosong," kata Lay sambil menggunakan alat tensi darah pada Luhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home - EXO Fanfiction
FanfictionSelamat membaca dan semoga terhibur ^_^ . . #8 dalam fanfictionline pada 16 Juli 2018, 16:14 WIB #4 dalam indonesian pada 25 September 2018, 20:48 WIB # 12 dalam lay pada 9 Juli 2018, 19:12 WIB