"Ke mana kita akan pergi?"
Lay tidak menjawab pertanyaan Soo Hee, menutup pintu mobil setelah wanita itu masuk. Lalu ia berlari-lari kecil melewati bagian depan mobil, membuka pintu pengemudi dan duduk di baliknya. Ia menyalakan mesin mobil, mengeluarkannya dari tempat parkir apartemen itu. Hari sudah siang dan matahari bersinar cerah, merubah tumpukan salju yang turun semalam menjadi genangan air.
"Oppa, kita mau ke mana?" Soo Hee kembali bertanya pada Lay ketika mobil telah melaju di jalan raya beraspal. Ia masih memakai pakaiannya semalam, kecuali jas dokter yang diberikan Lay. Tubuhnya dibalut mantel dan rambutnya dikuncir menyerupai ekor kuda dengan ikat rambut berwarna hitam. Setelah mandi, makan, dan mempersiapkan perbekalan, Lay segera membawanya ke besment apartemen tanpa mengatakan apapun. Hingga Soo Hee bertanya untuk yang kesekian kalinya saat ini.
"Kita harus keluar dari Seoul sebelum malam," kata Lay sambil tetap fokus menyetir.
"Tapi ke mana? Lalu, apa maksud kalian melakukan semua ini padaku?"
"Kami berusaha mengecoh pasukan Lune. Mereka bukan makhluk biasa karena melihat dan mengenali kami melalui panas dan aroma tubuh. Karena itu semalam Kai 'menculikmu' dengan kantung penghangat. Setelah berhasil memindahkanmu, Kai segera kembali lagi ke apartemenmu. Agar seakan-akan Kai tidak pernah pergi dari sana. Setelah mereka sampai di rumah, Kai kembali menggunakan kantung penghangat untuk menggantikan tubuhnya. Agar dia bisa mengantarkanku padamu."
"Jadi itu kenapa kau memintaku memakai jas dokter bau itu dan memenuhi apartemen dengan aroma terapi?" Lay menganggukkan kepalanya. "Tapi, sekarang kita tidak menggunakaan wewangian apapun dan tadi juga tidak ada kantung penghangat di apartemen itu. Lalu bagai-"
"Mereka tidak akan menemukan kita sekarang," potong Lay. Ia melirik Soo Hee sekilas lalu kembali menatap jalan raya. Sementara Soo Hee menatap Lay penuh tanda tanya.
"Jika mereka kehilangan kita, Lune bisa mencari dengan berbagai cara. Dengan menggunakan pikiran Luhan misalnya, atau melacak unsur kekuatan yang ada pada tubuh kami."
"Tapi kau-"
"Benar, aku telah kehilangan kekuatanku. Jadi Lune tidak bisa melacak tubuhku tanpa benar-benar melihat wajahku. Sekalipun ia bertanya atau masuk ke dalam pikiran Luhan, dia tetap tidak akan tahu di mana dirimu. Karena Luhan juga tidak tahu aku akan membawamu ke mana sekarang. Meski penasaran setengah mati, Luhan berusaha menahan diri selama seminggu terakhir untuk tidak 'mengobrak-abrik' pikiranku. Mencari tempatku akan menyembunyikanmu."
"Termasuk aku? Apa aku tidak boleh mengetahui ke mana kita akan pergi sekarang?"
"Iya, kau juga tidak boleh tahu sampai kita benar-benar sampai."
"Apa Luhan oppa yang merencanakan ini semua?"
"Ini ide Suho, tapi tentu Luhan harus bekerjasama. Ia meminta kami semua untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa, seakan tidak akan terjadi apapun hari ini. Membuat pasukan itu berpikir kalau kami tidak punya periapan untuk mempertahankan diri, agar mereka tidak menambah pasukan atau memperkuat serangan nantinya."
"Apa mereka akan benar-benar mengacaukan Seoul?"
"Mungkin, entahlah. Tidak ada yang tahu isi pikiran Lune."
"Tapi mereka bisa membunuh penduduk!"
"Lalu apa? Melaporkannya pada polisi? Memperingatkan masyarakat melalui sosial media?" Lay tertawa sesaat. Tawanya terdengar janggal. "Coba katakan pada mereka: 'Akan ada serangan alien, jadi sebaiknya batalkan kencan Natalmu malam ini.' Apa itu terdengar bagus? Kita bisa dianggap gila atau bahkan mungkin teroris, dan menimbulkan masalah baru nantinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Home - EXO Fanfiction
FanfictionSelamat membaca dan semoga terhibur ^_^ . . #8 dalam fanfictionline pada 16 Juli 2018, 16:14 WIB #4 dalam indonesian pada 25 September 2018, 20:48 WIB # 12 dalam lay pada 9 Juli 2018, 19:12 WIB