Kami berbaring bersama di atas tempat tidur. Tubuh kami masih dibalut pakaian lengkap dan dilapisi selimut tebal. Aku menatap punggungnya di antara remang pencahayaan kamar. Setelah keputusan besar yang ia sampaikan padaku, mata ini selalu ingin mengawasinya. Selalu ingin berada di dekatnya. Seakan sudah tidak mengenal kantuk, aku terus memperhatikannya yang tertidur di sebelahku. Ia menggeliat lalu berbalik, hingga aku bisa menatap wajahnya. Wajah yang mungkin tidak akan kulihat lagi setelah beberapa hari ke depan. Perlahan kelopak matanya membuka. Ia menatapku dengan alis bertaut.
"Oppa, kau tidak tidur?" katanya dengan suara parau. Suara paling seksi yang pernah kudengar.
"Apa aku membangunkanmu?"
"Tidak, mimpiku yang membangunkanku."
"Kau mimpi apa?"
"Aku bermain-main di sungai yang jernih. Tapi tiba-tiba air itu menjadi kotor dan menghanyutkanku hingga ke laut."
"Itu hanya mimpi, kembalilah tidur."
Ia mendekatkan tubuhnya lalu memelukku yang berbaring menyamping. Soo Hee kemudian menyandarkan kepalanya pada dadaku. Sesaat aku terkesiap ketika merasakan tubuhnya menempel pada tubuhku. Lembut dan hangat. Perlahan, ia menghembuskan nafas panjang. Memejamkan matanya.
"Apa kau sedang memikirkan sesuatu?" katanya pelan sambil tetap memejamkan matanya. Aku terdiam dan mengelus kepalanya dua kali.
"Apa kau sedang membayangkan jika aku tidak bisa menahan kematian Lune?"
Aku sedikit menjauhkan tubuhku dari Soo Hee. Ia sedikit mendongak dan menatapku. Aku menatapnya terkejut dan tidak suka. Tangannya meraih alisku yang bertaut, seakan memaksanya untuk kembali berpisah.
"Menjemput atau dijemput, kita akan bertemu dengan kematian," ia kembali menunduk. "Jika tiba gilirannya, aku akan memperjuangkan hidupku hingga akhir. Agar aku tidak membawa penyesalan ketika menyambutnya."
"Tidurlah," kataku singkat lalu mendekapnya dalam pelukan. Aku tidak mau kehilanganmu, serigalaku.
~~***~~
"Soo Young-ssi?"
Mendengar suara seseorang memanggilnya, Soo Young menoleh ke samping. Ia menatap laki-laki yang keluar dari sebuah mobil dan sedang berjalan mendekatinya. Soo Young membungkuk memberi salam. Ia sedang menunggu taksi lewat di depan gedung apartemennya. Setelah laki-laki itu membalas salamnya, ia melihat koper hitam yang berdiri di samping Soo Young.
"Kau mau pergi ke suatu tempat?"
"Aku mau pulang ke ruamh orang tuaku di Daejeon."
"Oh, jadi kau mau ke terminal bus?" pertanyaan laki-laki itu dijawab anggukan olehnya. "Naiklah ke mobilku, biar kuantar."
"Tapi, bukankah kau harus ke kantor, Suho-ssi?"
"Sekarang masih pagi, sidang baru akan dilaksanakan pukul sebelas. Lagi pula taksi sepertinya akan jarang lewat sini. Aku tadi melihat kecelakan di perempatan jalan sana."
Suho menaruh koper Soo Young ke dalam bagasi lalu membukakan pintu penumpang di samping kursi pengemudi. Sekilas Soo Young mengucapkan terima kasih lalu masuk ke dalamnya. Suho menutup pintu mobil itu lalu masuk ke mobil, di balik kemudi. Ia mulai menjalankan mobilnya.
"Jadi, Soo Hee sudah memberi hari libur?"
"Sebenarnya, aku yang meminta libur lebih awal. Orang tuaku sudah memintaku untuk cepat-cepat pulang."
"Oh begitu," kata Suho mengangguk-angguk pelan sambil tetap konsentrasi mengemudi.
"Suho-ssi, jika kau kakak Soo Hee eonni, apa kau juga kenal dengan Xiumin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Home - EXO Fanfiction
FanfictionSelamat membaca dan semoga terhibur ^_^ . . #8 dalam fanfictionline pada 16 Juli 2018, 16:14 WIB #4 dalam indonesian pada 25 September 2018, 20:48 WIB # 12 dalam lay pada 9 Juli 2018, 19:12 WIB