SPECIAL CHAPTER 2

195 16 17
                                    

"Luhan!"

Terkesiap menatap liar setiap inchi kamar hangat dengan lampu yang padam, aku perlahan duduk dan mengatur deru nafas yang menjadi. Melirik sisi hampa mendingin di sebelahku yang tidak membantu sama sekali. Bahkan menambah derap degup jantungku. Jadi aku menyingkap selimut lalu berlari keluar, menelusuri lorong rumah yang kami beli dua tahun yang lalu. Ketika sampai di ruang makan, tatapanku sempat bertabrakan dengan jam dinding putih yang berdetak. Pukul enam pagi.

"Yeobo? Yeobo!"

Hanya hampa yang menjawabku. Berbalik, aku berjalan cepat membuka pintu kaca geser yang menghadap halaman belakang. Angin dingin yang membawa embun masih mencoba membangunkan rumput hijau. Tetap tidak tampak seorangpun di antara mereka. Kembali bergerak, aku memeriksa ruang kerja yang bersebrangan dengan ruang tamu. Tidak peduli dengan kakiku yang telanjang, aku terus mencari dan memanggil. Hingga akhirnya lelah dan pusing menghampiri.

"Luhan!"

Seruan terlontar pada lorong yang bisu. Tanpa pikir panjang, tangan ini meraih cardigan putih yang tergantung pada sebuah tiang kayu. Kakiku berusaha meraih alas kaki ketika membuka pintu. Dan bibir ini memekik ketika mata bersitatap dengan sosok yang menjadi incaranku sejak lima belas menit yang lalu.

"Chagi? Ada apa? Aku mendengarmu berteriak."

Ia menatap penampilanku dari ujung kepala hingga ujung kaki. Lalu ia kembali fokus pada mataku menunggu jawaban. Sama seperti lorong berlantai kayu tadi, aku terdiam menatap pria itu. Meyakinkan diri bahwa dia memang orang yang kucari. Bahwa dia terlihat baik-baik saja. Bahwa tadi aku benar-benar bermimpi. Lagi.

"Kau mau ke mana?" tanyanya terlihat tidak sabar.

Aku menghela nafas lega sambil perlahan menutup mata sesaat. Melihat bahasa tubuhku, sepertinya membuat dia mengerti apa yang sedang terjadi. Aku menatapnya yang menghela nafas juga. Perlahan ia merengkuh tubuhku dan menenggelamkannya ke dalam pelukan hangat. Aku kembali menutup mataku, merasakan setiap sentuhannya.

"Kau bermimpi lagi?" pertanyaannya kujawab dengan anggukan kecil. Membuat pelukannya semakin erat. "Maaf, telah membuatmu susah seperti ini."

"Kau tadi ke mana?" tanyaku ketika ia melonggarkan pelukan dan aku menatap wajahnya.

"Hanya berlari sebentar di sekitar sini. Ayo masuk, kita tidak mau si kecil kedinginan bukan?" katanya sambil mengelus-elus perutku.

Benar, usia kehamilanku kini sudah memasuki bulan ke enam. Pada awal kehamilan, aku tidak merasakan mual seperti ibu hamil pada umumnya. Malah porsi makanku semakin besar. Sebaliknya, Luhan yang sering mual di pagi hari. Ia terlihat seperti telah mengambil sebagian peranku sebagai wanita yang mengandung. Meski begitu, ia sangat menantikan kehadiran bayi kecil di antara kami.

Aku percaya jika seluruh hal buruk selalu diikuti oleh hal baik. Setelah kami menghadapi penyerangan makhluk-makhluk Planet EXO, bahkan hampir kehilangan satu sama lainnya, hal-hal baik terus berdatangan. Aku pulih dari koma, beberapa dari kami menikah juga memilih seseorang sebagai kekasih, dan tidak lupa kembali hidup normal dengan profesi masing-masing. Semua terlihat baik-baik saja dan akan baik-baik saja. Sampai minggu lalu aku mengalaminya. Mimpi-mimpi buruk terus menghampiriku.

Pada awalnya, kami berpikir ini hanya mimpi buruk biasa. Tapi jika terus bermimpi buruk hampir setiap hari, ini bukanlah hal yang bisa dianggap enteng. Maksudku, aku mungkin bisa menghadapinya jika sendirian. Tapi, kini ada satu manusia lagi di dalam tubuhku. Aku takut mimpi-mimpi itu akan berpengaruh buruk padanya.

"Hei, cantik. Apa yang kau pikirkan?"

Luhan tiba-tiba memelukku dari belakang. Tangannya melingkar di dadaku dan bagian depan tubuhnya menempel pada punggungku. Aku bisa mencium harum sabun, parfum, dan pewangi pakaian yang menempel padanya. Karena aku tidak menjawab, dia duduk di kursi meja makan di sampingku. Di hadapannya sudah terhidang sarapan untuknya sebelum berangkat ke kantor. Tangannya menggenggam tanganku, matanya mengisyaratkan agar aku duduk di sampingnya. Aku menurut, tapi tidak berani menatapnya.

Home - EXO FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang