Chapter 14

714 48 0
                                    

Aku mengedarkan pandangan ke sudut-sudut ruangan mencari Sehun. Seingatku Sehun tertidur di sampingku semalam. Bahkan aku sempat menyelimutinya. Tapi aku tidak menemukannya. Kulihat paparan sinar matahari dari luar jendela yang menimpa lantai. Terdengar berbagai suara dari luar kamarku.

Kenapa ribut sekali?

Aku mencoba duduk sambil memegangi kepalaku yang sedikit sakit. Aku bersandar pada kepala tempat tidur dan membetulkan posisi bantal. Aku menunduk menatap tanganku yang masih sedikit bergetar. Aku bisa mencium seperti bau besi menyeruak di hidungku. Aku mengecap mulutku dan merasakan sesuatu yang aneh. Teringat kalau semalam darah mengalir dari sana. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling mencari air, tapi yang kutemukan malah sapu tangan dengan banyak darah tergeletak di meja samping kananku. Aku mencoba bergeser sedikit untuk turun dari tempat tidur. Seketika rasa nyilu menyergap.

"Argh."

Aku meremas pinggiran kasur untuk mengalihkan rasa sakitnya. Lalu kembali menggeser posisiku menuju pinggiran tempat tidur. Hingga akhirnya kakiku bisa menyentuh lantai. Aku duduk di pinggir tempat tidur. Mengatur nafas sebelum kembali mencoba berdiri.

"Tok tok!"

Pintu kamarku diketuk dari luar. Aku merasakan kehadiran orang lain, bukan saudara-saudaraku. Tapi sepertinya aku mengenalnya. Siapa dia?

"Cklek!" terdengar pintu terbuka.


"Kenapa kau mondar mandir di depan pintu?" tanya D.O pada Soo Hee yang berdiri di depan kamar Luhan. Ia berbalik menatapnya, terlihat terkejut dengan kehadiran D.O.

"Aku ..."

"Kau mau masuk? Sepertinya Luhan hyung baru saja bangun, masuk saja," D.O bisa merasakan Luhan sedang mencoba berdiri di samping tempat tidurnya. Ia mengetuk lalu membuka pintu di belakang Soo Hee.

"D.O-ah! Kau masih mau panecake?" seru Suho dari dapur.

"Ne!" seru D.O sambil berlari kecil ke dapur.

Soo Hee menatap pintu yang sedikit terbuka di hadapannya. Perlahan meraih gagang pintu ragu lalu mendorongnya.


Aku menatapnya yang terkejut melihatku. Ekspresi apa yang terukir diwajahku? Aku tidak tahu. Aku hanya menatapnya. Namja yang seakan tidak dimakan waktu. Sama seperti saudara-saudaranya yang lain. Wajahnya masih sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Rambut peraknya seakan tidak bertambah panjang satu inci pun.

Ah iya! Aku harus bernafas! Aku menghirup udara sebisaku. Aish! Apa bernafas sesulit ini? Atau udara tidak mengizinkanku untuk menangis? Karena, jika aku bernafas, air bening itu akan jatuh dari mata ini. Apa yang harusnya aku rasakan, aku juga tidak tahu. Senang? Marah? Sedih?

Aku melangkah maju mendekatinya. Dia tetap menatapku dan tidak bergerak. Jarak di antara kami tidak lebih dari setengah meter. Apa yang ada di pikirannya? Apa dia terkejut? Pasti. Apa dia suka aku ada di sini? Atau malah sebaliknya? Apa yang harus aku katakan? Haruskah aku menunggu dia yang bicara duluan?


"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Luhan akhirnya setelah kebisuan yang cukup panjang di kamarnya. Soo Hee agak terkejut dengan pertanyaan itu. Ditambah melihat ekspresi tidak senang dari Luhan.

"Aku ... hanya ingin memberitahu kalau sarapan sudah siap," jawab Soo Hee seadanya.

"Apa kau tahu apa yang sudah kau lakukan?" kata Luhan berjalan agak cepat untuk menyambar pintu dan menutupnya kembali.

"M-mwo?"

Luhan berbalik dan menatap Soo Hee. "Bagaimana kau tahu tempat ini? Siapa yang memberitahumu?"

Home - EXO FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang