Part 2

1.4K 75 11
                                    

Aku dapat merasakan wajahnya hanya beberapa inchi dariku.

Dan.....

"Kau memiliki mata coklat yang indah, Mad," kata Adam sambil terus menatap mataku. Kemudian ia menjauh untuk mengambil tasku dan memberikan nya padaku.

Aku hanya tersenyum. Untuk sesaat aku berpikir dia akan mencium keningku. Lagi-lagi aku berkhayal terlalu tinggi.

Adam mulai berjalan menuju pintu rumahnya, aku terus mengikutinya. Saat sampai di depan pintu aku pamit untuk pulang dan ia pun berterimakasih karena aku telah membantunya.

***

From: Adam Bailey

Terima kasih kau telah menolongku mengerjakan tugas ini. Kau tahu, aku begitu lemah dalam Biologi. Kabari aku ketika kausampai di rumah.

Ponselku berdering, aku meraihnya dan melihat layar memunculkan nama Adam.

Ia terdengar begitu baik. 

Aku baru mengenal Adamdalam beberapa bulan terakhir. Saat hari pertamanya di Fork High School, aku lah orang pertama yang mendatangi mejanya dan berkata, "Hei! Jadi kau Adam, huh? Aku Madison," sambil mengulurkan tanganku mengajaknya berkenalan.

Kurasa dia merasa terganggu dengan sikapku yang terkesan sok akrab. Terutama setiap dia menoleh ke belakang, aku selalu saja sedang menatapnya, entah berapa kali aku tertangkap basah tengah memandanginya dengan sembunyi-sembunyi tapi untuk menutupi rasa gugupku aku akan tersenyum ketika dia melihatku lalu kualihkan pandangan.

To: Adam Bailey

Aku sudah di rumah. Tak masalah tentang tugas Biologimu itu, kebetulan aku menguasai materinya. Kapanpun kau butuh bantuanku, katakan saja :)

Ponselku kembali berdering tanda ada pesan masuk.  

To: Madison Dawson

Thanks Mad.

Hari semakin larut, aku dapat merasakan mataku yang terasa berat karena menahan kantuk. Aku ingin sekali tidur, tapi aku tidak ingin meninggalkan obrolanku dengan Adam. Kapan lagi kami akan berbalas pesan seperti ini? Mungkin besok aku tidak seberuntung hari ini bisa mengobrol dengannya lewat pesan singkat.

***

Hari ini aku sampai di sekolah terlalu pagi, seperti biasa nya. Aku sedang duduk di kursiku sambil membaca novel, aku menunggu dua sahabatku datang, mereka selalu terlambat. Sedang menghayati kata-kata yang terdapat di novel tersebut, kemudian aku mendengar seseorang memanggilku.

"Mad! Sendiri saja? Kemana dua sahabatmu?" Adam. Aku telah menduganya. Dia memanggilku dari kursinya yang tak jauh dariku.

"Kau tahu mereka di mana, Dam," jawabku sambil terus membaca novel.

"Dalam perjalanan?"

Aku hanya mengaggukkan kepalaku meng-iyakan perkataannya. Dari sudut mataku terlihat Adam berjalan kearahku.

"Jadi selain suka tidur, kau juga suka membaca, huh?" tanyanya sambil menurunkan novel dari hadapanku.

"Ya, begitu lah. Sebenarnya, aku tidak terlalu suka membaca. Hanya saja aku sedang mood membaca," Adam menganggukkan kepalanya sambil membaca beberapa kalimat di novelku.

"Buku ini membosankan, Mad. Hanya tulisan kecil-kecil dengan beberapa tanda baca. Tak ada gambar."

"Adam, itu novel, bukan komik. Kau bisa bicara pada Ava kalau ingin meminjam komiknya. Ava pecinta komik."

Loving Can HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang