"Kau di kamarku."
Aku terkejut. Spontan aku langsung melepaskan selimut yang melilit tubuhku untuk keluar dari kamarnya dan pergi meninggalkannya. Namun, belum sempat berdiri, aku semakin kaget melihat pakaianku yang berubah. Sekarang aku menggunakan kaos yang longgar. Bukan nya pergi meninggalkannya, aku malah terdiam di kasurnya.
"Dimana mini dressku? Siapa yang menggantikan pakaianku?" tanyaku bertubi-tubi.
Dia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya.
"Tenang, Mad. Aku menyimpan nya. Soal pakaianmu, aku pikir kau tidak akan nyaman kalau tidur menggunakan dress ketat dan pendek seperti semalam," dia beranjak dari kasur dan berjalan menuju pintu kamarnya. Menyebalkan, bahkan dia belum menjawab satu pertanyaanku.
"Siapa yang mengganti pakaianku?!" suaraku meninggi.
Dia membuka pintu dan hendak pergi meninggalkanku. Kemudian dia berbalik sesaat untuk menjawab, "Aku," dan melanjutkan langkahnya keluar dari kamar.
Sial! Tidakkah dia memiliki asisten perempuan? Dia baru mengenalku. Dan dia sudah berani membawaku ke rumahnya, mengganti bajuku, tidur sekamar denganku. Omong-omong, aku masih tidak bisa mengingat apa yang kami lakukan semalam. Semalam kami mabuk, mungkin saja kan kami melakukan sesuatu. Maksudku, "sesuatu".
Pintu kamarnya terbuka perlahan, menghentikan pemikiranku tentang hal yang mungkin terjadi semalam.
"Nona Dawson, sarapan telah siap. Tuan Matthew menunggu Anda," ucap seorang wanita dengan seragam. Aku hanya menatap perempuan yang lebih tua dariku ini, menimbang-nimbang apakah aku akan ikut sarapan bersama Matt atau tidak.
"Aku tidak lapar, terima kasih," Aku merekahkan senyuman ramahku pada perempuan ini. Dia membalas senyumanku kemudian keluar dari kamar Matt dan menutup pintunya. Dia memiliki asisten perempuan, kenapa harus dia yang menggantikan pakaianku? Selain itu, asistennya pasti memiliki kamar bukan? Kenapa aku harus tidur bersamanya? Tak masalah bagiku apabila tidur di kamar asisten. Dari pada harus tidur di sebelah pria yang baru ku kenal dalam semalam.
Aku beranjak dari kasur menuju jendela besar yang ada di kamarnya. Aku membuka gordennya. Ternyata aku berada di lantai dua, rumah ini besar sekali, aku melihat sebuah mobil sport terparkir di halamannya, kalau aku tidak salah, itu adalah Nissan GTR. Wow, keren juga selera Matthew.
Pintu kamarnya terbuka saat aku sedang menatapi mobil kerennya itu.
"Cepat turun dan makan sarapanmu, Mad," ucap Matthew. Aku menggeleng cepat kemudian kembali melihat keluar jendela, entah apa yang aku lihat, aku hanya berusaha agar tidak perlu menatapnya. Saat aku sedang memerhatikan jalanan di depan rumahnya, aku merasakan seseorang menarik tanganku."Hei!" Aku melihat kearah tangan yang menarikku. "Matt, lepaskan," dia menarikku keluar dari kamarnya, aku menarik tanganku dari genggamannya. "Apa-apaan kau ini? Kau pikir kau siapa bisa seenaknya menarik tanganku seperti ini?" lanjutku.
"Aku minta maaf, Mad. Sekarang kita turun dan sarapan bersama."
Astaga, apa yang salah dengan pria ini? Dia pikir dia suamiku lalu dapat mengajakku sarapan bersama semudah ini?
"Baiklah aku tahu aku lancang. Pertama, aku membawamu ke rumahku tanpa persetujuanmu. Kedua, aku tidur di kasur bersamamu," ucapnya menggantung. "tapi tolong hargai aku, Mad. Sarapan bersamaku," lanjutnya.
Aku menjadi merasa tidak enak padanya. Aku pun mengangguk dan mengikutinya ke ruang makan. Kemudian kami sarapan bersama. Kami sama-sama diam. Sampai akhirnya Matthew memecahkan keheningan diantara kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Can Hurt
Teen FictionKetika Madison akhirnya merasakan jatuh cinta lagi setelah sekian lama, dia begitu mencintai kekasihnya, Adam Bailey. Namun segalanya berubah seketika saat Madison mengetahui kebusukan Adam selama Adam tinggal di Newcastle. Hatinya semakin hancur ke...