Matthew berjalan menghampiriku kemudian ia menoleh ke arah Brandon yang sedang memijat pelipisnya.
Matthew meletakkan kedua tangannya di wajahku. "Ada apa, Mad?" Ia membuatku mendongak.
Alih-alih bicara aku justru terus terisak.
Matthew maju satu langkah kemudian merengkuhku ke dalam pelukannya. Ia mendekatkan wajahnya ke telingaku. "Tenanglah Mad, aku di sini." Bisiknya di telingaku. Kulingkarkan tanganku di balik punggungnya.
"Sekarang aku tahu yang sebenarnya, Matt." Aku mengatakannya sambil mengatur nafasku agar lebih tenang.
"Apa yang kau ketahui?"
"Aku tidak akan mengatakan nya jika ada Brandon di sekitarku."
Matthew melepaskan pelukannya kemudian menangkupkan kedua tangannya di pipiku. "Naiklah ke kamarku, aku akan menyusul." Aku mengangguk kemudian berjalan keluar dari ruang makan menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Saat aku berada di depan tangga, samar-samar kudengar suara Matthew dari ruang makan. "Kau tunggu di sini, Brand."
Aku menaiki satu-persatu anak tangga yang tak lama kemudian diikuti oleh langkah Matthew yang mengikutiku. Aku melanjutkan langkahku menuju kamarnya, begitu pula dengannya.
Saat aku sampai di tengah kamarnya dan berbalik kulihat ia sedang menutup pintu kemudian berjalan ke arahku. Sambil terisak, aku berusaha menceritakan pengakuan Brandon tadi. "Brandon mengaku Matt."
Matthew mengernyitkan dahinya. "Mengaku?"
"Kejadian yang kita liat di rumah Adam, itu telah direncanakan oleh Brandon dan Caitlyn si perempuan sialan itu hanya karena Caitlyn menyukai Adam dan Brandon menyukaiku!" Aku kembali menangis hingga terisak. Aku menutup wajahku dengan telapak tangan.
Matthew tidak berkata apa-apa melainkan langsung memelukku. "Aku benci Brandon, Matt. Dia jahat. Dia rela menyakiti hatiku karena keegoisannya untuk mendapatkanku." Aku terus terisak sedangkan Matthew mengelus rambutku lembut.
"Ssstt, tenang Mad. Sudah kukatakan bukan bahwa dia menyukaimu? Hanya saja, dia melakukan segala cara untuk mendapatkanmu, tidak peduli cara itu benar atau tidak."
"Aku tidak mau menemuinya lagi, Matt. Aku tidak mau. Katakan padanya agar tidak menggangguku lagi." Aku menguatkan pelukanku dan terus terisak dalam pelukan Matthew. "Katakan padanya aku membencinya." Rasanya sulit sekali bagiku untuk berhenti menangis.
Matthew menenangkanku kemudian mengarahkanku untuk duduk di kasurnya. Sekarang aku sedikit lebih tenang. Matthew melepaskan pelukannya, "kau tenangkan diri dulu, aku akan ke bawah untuk menemui Brandon." Ia tersenyum kemudian beranjak dari kasur dan melangkahkan kaki menuju pintu kamar dan menghilang di baliknya.
***
Brandon Brent's POV
"Tapi kejadian di Newcastle itu tidak sepenuhnya salahku, Adam juga yang mau melakukannya dengan Caitlyn. Aku mengerti jika kau kecewa padaku, tapi aku mohon jangan menjauh dariku."
"Setelah semua yang kau lakukan, kau masih berani memintaku untuk tidak menjauh darimu?!" Air mata Madison tumpah ke pipinya.
"Aku mohon, Mad. Untuk persahabatan kita, kumohon jangan menjauh."
"Seharusnya kau pikirkan itu dari awal!"
Seharus nya tidak seperti ini. Ini jauh di luar ekspektasiku. Aku tidak ingin Madison justru menjauh.
Seketika Madison menoleh ke pintu. "Hei, ada apa, Mad? Kenapa kau menangis?" Suara Matthew. Reaksi yang diberikan oleh Madison membuatku tertekan, aku memijat pelipisku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Can Hurt
Teen FictionKetika Madison akhirnya merasakan jatuh cinta lagi setelah sekian lama, dia begitu mencintai kekasihnya, Adam Bailey. Namun segalanya berubah seketika saat Madison mengetahui kebusukan Adam selama Adam tinggal di Newcastle. Hatinya semakin hancur ke...