Part 30

488 34 0
                                    

Aku masuk ke rumah Matthew sambil membawa buket bunga darinya. Kuletakkan buket bunga tersebut di meja di samping kasur Matthew.

Aku naik ke kasur kemudian kusandarkan punggungku agar merasa lebih rileks. Mataku tertuju pada rak buku Matthew yang dipenuhi buku-buku teknik berbisnis, tapi ada satu buku yang menyita perhatianku. Buku tersebut berwarna biru muda dan di sisinya tertulis "Memories". Aku beranjak dari kasur kemudian mendekati rak buku tersebut dan mengambil buku Memories berwarna biru muda itu. Kutarik buku tersebut dari himpitan buku-buku lain.

Buku ini agak berdebu. Kubawa buku tersebut ke kasur Matthew, sebelum aku membukanya, kubersihkan bagian covernya dengan tissue yang ada di tasku. Setelah bersih barulah kulihat-lihat isinya.

Halaman pertama berisi lima foto. Bagian teratas terdapat tulisan dari spidol permanen berwarna biru, Chloe North. Kurasa itu adalah nama dari perempuan yang berfoto bersama Matthew ini. Aku membalik halamannya. Di lembar berikutnya Matthew berfoto dengan perempuan lain. Di bagian atas tertulis dengan spidol emas permanen, Amanda Canova. Aku terus melihat-lihat foto-foto di album tersebut yang kuasumsikan sebagai album kenangan Matthew bersama para mantan kekasihnya, dan ada foto Matthew bersama Carrie di situ, walaupun tidak banyak. Aku berhenti pada sebuah halaman yang di bagian atasnya bertuliskan Alice Friday.

Alice ada di halaman terakhir buku tersebut, setelah fotonya bersama Matthew hanya ada beberapa lembar kosong. Kurasa dia adalah mantan kekasih Matthew yang terakhir. Fotonya bersama Matthew memiliki jumlah paling banyak dari mantan Matthew yang lain. Mereka terlihat begitu bahagia, setiap fotonya terlihat begitu menyenangkan. Mereka tertawa bersama di suatu pesta yang kuanggap bahwa foto tersebut diambil oleh temannya.

It's kinda break my heart.

Ini aneh. Aku tidak perlu merasa sakit hati melihat semua kenangan Matthew bersama semua mantan kekasihnya karena aku tidak menyukainya. Tapi, entahlah, ini benar-benar aneh. Aku tidak mungkin merasa seperti ini jika aku tidak menyukainya.

Kembali kubalikkan halaman buku tersebut kembali ke beberapa lembar di belakangnya. Hanya foto Matthew bersama Alice adalah yang terbanyak, kurasa Matthew benar-benar menyayanginya dan menjadikannya kekasih bukan karena sekedar tidak ingin menyandang status single.

Mereka terlihat sangat serasih. Cocok. Oke, hatiku semakin terluka sekarang.

"Aku bisa membuat kenangan yang lebih indah denganmu." Kata Matthew yang entah dari kapan sudah berdiri di ambang pintu dengan tubuh yang di sandarkan.

"A-apa maksudmu?" Kututup buku memories tersebut kemudian aku berjalan kembali menuju rak buku dan meletakkannya lagi ke tempat di mana aku mengambilnya.

"Ya kita bisa mengukir cerita dan kuletakkan kenangan kita di sana."

Kurasakan pipiku yang memanas. Aku kembali ke kasur. "Aku tidak mengerti maksudmu." Kataku seraya membaringkan tubuh di kasur.

"Kau tahu maksudku, Mad."

"Aku ingin tidur, da-ah!" Kutarik selimut putih di ujung kasur hingga menutupi seluruh wajahku.

***

Sudah berminggu-minggu berlalu setelah momen menginapku di rumah Matthew dan akhirnya aku pulang ke rumah. Kabar baiknya adalah aku dan John mulai berbaikan dan ia mulai berhenti mencari masalah denganku.

Kabar buruknya adalah pagi ini aku terbangun dengan suasana hati super malas karena hari ini aku harus kembali ke sekolah. Ya, libur musim panas telah berakhir dan itu membuatku kesal. Aku masih ingin bermalas-malasan di rumah. Aku bangkit dari kasur kemudian berjalan menuju kamar mandi dan segera membersihkan tubuhku.

Loving Can HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang