"Ya." Jawabku singkat.
"Terima kasih, Tuhan. Akhirnya kau mengangkat panggilanku."
Aku diam saja, hanya ingin menanggapi seperlunya.
"Aku minta maaf, Mad. Aku tidak ingin persahabatann kita berakhir seperti ini."
Aku memutar bola mataku malas.
"Aku mengerti kau kecewa padaku, tapi tolong maafkan aku. Perasaanku yang ditolak sudah cukup buruk. Jangan membuat ini semakin buruk, Mad."
"Kau yang membuat segala nya buruk."
"Aku minta maaf, aku sangat sangat menyesal."
"Ucapanmu itu membosankan."
Kuputuskan panggilan kami kemudian kuletakkan ponselku di atas meja dengan kasar sehingga menciptakan suara yang tidak dapat kudeskripsikan.
Aku memasukan camilan yang kupesan ke dalam mulutku. Sebenarnya selera makanku hilang tapi harus kupaksakan, aku tidak ingin merusak suasana antara aku dan Matthew.
"Biar kutebak, Brandon meminta maaf?" Matthew kembali membuka percakapan.
"Ya,"
"Maafkan saja dia, Mad. Dia telah berusaha dengan keras."
"Berusaha apa? Menjebak Adam dan membuatku benci padanya?" Ucapanku terdengar tidak suka.
"Hanya saran." Kini Matthew terlihat tidak mood.
Aku menghela nafas. "Maafkan aku Matt."
Matthew menatapku sambil mengangkat kedua alisnya. "Untuk apa?"
"Aku telah merusak moodmu dan merusak suasana kita." Aku memutar-mutar cemilanku di atas piring.
"Tidak, Mad. Aku paham bagaimana perasaanmu sekarang."
Aku hanya tersenyum mendengar ucapan Matthew tersebut tanpa mengatakan apapun.
"Kau ingin pulang?"
Ucapan Matthew membuatku mengangkat pandanganku. Mata kami bertemu, aku berusaha menebak apa yang membuatnya mengajakku untuk pulang, tapi ia terlalu sulit untuk ditebak. Aku menganggukkan kepala. "Iya,"
Matthew menyeka mulutnya dengan tissue kemudian meminum sedikit minuman yang ia pesan. Matthew berdiri dari kursinya kemudian merapikan pakaiannya. "Ayo," ucapnya seraya menatapku dengan alisnya yang terangkat.
Astaga, kenapa Matthew terlihat begitu manis?? Batinku.
"Hei, Mad?" Matthew melambaikan tangannya tepat di depan wajahku membuatku tersadar dari lamunan konyolku.
Sekarang aku merasa nervous ketika Matthew menatapku dengan intens. Sorot matanya membuat jantungku berdegup lebih cepat. Ya Tuhan apa yang salah denganku?!
"Um, ah- y-ya. Ayo," Sial! Sekarang aku benar-benar gugup. Aku beranjak dari kursiku kemudian berjalan di belakang Matthew, entah karena apa tapi rasanya aku tidak bisa terlalu dekat dengannya.
Kulihat Matthew memutar kepalanya hingga ia menatapku. Kurasakan sebuah tangan menarik tanganku. "Kau lambat sekali." Tangan Matthew. Ia menggenggam tanganku dan menuntunku agar kami berjalan beriringan. Aku tahu ini pernah terjadi sebelumnya, tapi kali ini... Ini terasa berbeda.
Kurasa kau menyukainya, Mad. Seseorang dalam hatiku bicara. Kugelengkah kepalaku. Tidak mungkin aku menyukai sahabat dari mantan kekasihku.
Kini aku mempercepat langkahku dengan harapan Matthew akan melepaskan tangannya dariku, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan melepas genggaman tangannya dariku. Jantungku rasanya ingin copot, detaknya sudah tidak normal lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Can Hurt
Teen FictionKetika Madison akhirnya merasakan jatuh cinta lagi setelah sekian lama, dia begitu mencintai kekasihnya, Adam Bailey. Namun segalanya berubah seketika saat Madison mengetahui kebusukan Adam selama Adam tinggal di Newcastle. Hatinya semakin hancur ke...