Sinar matahari menyeruak masuk lewat celah gorden kamar yang sedikit terbuka. Aku membuka mataku, penglihatanku masih buram. Kubalikkan tubuhku kemudian melihat seseorang sedang tidur membelakangiku. Posisiku berubah secara tiba-tiba menjadi duduk akibat terkejut melihat ada pria yang tidur satu kasur denganku.
Tiba-tiba aku teringat bahwa aku menginap di rumah Matthew. Aku turun dari kasur kemudian meraih ponselku yang berada di meja kemudian menyalakan nya untuk melihat jam. Pukul 8:10 AM.
Aku tidak kesiangan.
Aku keluar dari kamar Matthew kemudian berjalan ke lantai bawah untuk mengambil segelas air.
Sekarang perutku terasa lapar. Aku membuka kitchen set Matthew untuk melihat bahan apa saja yang ia punya. Tidak banyak, hanya beberapa telur ayam, seplastik rumput laut, mie instan, dan bubur instan.
Otakku memiliki ide secara mendadak. Kuambil tiga buah telur kemudian kukocok di sebuah mangkuk. Selanjutnya kubuka plastik yang berisi rumput laut dan memotongnya menjadi kecil-kecil kemudian memasukkan nya ke telur yang telah kukocok.
Kunyalakan kompor dan kuletakkan sebuah pan dengan sedikit minyak di atasnya. Aku biarkan pan tersebut hingga panas kemudian kutuangkan kocokan telur ke atasnya.
"Nona Madison, Anda bisa memerintah kami untuk membuatkan sarapan jika Anda ingin sarapan." Seorang pelayan masuk ke dapur secara mengejutkan.
"Oh, tidak. Tak apa, I got this. Kalian lanjutkan saja istirahat nya." Jawabku seraya membalikkan telurku.
Si pelayan tersenyum kemudian kembali meninggalkanku.
Hanya butuh beberapa menit hingga telur yang kubuat matang. Kuletakkan telur yang telah matang itu ke piring kemudian aku membagi telur tersebut menjadi dua, setelah itu aku mengambil dua buah sendok yang kuletakkan di masing-masing piring, kemudian kubawa piringnya ke atas, ke kamar Matthew.
Aku menaiki tangga dengan hati hati sambil memegangi dua piring di masing-masing tanganku. Ketika sampai di lantai atas aku langsung menuju ke kamar Matthew. Kubuka pintunya dengan susah payah kemudian berhasil masuk dengan piring yang nyaris terlepas dari tanganku. Aku berjalan ke kasur Matthew kemudian membangunkannya. "Matt, bangun, aku membawakan sarapan untukmu."
Ia mengerjapkan matanya beberapa kali. "Ada apa?" Suaranya masih terdengar serak.
"Kau harus sarapan Matt."
"Um? Apa itu?" Matthew menunjuk piring yang kubawa dengan dagunya.
"Well, sebenarnya aku juga tidak tahu apa, tapi ini campuran omelette dengan rumput laut."
Mata Matthew langsung berubah menjadi bulat penuh. "Kau bercanda?" Wajahnya terlihat begitu serius.
"Kenapa? Ini sudah expired?"
"Tidak," Matthew meraih salah satu piring yang kupegang dan tangan kami bersentuhan. "Ini pasti akan terasa sangat lezat." Jantungku berdetak lebih cepat. Ini sangat dramatis. Tangan kami hanya bersentuhan sedikit dan rasanya aku seperti terbang hingga menembus atap rumahnya.
Matthew menyuapkan sedikit dari omelette yang kubuat ke mulutnya. "Mm, aku sudah menebak bahwa ini sangat lezat." Aku tersenyum mendengarnya.
"Kau yang membuatnya?" Tanya Matthew lagi.
Aku hanya mengangguk kemudian mulai memakan omeletteku. Matthew hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Jika aku tidak salah dengar, tadi kau mengingatkanku untuk sarapan , ya 'kan?" Ia menoleh padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Can Hurt
Teen FictionKetika Madison akhirnya merasakan jatuh cinta lagi setelah sekian lama, dia begitu mencintai kekasihnya, Adam Bailey. Namun segalanya berubah seketika saat Madison mengetahui kebusukan Adam selama Adam tinggal di Newcastle. Hatinya semakin hancur ke...