Part 10

806 39 5
                                    

Brandon tampak terkejut, begitu pula denganku. Aku tidak menyangka Matthew akan mencium keningku.

"Jadi sekarang kalian memiliki hubungan spesial?" Brandon mengatakan nya seraya berjalan ke sofa kemudian duduk di sebelah ku.

"Tidak. Kami hanya," Aku diam sejenak, Brandon terlihat menunggu ku melanjutkan.

"Akrab."

"Akrab, huh? Baru akrab beberapa hari saja, dia sudah berani mencium keningmu." Nada suaranya terdengar seperti tidak suka. Sejak SMP Brandon memang selalu menjaga ku dari pria-pria yang berniat busuk padaku. Namun kurasa Matthew bukan pria seperti itu, tapi, aku tidak tahu pasti.

Aku tidak menjawab perkataannya barusan, aku membuka kantung plastik pemberiannya kemudian membuka styrofoam yang di atasnya bertuliskan Brunel's Restaurant dan melihat Sarajevo Steak di dalamnya. Dia benar-benar tahu kesukaanku.

"Terima kasih, Brand," Aku tersenyum kemudian mulai makan.

"Kau mau?" sambil menunggu jawaban Brandon, aku terus mengunyah.

"Tidak, terima kasih." 

Aku melanjutkan makan malamku hingga habis.

Setelah selesai, aku membuang nya ke tempat sampah kemudian berjalan menuju kasurku. Aku melihat Brandon sedang duduk di sebuah kursi sambil menonton tv sedangkan Matthew sedang duduk bersandar di kasurnya sambil membaca novelku. Novel yang kubaca tadi siang. Aku meninggalkan nya begitu saja di kasur mereka dan sekarang novel itu ada pada Matthew. Aku melangkahkan kaki ke kasurku. Kemudian duduk bersandar sambil menonton tv, sesekali aku menoleh kepada Matthew, mengira-ngira kapan aku bisa meminta novel itu kembali.

"Berhenti curi-curi pandang begitu, Mad," ucap Matthew yang membuat alisku bertautan.

"Huh?" Aku menoleh dengan bingung.

"Aku tahu dari tadi kau memerhatikanku. Tatap saja yang lama, tidak perlu menoleh terus-menerus." Dia tidak menatapku saat mengatakan nya. Dia pikir aku memerhatikannya? Percaya diri sekali dia!

"Pft, siapa yang memerhatikanmu?"

"Kau."

"Aku ingin meminta novelku."

"Tidak boleh," apa? Tidak boleh katanya? Itu novelku, dia meminjam nya, bahkan aku bisa katakan bahwa dia mencuri nya karena dia tidak izin padaku saat ingin membaca nya.

"Aku akan meminjam novel ini hingga aku selesai membacanya." Aku menghela nafas, jarang ada pria yang suka membaca novel. Apalagi membaca novel yang sedang dibaca orang lain.

Aku melihat Brandon terus mengganti saluran tv, entah apa yang dia cari. Kemudian tiba-tiba ia mematikan nya.

"Aku ingin menonton, Brand."

"Tidak, kau harus tidur." Dia terdengar dingin.

"Kau kenapa, Brand?" Dia beranjak dari kursi menuju kasurnya kemudian merebahkan diri.

"Memangnya aku kenapa?"

"Kau, seperti marah padaku."

"Tidak." Sekarang seluruh tubuhnya tertutup selimut. Dia bersikap aneh, padahal tadi dia sangat baik sampai-sampai mau membelikan ku makan. Aku berusaha mengingat-ingat apa hal yang baru saja aku lakukan sehingga dia bersikap seperti ini. Dan aku tidak menemukannya. Mungkin dia hanya lelah. Aku membaringkan tubuhku membelakangi kasur Brandon dan Matthew berusaha untuk tidur lagi.

Kira-kira sudah 45 menit aku berusaha tidur tapi tak ada hasil, aku belum mengantuk dan tidak bisa tidur dalam waktu cepat. Ruangan ini begitu gelap.

Loving Can HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang