Aku mengernyitkan dahiku.
"A-apa maksud-" belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, Brandon memotongnya.
"Ya atau tidak?"
Aku menatap mata kanan dan kirinya secara bergantian. "Kenapa kau ingin tahu?"
"Karena aku ingin tahu."
Huh? Apa? Jawaban macam apa itu?
Aku mengernyitkan dahi sambil mengangkat sebelah alisku.
"Aku ingin memberitahumu sesuatu, tapi sebelumnya aku harus tahu jawabanmu dari pertanyaan tadi."
Kupertimbangkan jawaban yang akan kuberikan. Apakah aku menyukai Matthew? Terus kupikirkan jawaban dari pertanyaan itu hingga akhirnya aku membuka suara untuk menjawab pertanyaan Brandon tersebut.
"Mungkin," kataku seraya mengangkat kedua bahu dan alisku.
Kudengar ia tertawa sinis. "Kau jatuh cinta pada pria yang baru kau kenal beberapa hari?"
Ia kembali menyambung ucapannya. "Kau bahkan belum tahu betul seperti apa dia. Dan kau tidak tahu pasti apabila dia membalas perasa-"
"It's not even your business, so shut your mouth!" Nada suaraku meninggi. Aku tidak suka ketika Brandon mencampuri urusanku. Terutama ketika ia bertingkah seolah ia adalah kekasihku.
Ia menghela nafas. "Kau telah menjawab pertanyaanku jadi akan kuberitahu hal yang kumaksudkan tadi,"
"Sebelumnya aku minta maaf soal kejadian tentang Adam di Newcastle," lanjutnya yang kembali menggantungkan ucapannya.
Aku menatapnya tajam. Aku tidak ingin marah padanya namun aku benar-benar sedang tidak mood bicara dengannya, tapi harus kupaksakan. "Bukan salahmu."
"Itu salahku. Aku minta maaf, Mad. Aku sungguh-sungguh minta maaf."
Dahiku kembali mengerut. "Apa maksudmu?"
"Kejadian saat Adam bermesraan dengan Caitlyn, ingat?" tanyanya dan hanya kubalas dengan anggukan. "Itu ulahku, begini ceritanya," lanjutnya menggantungkan kalimatnya.
Flashback On
Brandon Brent's POV
Cafe Ow-Some, London, UK.
"Ya, aku mengerti. Adam, aku ingin pulang, bisa kau mengantarku?" Madison mengatakannya dengan alis yang terangkat. Sekarang Adam terlihat sedang berpikir.
"Oh, apa kau akan mengantarkan Caitlyn? Kalau begitu a-" Belum sempat Madison menyelesaikan ucapannya, Adam memotong.
"Tidak, tidak. Aku akan mengantarkanmu. Cait, kau akan pulang sendiri bukan?" Ucapan Adam dibalas dengan anggukan kepala dan senyuman dari Caitlyn. Adam berdiri dan mengucapkan salam selamat tinggal pada Caitlyn kemudian mulai menggerakkan tangannya untuk merangkul bahu Madison dan mereka berjalan meninggalkan cafe serta meninggalkanku dan Caitlyn di sini.
Kulihat wajah Caitlyn yang berubah menjadi kesal. Untuk sekejap tadi kukira ia benar-benar merasa tidak masalah jika Adam mengantar Madison pulang. Tunggu dulu. Apakah ia menyukai Adam?
Kuberanikan diri untuk duduk bersamanya. Aku bangkit dari kursiku dan melangkahkan kaki menuju mejanya.
"Boleh aku duduk di sini?" Tanyaku sambil memegangi bagian sandaran dari kursi.
"Silahkan,"
Aku menarik kursi itu ke belakang hingga tubuhku cukup untuk masuk dan duduk di atasnya, setelah itu aku duduk dan kembali mendekatkan kursi dengan meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Can Hurt
Teen FictionKetika Madison akhirnya merasakan jatuh cinta lagi setelah sekian lama, dia begitu mencintai kekasihnya, Adam Bailey. Namun segalanya berubah seketika saat Madison mengetahui kebusukan Adam selama Adam tinggal di Newcastle. Hatinya semakin hancur ke...