Part 24

553 34 5
                                    

Madison terlihat sangat bahagia, ini sedikit membuatku merasa menyesal karena memiliki rencana jahat dengan Caitlyn.

Kami berjalan cukup lama hingga akhirnya Caitlyn menelepon Madison menggunakan ponsel Adam.

Kulihat wajah Madison yang tersenyum bahagia. Dengan wajah yang riang ia mengangkat telepon tersebut.

"Halo." Ia mengatakan nya sembari tersenyum kecil seperti hendak tertawa.

Madison diam sejenak.

"Halo, Adam?" Aku melihat senyumannya yang berangsur menghilang.

Dahi Madison mengernyit entah apa yang ia dengar di sana. Mungkin Caitlyn melakukan tugasnya dengan baik.

"Halo? Adam? Kau disana?" Matanya bergerak kesana-kemari menunjukkan kekhawatiran.

"Dam? Katakan sesuatu!" Nada suaranya meninggi dan dahinya masih mengerut.

Tak lama setelah itu, ia memutuskan sambungan telepon mereka dan memasukkan kembali ponselnya.

Ia berlari tanpa memperdulikan kue yang ia jinjing. Aku pun berlari untuk mengejarnya.

Ketika sampai di depan rumah Adam, Madison langsung masuk ke rumahnya dan langsung menuju kamarnya. Kami mencari kamar yang memiliki ukiran nama Adam di luarnya.

Saat kami berada di depan pintu kamarnya, ada suara yang terdengar. Aku yakin itu Caitlyn!

Madison membuka pintunya tanpa mengetuk. Pintu tidak terkunci, syukurlah aku telah memberi tahu Caitlyn untuk tidak mengunci pintu. Kulihat Madison sangat terkejut ketika melihat Adam dengan perempuan lain.

"Madison?" Adam terlihat kaget melihat kedatangan Madison yang tiba-tiba.

"Ini tidak seperti yang kau pikirkan, Mad," Adam berjalan mendekati Madison.

"Begini kah caramu membalas rasa cintaku, Dam?" tatapannya melemah.

"Tidak! Aku ti-"

Madison memotong ucapan Adam. "Dan, oh, hai Cait! Musim panas ini kau tidak kembali ke London untuk menemui orang tuamu? Apakah karena kau ingin menghabiskan musim panas dengan kekasihku ini?!"

"Tidak, Madison. Sungguh, aku tidak berselingkuh," Adam kembali menyambung ucapannya.

"Lalu kau sebut ini apa?!"

"Tidak, Mad. Kau percaya padaku 'kan?"

"Ya! Aku percaya padamu! Dan apa balasanmu?!" Kulihat air matanya menggenang.

"Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud menyakitimu."

Madison mematung di tempatnya dia menangis hingga terisak.

"Aku mencintaimu, Dam!"

"Kau tidak pernah tahu betapa sering aku menangis karena merindukanmu!" Ia terus terisak. Adam hanya terus memandangi Madison tanpa menjawab ucapannya.

"Kau tidak tahu bagaimana rasanya dikhianati kekasih yang sangat kau cintai." Ia berjalan keluar dari kamar Adam kemudian meletakkan kantung plastik berisi kue di meja panjang yang ada di dekat dinding di ruang tamunya.

"Madison!" Adam berteriak seraya berjalan mengimbangi langkah Madison. Aku menoleh ke belakang dan menatap Caitlyn. "Seharusnya kau menjadi aktris." Kataku sambil tersenyum dan dibalas olehnya, setelah itu aku pergi meninggalkan Caitlyn sendirian.

Ketika aku menghampiri Adam dan Madison mereka tengah bertengkar. Emosi Madison sudah pada puncak nya kurasa.

"Aku mengatakan yang sebenarnya, aku mencintaimu." Adam bicara dengan lembut. Mungkin agar Madison mempercayainya lagi, tapi kurasa tidak akan lagi.

Loving Can HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang