Part 11

741 37 0
                                    

"Apa yang kau bicarakan?" Aku menatapnya tajam.

"Hanya saran. Sebelum kau menyesal, Mad."

"Lebih baik kau tutup mulutmu. Hanya saran, sebelum kau menyesal, Matt," jawabku sambil tersenyum sinis.

"Aku serius, Madison."

"Aku juga."

Matthew tidak menanggapi kalimatku. Aku tidak butuh sarannya, tapi jujur saja aku penasaran mengapa dia menyarankan ku untuk putuskan hubungan dengan Adam.

"Matt, kaubilang 'sebelum kau menyesal', apa yang akan membuatku menyesal?"

"Begini," ia menelan Big Mac dalam mulutnya kemudian menyeruput sedikit Lemon Teanya. "aku sebenarnya telah menyimpan rahasia ini sejak lama dan tidak pernah ku ceritakan pada siapapun," lanjutnya.

"Kejadiannya dulu saat kami masih duduk di bangku SMP. Dia sedang berpacaran dengan seseorang, aku tidak akan memberi tahu namanya jadi akan kusebut dengan 'A'. Saat itu, Adam sedang sibuk-sibuk nya latihan untuk turnamen basket sehingga komunikasi antara dia dengan si A menjadi buruk," dia berhenti dan kembali meminum Lemon Teanya, aku menyimaknya dengan seksama.

"Seiring waktu, A semakin merindukan Adam sehingga dia mendatangi tempat latihannya tapi tidak menemukan Adam di sana. Awalnya dia berpikir kalau mungkin latihan telah selesai, jadi dia memutuskan untuk datang ke rumah Adam. Ketika sampai disana, dia melihat tidak ada mobil orang tua Adam, jadi tanpa mengetuk pintu dia langsung masuk karena sudah biasa seperti itu." 

Dia berhenti lagi, menyebalkan! Membuat aku penasaran saja!

"Lalu apa, Matt?"

"Lalu dia melihat Adam di sofa sedang bermesraan dengan perempuan lain."

"Tidak mungkin, ini lelucon," Aku mengalihkan pandanganku kepada tempat parkir yang berada di sebelah kiriku, sebenarnya aku tidak berniat untuk melihat tempat parkir, ini hanya pengalihan pandangan.

"Aku serius, Mad."

"Oke, mungkin cerita ini memang fakta, tetapi bisa saja dia telah berubah. Saat kejadian itu terjadi kalian masih SMP 'kan? Kurasa dia telah berubah, Adam adalah orang yang belajar dari kesalahannya di masa lalu."

"Apa jaminan dia telah berubah?" Matthew menatapku tajam, seperti nya dia sangat tidak menyukai Adam dan ingin membuat Adam terlihat jelek di pikiranku.

"Apa jaminan dia belum berubah?" sudah dua kali aku membalasnya menggunakan kalimatnya sendiri.

"Baiklah, aku hanya ingin kau tahu perbuatannya di masa lalu. Tak apa jika kau tak percaya. Sekarang, ayo kita kembali ke hotel," Matthew menyeruput Lemon Teanya kemudian berangsur ke pintu McD.

Sesampainya kami di mulut jalan, kami tidak dapat menemukan kendaraan umum. Yang menjadi masalah adalah jarak antara tempat ini dengan Hotel tempat kami menginap sekitar 6km, cukup melelahkan apabila ditempuh dengan berjalan kaki.

Kami menunggu hampir 10 menit dan tidak terlihat satu pun kendaraan umum. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki, siapa tahu kami akan menemukan taksi di jalan. Dalam perjalanan menuju hotel, Matthew terus bertanya tentang hubunganku dengan Adam. Dia bertanya mengenai sikap Adam terhadapku dan caranya memperlakukanku. Sebenarnya aku tidak ingin menjawabnya, namun untuk mengisi perjalanan -yang akan melelahkan- ini akhrinya aku menjawab setiap pertanyaannya.

Setelah hampir setengah jam kami berjalan, akhirnya kami sampai di hotel. Sungguh melelahkan. Aku menyalakan lampu kamar kemudian memeriksa tempat tidur dan ternyata Brandon masih tidur, baguslah. Karena pasti dia akan melemparkan berbagai pertanyaan padaku kalau mengetahui aku pergi bersama Matthew.

Loving Can HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang