Berulang-ulang kupertimbangkan antara akan mengundangnya atau tidak. Hingga akhirnya kuputuskan untuk mengundangnya, tak masalah bila ia tak ingin datang.
Aku menekan tombol call. Panggilan pertamaku direject oleh Matthew.
Kenapa kau, Matt?
Aku kembali mencoba menghubunginya. Setelah beberapa saat, Matthew mengangkat telepon. Namun ia tidak bersuara.
"Um, h-halo Matt." Ia masih tidak bersuara, tapi ia pasti mendengarkan, aku yakin.
"Matthew?" Masih tidak ada jawaban.
"Aku akan mengadakan pesta malam ini, pukul 7. Kuharap kau datang," aku menunggunya untuk menanggapi.
"Tapi tak masalah jika kau tidak ingin datang. Aku tahu kau masih marah padaku, walaupun aku tidak tahu kenapa kau marah." Aku berhenti sesaat.
"Bagus, aku bicara sendiri." Aku terkekeh miris.
"Jam 7, di rumahku. Datanglah jika kau tak keberatan!" Kutunggu beberapa detik sebelum memutuskan panggilan. Belum sempat aku memutuskan panggilan justru Matthew yang memutuskannya.
"Berarti Matthew memang mendengarkanku barusan." Gumamku. Aku bicara pada diri sendiri. Sudah biasa aku melakukannya.
Sudahlah, aku tidak peduli mengenai apa yang terjadi pada Matthew. Aku tidak peduli jika ia akan menjauh dariku dan bersikap dingin. Memangnya dia siapa? Kami baru saling kenal beberapa hari yang lalu.
Matthew hanya pria berotak mesum yang terkadang bersikap manis dan memperlakukanku dengan sangat baik.
"Apa? Tidak! Apa yang kau pikirkan Mad? Matthew tidak pernah berlaku manis. Tidak pernah. Apalagi memperlakukanmu dengan baik! Buang pikiran itu dari otakmu, Mad!" Aku bicara sendiri, lagi.
Aku kembali membuka ponselku dan menyebarkan undangan pestaku lewat media chat. Kemudian aku keluar dari kamar menuju ke dapur untuk mencari makanan.
Sesampai nya di dapur, kuedarkan pandanganku. Tidak ada makanan disini. Aku membuka pintu-pintu kitchen set dan hanya menemukan sereal dan beberapa makanan ringan disana. Aku mengambil kotak sereal tersebut kemudian memakannya dengan tambahan susu.
Setelah memakan makan siangku -yang tidak mengenyangkan sama sekali- ini, aku memeriksa kulkasku. Tidak ada alkohol. Pasti ayahku telah meminumnya hingga habis.
Aku membuka ponselku. Aku mengirimi Emily dan Brandon pesan.
"Tolong bantu aku menyiapkan pesta. Kutunggu di rumahku jam setengah 6." Aku meletakkan ponselku ke sakuku yang longgar setelah menekan tombol kirim.
Aku meminum airku sampai habis kemudian membawa gelas dan piring yang telah kupakai ke wastafel. Aku langsung mencucinya hingga bersih kemudian setelah selesai, aku menuju ruang keluarga untuk menonton tv.
Kuambil beberapa makanan ringan dan kuletakkan di dalam satu wadah. Kemudian aku duduk di sofa dan meletakkan ponselku di meja pendek yang ada di depan sofa. Kunyalakan tv dan mulai mencari saluran yang kusuka.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 5:30 PM, sedangkan Brandon dan Emily belum juga datang. Kuputuskan untuk menelepon mereka, apabila mereka sedang dalam perjalanan, aku akan menunggu kedatangan mereka. Jika mereka masih di rumah, aku akan membeli kebutuhan pestaku sendiri.
Kuletakkan wadah yang berisi makanan ringan kemudian kuraih ponselku yang berada di meja. Orang pertama yang kutelepon kali ini adalah Emily.
"Halo, ada apa Mad?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Can Hurt
Teen FictionKetika Madison akhirnya merasakan jatuh cinta lagi setelah sekian lama, dia begitu mencintai kekasihnya, Adam Bailey. Namun segalanya berubah seketika saat Madison mengetahui kebusukan Adam selama Adam tinggal di Newcastle. Hatinya semakin hancur ke...