Part 14

845 36 0
                                    

"Tidak! Keluar atau kupukuli kau hingga mati mengenaskan di kamar mandi!" ancamku sambil berteriak. Sebenarnya aku tidak akan memukulinya hingga mati, lagipula aku tidak punya nyali sebesar itu.

"Wow, oke oke! Cepat selesaikan kegiatanmu di sana, aku menunggu giliranku untuk mandi," ucapnya kemudian terdengar suara pintu terbuka lalu tertutup.

Dengan cepat aku membilas badanku yang penuh dengan busa. Kemudian kuintip keluar tiraiku untuk memastikan Matthew benar-benar sudah pergi. Setelah kupastikan aman, aku meraih handuk kimonoku untuk menutupi seluruh badanku kemudian aku keluar dari kamar mandi. Kulihat Matthew tengah duduk di kasurnya, ia menoleh saat mendengar pintu kamar mandi terbuka.

"Bagaimana kau bisa masuk?" tanyaku to the point.

Matthew bangkit dari kasurnya kemudian menghampiriku, "Kau tidak mengunci pintunya," katanya kemudian melewatiku dan masuk ke dalam kamar mandi.

Seketika aku mengingat bahwa aku memang tidak mengunci pintu kamar mandi. Cerobohnya aku! Aku melangkahkan kaki menuju koperku untuk mencari pakaian yang akan kukenakan. Setelah mengaduk-aduk isi koper, akhirnya kutemukan setelan yang cocok dengan moodku saat ini. Tanpa membuang waktu, aku langsung mengenakannya dengan cepat dan hati-hati. Sejurus kemudian aku telah berpakaian rapi kemudian duduk di kasurku dan menyalakan tv.

Aku mencari ponselku kemudian membuka beberapa aplikasi, kuharap aku akan segera melupakan kejadian tadi. Kuraih earphoneku kemudian ku pasangkan pada ponsel setelah itu aku memainkan lagu Sad Song dari We The King untuk menenangkan pikiranku.

You and I, We're like fireworks and symphonies exploding in the sky.
With you, I'm alive
Like all the missing pieces of my heart, they finally collide.

Lagu ini mengingatkanku pada Adam dan membuatku semakin merindukannya.

So stop time right here in the moonlight,
Cause I don't ever wanna close my eyes.

Without you, I feel broke.
Like I'm half of a whole.
Without you, I've got no hand to hold.
Without you, I feel torn.
Like a sail in a storm.
Without you, I'm just a sad song.
I'm just a sad s-

"Hei! Madison!" Brandon berteriak begitu keras hingga membuatku terkejut.

Aku melepaskan sebelah earphoneku.

"Ya?" Ia berangsur ke kasurku kemudian duduk di tepinya.

"Aku ingin minta maaf."

"Kenapa?" Aku menatapnya.

"Soal tadi."

"Aku tidak mengerti." Aku kembali memasang earphoneku dan memainkan ponsel. Brandon membuat ku malas menanggapi ucapannya, kenapa tidak langsung katakan saja tujuan ia meminta maaf? Aku malas menanggapi orang yang bertele-tele.

Seseorang menarik earphoneku.

"Look, aku minta maaf mengenai kejadian tadi, saat aku memperlihatkan foto Adam sedang- Ya, kau tahu, yang jelas aku minta maaf. Tidak seharus nya aku memancing rasa cemburumu."

Aku mengangkat alisku sambil tersenyum miring.

"Sudah kumaafkan." Aku tersenyum sumringah.

"Terima kasih, Mad. Kau yang terbaik!" Dia memelukku kegirangan.

"Ekhem." Brandon melepaskan pelukannya ketika mendengar Matthew berdehem. Ia sudah selesai mandi rupa nya.

Sebelum beranjak dari kasurku Brandon mencium keningku kemudian berjalan menuju ruang tamu. Ia berhenti di depan Matthew sebentar kemudian melanjutkan langkahnya.

Loving Can HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang