Part 13

746 34 0
                                    

"Foto ini- Adam berciuman dengan perempuan lain?" Lanjutnya.

"Kau bisa lihat sendiri, Matt." Brandon terdengar sangat menyebalkan.

"Tidak! Aku yakin itu adalah hasil edit orang yang tidak bertanggungjawab!" Nada suaraku terdengar tinggi dan emosiku semakin tak terkendali.

"Whoa, chill Mad." Matthew mencoba menenangkanku.

Aku berusaha menenangkan diriku sendiri dan berpikir positif pada kekasihku.

"Sekarang lebih baik kau telepon Adam." Ide bagus, Matt!

Aku mengeluarkan ponselku dari saku kemudian mencari kontak Adam dan menekan tombol call.

"Hai! Bagaimana kab-"

"Halo Adam! Kau sedang a-"

"Hanya bercanda! Hahaha, aku sedang ada keperluan. Teleponlah beberapa saat lagi atau tinggalkan pesan setelah bunyi bip.."

Bip

"Hai Adam! Ini aku, Madison. Bagaimana kabarmu? Telepon aku sesegera mungkin. Da-ah! Aku mencintaimu."

Aku memutuskan panggilan nya.

Perasaanku kalut. Bagaimana jika foto tadi asli? Bagaimana kalau yang dikatakan Matthew benar? Aku tidak tahu apa yang ia lakukan di Newcastle sementara aku berada di London. Mungkin saja Adam memang selingkuh.

Tubuhku terasa lemas, aku bersandar dan berusaha membuat tubuhku rileks. Aku menyandarkan kepalaku kemudian menutup mata. Tak lama setelah itu kudengar suara pintu yang terbuka kemudian kembali tertutup, aku menghiraukannya.

Dapat kurasakan seseorang naik ke kasurku, dengan segera kubuka kedua mataku dan melihat Matthew duduk di sampingku. Tidak terlihat keberadaan Brandon, mungkin ia yang keluar barusan.

"Kurasa yang tadi hanya akal-akalan." Aku menatap nya bingung sambil mencerna ucapannya.

"Apa maksudmu?"

"Menurutku, foto yang Brandon berikan tadi hanya trik."

"Trik apa?"

"Trik untuk mendapatkanmu."

"Apa maksudmu?" Sungguh, aku tidak mengerti mengenai apa yang ia bicarakan.

Ia membuang nafas, "Begini, sudah ku katakan bahwa Brandon menyukaimu. Bisa saja foto tadi hanya permainannya saja."

"Aku tidak mengerti, Matt! Apa yang sebenarnya kau bicarakan?!" Nada suaraku meninggi. Aku benci ketika ia mengatakan sesuatu dengan tidak jelas, seperti sekarang ini.

"Nevermind." Ia bangkit dari kasurku kemudian keluar dari kamar dan meninggalkanku sendirian.

Aku memeluk lututku, mencoba menahan rasa sakitku.

Entah apa yang kurasakan sekarang. Jika foto tadi memang benar, Adam berciuman dengan perempuan lain berarti aku telah membuat kesalahan besar karena aku membentak Brandon sedangkan ia begitu baik padaku, dan Matthew, kurasa ia sudah muak dengan tingkahku.

Air mata mulai membasahi pipiku. Aku terus-menerus menghapusnya dengan ujung lenganku dan sesekali terisak.

Aku benci situasi seperti ini, aku baru saja merasa bahagia karena bertemu Adam siang ini lalu karena mengingat kembali kenangan kami.

Dan sekarang, entah apa yang ada dipikiranku tetapi seakan-akan aku tidak dapat menyangkal rasa sakit ini akibat melihat Adam berciuman dengan perempuan lain.

Apakah itu wajar bagi perempuan London lain? Maksudku, melihat kekasihmu sendiri berciuman dengan perempuan lain, apakah itu wajar? Atau hanya aku saja yang terlalu sensitif?

Mungkin foto itu hanya hasil edit, Mad. Batinku.

Aku kembali menangis. Sungguh, aku tidak dapat menenangkan diriku sendiri. Aku butuh Adam untuk menenangkanku pada situasi seperti ini.

Saat aku larut dalam kesedihan, ponselku berdering tanda panggilan masuk, kuraih ponselku kemudian memeriksa layarnya, Adam. Aku menggeser tombol answer.

Aku menarik nafas panjang sebelum menyapanya. "Hallo?" Sial! Suaraku terdengar aneh karena habis menangis.

"Hai! Madison? What's wrong, babe?" Suaranya terdengar agak samar karena suara ribut di sekitarnya.

"Siapa itu, Dam?" Aku mendengar seseorang mengatakan nya, mungkin Adam sedang berada di rumah temannya yang sedang mengadakan pesta.

"My girl." Ia berhenti sebentar kemudian melanjutkan obrolan mereka, aku menunggu nya menyelesaikan obrolan dengan temannya itu.

Aku terkekeh pelan, ia terdengar begitu manis dengan memanggilku demikian. Aku tahu Adam tidak mungkin bermain di belakang ku, aku tahu ia hanya sibuk.

"Mad? Mengapa memintaku menelepon? Ada yang tidak beres?"

"Nothing, honey." Aku menjawabnya dengan sesekali mengusap hidungku yang terasa penuh.

"Kau yakin?"

Tidak.

"Ya. Bagaimana kabarmu, Dam?"

"Aku baik-baik saja. Kau yakin baik-baik saja? Suaramu terdengar berbeda."

"Berbeda?"

"Ya! Seperti sehabis menangis. Apa kau menangis?"

"Ya,"

"Ada apa, sayang? Ceritakan padaku."

"Aku sangat merindukanmu, itu saja." Aku terpaksa berbohong karena mana mungkin kukatakan yang sebenarnya terjadi. Seperti, "Aku baru saja melihat sebuah foto mengerikan. Dalam foto tersebut kulihat kau berciuman dengan perempuan lain." Tidak mungkin.

"Madison? Are you there?"

"Y-ya! Halo? Ya, Adam, aku masih disini."

"Apa kau mendengarku barusan?"

"Ti-tidak, maaf, aku sedang tidak fokus."

"Um, begini Mad, aku ingin sekali berbicara dengan mu lebih lama tetapi aku ada urusan."

"Urusan? Urusan ap-"

"Bye, honey." Sambungan terputus. Setidaknya berbicara dengannya sangat menghibur ku walaupun ini adalah obrolan yang sangat singkat.

Aku meletakkan ponselku di kasur kemudian berjalan menuju kamar mandi. Berada di bawah pancuran air dingin akan terasa luar biasa saat ini.

Kuraih handuk kimonoku kemudian berangsur ke kamar mandi. Setelah di dalam, kutanggalkan pakaianku satu persatu dan ku sangkutkan di belakang pintu kamar mandi, ada beberapa baju Brandon dan Matthew tergantung disana.

Aku pun masuk ke dalam bilik mandi kemudian menutup tirai mandi yang berwarna peach.

Ku hidupkan shower dan mengaturnya menjadi air dingin. Terasa begitu damai, paling tidak aku dapat menenangkan diri di sini. Setelah beberapa saat membasahi tubuhku dengan air dingin, kumatikan air nya kemudian mulai menggosok tubuhku dengan sabun.

Kudengar pintu berderit terbuka, kurasa Brandon atau Matthew telah kembali. Kuacuhkan suara pintu tersebut dan melanjutkan kegiatanku. Tak lama kemudian kudengar pintu kembali berderit, mungkin ia pergi lagi.

Aku terkejut ketika tirai mandiku terbuka karena ditarik seseorang.

"Astaga! Apa yang kau lakukan, Mad?!" Matthew terlonjak ketika melihatku ada di balik tirai. Spontan ia menutup kembali tirai mandi tersebut.

"Aku sedang mandi, bodoh!" jawabku.

"Bagaimana kalau aku bergabung denganmu?" ucapnya berusaha menjahiliku.

***

Vomment yaa, kawan-kawan!

Loving Can HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang