Part 8

804 38 3
                                    

Matthew mendekapku dengan erat membuat tubuhku mulai menghangat. Dia tidak melepaskan pelukannya hingga aku tertidur. Aku menyukai Matthew saat dia seperti ini, dia memperlakukanku dengan begitu lembut dan tidak menyebalkan seperti biasanya. 

Aku tahu ini salah, aku tidak seharusnya berada di pelukan pria lain. Tapi malam ini aku benar-benar kedinginan sehingga kurasa tak masalah apabila dia memelukku untuk menghangatkanku.

Pagi ini aku terbangun karena alarm yang berdering dari ponselku. Aku melihat Brandon dan Matthew masih tertidur, mereka tidur saling membelakangi, ini lucu sekali. Bahkan saat tidur pun mereka tidak akur.

Aku mengusap wajahku dan mulai merasa lapar. Aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Setelah itu aku membangunkan dua temanku yang masih tertidur dengan pulas ini. 

Matthew bangun lebih dulu dari pada Brandon. Ia tersenyum padaku.

"Apa kau masih kedinginan, Mad?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Tidak."

"Tapi aku tidak keberatan memelukmu walaupun kau tidak kedinginan," ucapnya seraya terkekeh. Aku pun terkekeh mendengar guyonannya. Tak lama setelah itu, ia menuju kamar mandi kemudian aku mulai mendengar suara air yang jatuh dari pancuran.

Sekitar 15 menit setelah Matthew ke kamar mandi, Brandon terbangun dari tidurnya kemudian duduk di tepi kasur dan sekarang kami berhadapan. Dia terdiam beberapa saat. Mata merahnya menatapku lekat-lekat membuatku bingung harus berbuat apa.

"Apa yang kalian lakukan semalam, Mad?" tanya Brandon. Akhirnya dia buka suara, untuk sesaat kupikir dia tengah dirasuki.

"Apa maksudmu?"

"Saat aku pulang, aku melihat pintu kamar kita tidak terkunci. Apakah kalian keluar lagi malam tadi?"

"Tidak. Mungkin Matthew lupa untuk mengunci nya."

"Mungkin. Dan saat aku masuk, aku melihat kalian tidur di satu kasur dan dia sedang mendekapmu, apa yang dia lakukan padamu?"

"Oh, itu," aku terkekeh sebelum melanjutkan kalimatku. "Kami kehujanan saat perjalanan kemari, kemudian aku kedinginan. Sehingga dia menghangatkanku. Aku tidak tahu kalau dia juga tertidur saat memelukku."

"Begitu," kata Brandon singkat. Kami berdua diam. Tidak ada yang melanjutkan sampai beberapa saat.

Kemudian Brandon kembali memanggilku, "Mad," dia menggantungkan kalimatnya. "Apakah kau menyu-"

"Mandi air dingin terasa begitu segar ya, Mad," Matthew yang baru keluar dari kamar mandi memotong ucapan Brandon. Aku tersenyum kecil padanya.

"Giliranmu untuk mandi, Brand," Matthew duduk di tepi kasurnya sambil terus menggosokkan handuk kecil ke rambutnya yang basah. Brandon membuang nafas berat dan bergegas ke kamar mandi.

Aku meraih remot tv dan menyalakannya. Mencari-cari acara yang bagus dan akhirnya aku menonton acara memasak. Sambil duduk bersandar di tengah kasur dan sangat menikmati acara ini.

"Kau tidak sadar ya, Mad?" ucapan Matthew membuatku menoleh padanya.

"Tidak. Apa?" tanyaku.

Ia berjalan ke arahku dan duduk di tepi kasurku, "Kau sungguh tidak sadar?"

"Apa? Soal apa?"

"Brandon," ia mengatakannya sambil berbisik. Aku bingung kenapa tidak ia langsung jabarkan saja maksud pembicaraan ini.

"Tidak."

"Dia menyukaimu, Mad," jawabnya yang membuatku tertawa.

"Matt, kau tidak tahu kami. Kami sahabat sejak SMP. Tidak mungkin dia menyukaiku. Kau sungguh lucu," tanggapku.

Loving Can HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang