Part 4

951 66 2
                                    

"Adam?" Aku berdiri dan berjalan menuju meja mereka. Brandon memanggilku untuk kembali duduk. Ia terdengar panik, mungkin ia mengira bahwa aku akan mengamuk dan mengobrak-abrik café ini.

"Hei! Sedang apa kau disini, sayang?" tanyaku kemudian aku berhenti tepat di samping Adam, kemudian aku meletakkan tanganku di kedua bahunya sambil tersenyum kearah perempuan –yang entah siapa namanya– ini. Perempuan ini terlihat bingung.

"A-aku... Begini, Mad. Ta-tadi ketika aku ing-" Adam terlihat begitu gugup.

"Dan siapa ini, Dam? Temanmu dari Newcastle?" Aku memotong ucapan gagapnya.

"D-dia...," Astaga, Adam! Apa yang salah denganmu?!

"Aku Caitlyn. Kau pasti Madison 'kan?" Dia mengulurkan tangannya sembari tersenyum hangat padaku. Aku merekahkan senyum palsuku. 

Caitlyn? Siapa lagi ini? Selain Bianca, Adam juga dekat dengan Caitlyn, huh? Sesaat aku kira dia adalah Bianca.

"Ya! Bagaimana kau tahu?"

"Adam sering bercerita mengenaimu, kau beruntung memenangkan hatinya, Mad. Di Newcastle, begitu banyak perempuan yang berlomba-lomba menarik hatinya." 

Kedengarannya dia tahu banyak tentang Adam, sebenarnya ada hubungan apa di antara mereka?

"Kau juga termasuk?"

"Kau bercanda? Tidak! Tentu saja tidak. Dia bukan tipeku, hahaha," jawabnya dengan memasukkan intonasi lelucon di dalamnya. 

Aku terkekeh mendengarnya. 'Dia bukan tipeku'. Aku cukup sering mendengar seseorang mengatakan 'Aku tidak menyukainya', 'Aku membencinya', 'Aku tidak mau berurusan dengan orang seperti dia', dan 'Dia bukan tipeku'. Biasanya mereka sebenarnya menyimpan sesuatu dibalik kalimat tipuan itu.

"Tentu saja, pertanyaanku konyol, hahaha," Aku berhenti menatap Caitlyn, pandanganku kembali pada Adam.

"So, kenapa kau bilang tidak bisa menemuiku tadi?" tanyaku diikuti dengan senyum menyindir untuk Adam. Ya! Bisa-bisa nya ia menolak bertemu denganku dan malahan bertemu dengan Caitlyn.

"Aku benar-benar sedang merapihkan barang-barangku tadi, kami pun tidak berencana bertemu. Saat aku sedang ingin membeli sarapan, aku melihatnya di jalan kemudian kita mengobrol sebentar dan akhirnya memutuskan untuk kemari." 

Aku menganggukkan kepalaku.Hm, ternyata seperti itu kejadiannya. Aku telah berburuk sangka pada kekasihku sendiri. Aku tahu kau memang dapat dipercaya, Adam.

"Ya, aku mengerti. Adam, aku ingin pulang, bisa kau mengantarku?" Aku menaikkan kedua alisku menunggu jawaban Adam. Ia terlihat seperti berpikir apakah akan mengantarkanku atau tidak. Terjadi jeda beberapa saat sampai akhirnya aku melanjutkan, "Oh, apa kau akan mengantarkan Caitlyn? Kalau begitu a-"

"Tidak, tidak. Aku akan mengantarkanmu. Cait, kau akan pulang sendiri bukan?" Adam memotong ucapanku. Aku melihat Cailtyn menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Adam berdiri dan mengucapkan salam selamat tinggal pada Caitlyn kemudian melingkarkan tangannya di bahuku dan kami mulai berjalan keluar café. Kami pulang dengan berjalan kaki sambil mengobrol, orang-orang disini terbiasa pulang dan pergi dengan berjalan kaki atau paling tidak menggunakan bus.

Mengenai perlakuannya padaku tadi –di café, jujur saja aku sangat senang. Hampir satu bulan kami tidak bertemu dan akhirnya secara tidak sengaja bertemu di Café Ow-Some. Ditambah lagi ketika aku meminta nya untuk mengantarku pulang, aku sempat mengira ia akan menolak karena akan mengantarkan Caitlyn. Tak kusangka Adam menerima permintaanku. Dan saat ia melingkarkan tangannya di bahuku, maksudku itu memang terdengar biasa saja, tetapi ketika ia berada di depan teman perempuannya dan memperlakukanku demikian itu bagaikan caranya menunjukkan padaku bahwa tidak ada hubungan spesial di antara mereka.

Loving Can HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang