Tinggal beberapa hari lagi pameran akan dibuka. Seminggu terakhir ini pula Febrian sibuk mengurusi semuanya, mempersiapkan potret-potret yang akan ia pajang dengan matang.
Di sela-sela kesibukannya, ia tetap tidak melupakan tugas-tugas sekolahnya. Akan tetapi, beberapa hal penting seperti beristirahat ataupun makan, ia menjadi lalai.
Seperti saat ini, sudah terlambat dari jam makan malam, ia masih tetap berkutat di depan layar komputernya. Hingga teriakkan kecil tak bisa ia hindari.
"Bian! Makan dulu!"
Itu teriakkan dari neneknya. Nenek yang menjadi wali Febrian selama di Bandung ini.
Febrian mendesah. Ia memundurkan kursi, lalu bangkit. "Iya-iya! Ini Bian mau makan!"
Bian: panggilan kesayangan nenek sekaligus kakeknya. Satu kata—Febrian—tetapi memiliki banyak panggilan. Seperti gurunya yang memanggilnya tetap Febrian, teman dan keluarganya yang memanggilnya Brian, nenek dan kakeknya yang memanggilnya Bian, dan ada pula yang memanggilnya Ian. Ada juga beberapa orang yang memanggilnya Rangga. Febrian sendiri tidak mempermasalahkannya.
Satu hal, jangan sekali-kali memanggilnya dengan panggilan 'Febri'. Karena itu malah mengingatkannya pada seseorang.
Oh, sejauh ini tidak penting.
Dengan langkah gontai, Febrian menuju ke meja makan. Lauk makan malam ini begitu sederhana. Dengan omelet yang tersisa satu potongan besar dan saus yang tersedia di dalam botol saus.
Febrian menarik kursinya, lalu duduk. Kendati kemudian, ia mengambil piring lalu memasukkan beberapa centong nasi dan satu potongan omelet itu.
Baru beberapa sendok ia makan, ponsel yang ada di sakunya bergetar. Tidak sekali, namun berkali-kali. Febrian menduga kalau ponsel itu bergetar karena grup chat line. Grup chat yang Samuel buat pada tiga hari yang lalu. Anggotanya pun hanya tiga.
Ternyata Febrian tertinggal jauh.
Samuel : Kabar gembira untuk kita semua.
Ardanial : Sampah.
Samuel : Eh, pantat kuda, gue gak boong. Ada kabar gembira.
Ardanial : To the point.
Samuel : Gue udah nemu gebetan.
Ardanial : Wtf?!
Samuel : Gembira kan?
Dengan gesit, Febrian pun membalas--bergabung meramaikan obrolan.
Febrian : Bisa gak sih, lo gak goblok, Sam?
Ardanial : Wow gembira banget.
Samuel : Hahaha, lucu banget!
Febrian : Emang gebetan baru lo siapa?
Ardanial : Paling-paling omdo.
Samuel : Gue di chat sodara lo, Al. Fay ngechat gue nih.
Samuel : Heh sirik aja lo, Al.
Ardanial : Lo naksir Fay?
Febrian : Fay 'kan gebetannya Nial.
Febrian : Tikungan tajam, Al.
Samuel : Tau aja gue mau nikung.
Ardanial : Lapangan lebar, Sam. Lo mau kapan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Involved
Fiksi RemajaKatanya, jalinan sahabat antara laki-laki dan perempuan tidak ada yang benar-benar murni sebab salah satunya akan menyimpan perasaan, atau keduanya memang saling menyukai. Bagaimana dengan mereka? Adalah Devan dan Rissa yang sudah bersahabat dari k...