Brukk..
Rina yang tadinya akan menyebrang malah kesambar motor dan beruntungnya ada Reyhan di belakangnya yang dengan sigap menangkap Rina.
Posisi mereka sekarang yaitu tangan kiri Reyhan berada dipunggung belakang Rina, menahan beban tubuhnya. Sedangkan tangan kanannya berada dipinggang Rina.
Mereka bertatap-tatapan cukup lama sampai akhirnya salah satu dari mereka memutuskan kontak mata itu.
"Ma..makasih" kata Rina yang langsung berdiri tegap.
"Lo gak papa?" Tanya Reyhan dengan suara lembut yang selama ini tak pernah ia seperti itu ke Rina.
"Gak papa. Makasih ya..." ucap Rina yang menahan kegugupannya.
"Hmm"
"Kok gue jadi gugup gini sih?? Kenapa juga nih jantung gak bisa diajak kompromi sih saat natap matanya tadi?? Aneh!" Batin Reyhan.
Keheningan menyelimuti mereka berdua selama diperjalanan menyusul Raka dan Mamat.
Ting
Raka : Kalian udah dimana?
Sherina : Ini udah dekat.
Raka : oke. Kita ada didepan.
Reyhan yang sesekali melirik Rina yang sedang asik dengan gadget pun penasaran dengan siapa ia berbalas chat.
"Chat ama siapa?" Tanya Reyhan akhirnya memecahkan keheningan.
"Bodoh lo Rey..Rey.. pertanyaan macam apa itu?" Batin Reyhan.
"Ohh.. dengan Raka"
"Dia bilang apa?"
"Dia nanya kalau kita udah dimana. Gue bilang kita udah deket" ucap Rina yang hanya direspon dengan anggukan oleh Reyhan.
Sesampainya, mereka berdua menghampiri Raka dan Mamat yang sudah menuggu di depan.
"Karna semuanya udah ngumpul, jadi sekarang kita langsung bagi tugas. Untuk yang mencatat hal-hal penting itu Rina sama gue. Yang akan mewawancarai itu Reyhan dan yang bakal ngerekam videonya itu Mamat. Ada yang keberatan atau ada yang ingin bertanya?" Jelas Raka panjang.
Semuanya diam seakan memberikan jawaban bahwa mereka sudah mengerti dan gak keberatan sama sekali.
"Oke karna gak ada yang keberatan atau mau nanya, kita langsung saja ke dalam"
Skip
"Siapa diantara kalian yang bisa mengedit video?" Tanya Raka
"Gue!" Jawab Mamat dengan lantang.
"Kalau gitu kita bertiga yang akan buat laporannya" "Kalian berdua maunya sekarang atau besok?"
"Sekarang"
"Sekarang"
Ucap Rina dan Reyhan berbarengan. Mereka menatap satu sama lain karena terkejut. Tetapi mereka tersenyum bersama pada akhirnya.
"Kompak banget sih" kata Mamat dengan nada menggoda.
"Bagus! Kita ngerjainnya di rumah gue saja, kebetulan di rumah gue hanya ada m'bok Inem aja" jelas Raka.
Rina dan Reyhan hanya mengangguk sebagai jawaban.
***
Setelah 15 menit menempuh perjalanan ke rumah Raka akhirnya mereka sampai.
Rumah itu dicat dengan warna putih coklat. Halamannya luas sehingga dimanfaatkan sebagian untuk taman bunga. Rina yang baru turun dari mobil sempat terkagum akan taman bunga itu. Dilihatnya ada berbagai macam bunga yang ditanami di taman itu.
Mereka pun masuk ke dalam rumah Raka. Didalamnya banyak foto yang terpajang didinding bercat putih coklat yang di padukan dengan emas. Sebagian besar perabot yang ada di rumah ini terbuat dari kayu yang telah diukir sedemikian rupa, sehingga rumah ini terkesan klasik.
Semenjak Rina melangkahkan kakinya memasuki rumah itu, ia kagum dengan interior rumah itu.
"Lo ngapain berdiri di situ? Ayok!" ucap Reyhan yang menyadarkan Rina.
"Ehh.. iya!"
Rina pun berjalan mengikuti Reyhan dari belakang menuju ke lantai dua tepatnya di kamar Raka.
Mereka bertiga membuat laporan dalam keadaan tenang.
Sampai akhirnya terdengar suara deringan telefon yang ternyata berasal dari handphone nya Raka.
"Halo"
"......."
"Oh.. Bunda udah nyampe?"
"....."
"Apa gak bisa mas Bimo aja yang jemput?"
"....."
"Ohh.. kalau gitu stengah jam lagi Raka nyampe"
"....."
"Iya"
Raka pun menutup telfonnya.
"Nyokap lo nelfon?" Tanya Reyhan yang sedari tadi mendengar percakapan Raka dengan Bundanya, begitu pula dengan Rina.
"Iya nih.. maaf yaa. Gue harus jemput nyokap dulu dibandara. Soalnya mas Bimo lagi ada urusan mendadak dengan pekerjaannya. Gak apa nih gue tinggal dulu? Gue gak lama kok"
"Santai aja broo... Lo pergi aja, nanti kita yang bakal ngerjain ini"
"Iya Rak, gak papa." Ucap Rina yang dibalas senyuman oleh Raka.
"Kalau gitu gue pergi dulu ya" ucap Raka yang dijawab dengan anggukan oleh Reyhan dan Rina.
Selepas Raka pergi untuk menjemput Bundanya dibandara, saat itu juga mereka berdua dilanda rasa canggung.
Mereka mengerjakan laporannya dalam keadaan hening.
Reyhan yang entah kenapa tiba-tiba kepalanya merasa pusing saat mereka lagi mengerjakan laporan.
"Akhh..." ringis Reyhan seraya memegang kepalanya.
"Lo kenapa?" Tanya Rina panik saat melihat Reyhan yang meringis.
"Engg.. gue ke toilet dulu" kata Reyhan sembari berdiri dan akan menuju toilet.
Tapi belum sampai dipintu kamar, Reyhan berhenti dan terduduk di pinggiran kasur sambil menunduk memegang kepalanya.
Rina yang melihat itu, panik dan menghampirinya.
"Lo kenapa? Kepala lo sakit?" Tanya Rina cemas menyentuh pundak Reyhan pelan.
"Gue gak papa" bohong Reyhan.
"Gak papa gimana! Lo udah pucat gini. Gue ambilin obat ya.."
"Udah gak papa. Gue cuma sedikit pusing"
"Lo keras kepala banget sih dibilangin! Pokoknya gue ambil obat dulu" ucap Rina keluar kamar untuk mengambil obat.
Tidak butuh waktu lama, Rina kembali dengan membawa obat dan segelas air.
"Nih minum obat dulu" ucap Rina lembut.
Reyhan mengambil obat yang diberikan Rina dan meminumnya.
"Sekarang lo istirahat dulu. Nanti gue yang bakal ngerjain laporannya" ucap Rina mendorong tubuh Reyhan sampai ia terlentang di tempat tidur yang berada di kamar itu.
Rina yang akan beranjak meninggalkan Reyhan terhenti karena Reyhan menahan pergelangan tangannya.
Rina yang terkejut akan hal itu berbalik menghadap Reyhan.
"Makasih ya.. Maaf sudah ngerepotin. Tapi sekali lagi makasih" ucap Reyhan tersenyum.
"Hmm" jawab Rina sembari mengerjakan laporan mereka kembali.
-----------
Jangan lupa VoMentnya 😊
Ai lop yu 😘💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Love At First Sight
Teen FictionMungkin banyak yang tidak percaya dengan love at first sight. Tapi, siapa sangka jika ada wanita yang sudah pernah mengalaminya. Dia Sherina, sudah menyukai Reyhan sejak pertama kali melihatnya. Memang aneh rasanya, ia tidak pernah mengalami hal sem...