"A...a...ap..api." ucap Reyhan dengan tergagap. Wajahnya sekarang begitu pucat.
Melihatnya begitu, Rina lantas sangat khawatir dengan keadaan Rey yang sekarang ini. Dipegangnya tangan Rey lembut. Dirasakannya tangan Rey sangat dingin.
"Rey... kamu gak papa?"
Tak ada jawaban. Yang ada hanya gumaman Rey yang mengatakan api."Rey! Kamu kenapa?! Jangan bikin aku takut gini" ucap Rina dengan sedikit membentaknya agar Rey sadar.
Pembentakan Rina membuahkan hasil. Rey yang sekarang sudah kembali pada dunia nyatanya menatap Rina dengan tatapan takut.
"Kamu kenapa Rey? Muka kamu kenapa bisa sampai pucat gitu?" Ucap Rina dengan nada selembut mungkin.
"A..ak..aku... Aku taku..takut dengan api" ucapnya yang sekarang ini sedang menahan nafasnya.
Ya, memang yang ada didepan mereka sekarang ini adalah sebuah kebakaran. Entah itu gedung apa karena memang gedung itu sudah dipenuhi oleh nyala api. Apinya sekarang malah bertambah besar. Dan itu membuat Rey menjadi gemeteran melihat kejadian itu. Tubuhnya sekarang sudah dipenuhi dengan keringat. Tangannya sangat dingin.
Saat itu, Rey merasakan tubuhnya melemah dan sudah tidak dapat ditahan lagi. Akhirnya kegelapan pun menyelimuti Rey.
***
"Bagaimana keadaan Reyhan?" Ucap Sari dengan nada penuh kekhawatiran.
"Reyhan lagi diperiksa tante" ucap Rina yang saat itu mengangkat kepalanya yang tertunduk sedari tadi akhirnya menatap mamanya Reyhan.
Disana sudah ada Rina, kedua orang tua Reyhan, Farhan dan kedua orang tua Rina yang masih menunggu Rey yang saat ini sedang terbaring lemah sambil menutup matanya.
Yang mereka bisa lakukan saat ini hanyalah berharap dan terus berdoa agar Tuhan masih memberikan kesempatan pada mereka untuk melihat senyuman Rey lagi.
Tak lama seorang pria dengan jas putih keluar dari ruangan itu.
"Dok bagaimana dengan anak saya?" Tanya Pak Ardi.
Semua orang yang ada disitu pun menunggu jawaban yang diberikan dokter dengan wajah penuh kecemasan.
"Dia baik-baik saja. Tadi dia hanya pingsan karena traumanya. Tapi sekarang ini dia masih dalam pengaruh obat dan mungkin akan bangun beberapa menit lagi" jelas seorang dokter yang mungkin umurnya sudah berkepala lima.
Semua akhirnya bisa merasa lega mendengar perkataan dokter itu. Kecuali Rina yang kaget akan penjelasan dari dokter tersebut.
"Saya permisi dulu" semua menggangguk dan tak lupa berterima kasih kepada pria itu.
"Rin, kamu mending sekarang makan dulu yaa... daritadi kamu duduk disini tapi perut kamu belum diisi apa-apa" ucap papanya Rina yang diberi anggukan oleh mamanya juga.
"Iya kak, mending makan dulu"
"Tunggu pah. Tan, Rey punya trauma?" Tanya Rina.
"Iya Rin. Reyhan trauma akan api."
"Di..dia sudah lama trauma dengan api?"
"Sejak umurnya 6 tahun"
"Kenapa?"
Kedua orang tua Reyhan sontak saling bertatapan.
"Ehm... Maaf Rin. Tante belum bisa kasih tau" mama Reyhan sungguh sangat menyesal karena sampai saat ini juga dia belum bisa menceritakan kejadian itu.
Bu Sari takut jika ia menceritakan kejadian itu, Reyhan malah akan semakin sakit. Meskipun papanya Reyhan selalu berusaha buat istrinya itu menceritakan apa yang terjadi dengan masa lalu Reyhan, tapi Bu Sari tetap belum siap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love At First Sight
Teen FictionMungkin banyak yang tidak percaya dengan love at first sight. Tapi, siapa sangka jika ada wanita yang sudah pernah mengalaminya. Dia Sherina, sudah menyukai Reyhan sejak pertama kali melihatnya. Memang aneh rasanya, ia tidak pernah mengalami hal sem...