"Kamu tunggu sini dulu ya, aku mau mesen makanan dulu" ucap Reyhan yang dibalas anggukan oleh Rina.
Sambil menunggu Reyhan, Rina mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat. Dan matanya berhenti pada satu titik objek. Ia pun mengerjapkan matanya untuk memastikan kalau ia tidak salah lihat.
"Itu bukannya Sarah ya? Kok dia bisa disini? Bukannya dia ada di Bandung?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Yang sekarang ia lihat adalah teman SMP nya dulu. Dia adalah Sarah, orang yang saat itu suka mem-bully orang. Dan dia sangat ingat saat kejadian 2 tahun yang lalu dimana dia di bully olehnya lalu Refan menolongnya.
"Apa itu bokapnya ya?" Gumamnya. Tiba-tiba...
"Waduh, dia nengok ke sini lagi!" Cepat-cepat Rina menutupi dirinya dengan sebuah menu yang ada di meja itu. Sesekali dia mengintip di balik menu itu. Dan apa yang dia lihat sukses membuat dia melotot.
Sarah mencium pipi orang itu. Dan lelaki itu mencium punggung tangan Sarah."Mungkin itu wajar kali ya anak sama bapak. Ah udah ah, lebih baik gue cepet-cepet aja pergi dari sini sebelum ketahuan. Mana lagi si Rey?" Ucapnya pelan.
"Sorry ya lama, tadi ngantri dulu. Nih!" Ucap Reyhan sambil menaruh 2 mangkuk berisi bakso.
"Rey, kita pergi aja dari sini yuk!" Bagaimanapun juga Rina tidak mau sampai ketahuan oleh nenek sihir itu.
"Loh, emang kenapa? Ini aku udah pesenin bakso buat kamu. Katanya laper" Reyhan benar-benar tidak mengerti jalan pikiran dari pacarnya ini.
"Eng... yaudah baksonya dibungkusin aja. Nanti kita makan dimana kek gitu" Rina mencoba membujuk Reyhan supaya cepat pergi dari sana.
"Ya... yaudah, kamu tunggu aja di dalam mobil. Aku mau suruh masnya buat bungkusin ini" akhirnya Reyhan hanya bisa menurutinya. Kayaknya ada yang disembunyikan dari Rina, tapi ia tidak tau apa itu.
"Makasih sayang... aku ke mobil duluan ya" Rina berdiri dan
Cup
Ia mencium pipi Reyhan dan itu membuat Reyhan terkejut setengah mati.
"Iya... udah sana" ucapnya sambil mengacak rambut Rina sekaligus senang karena dicium sang pujaan hati.
Sementara Reyhan masih menyuruh masnya buat bungkusin bakso itu, Rina diam-diam di dalam mobil memperhatikan gerak-gerik Sarah. Yang dia lihat sekarang ini bukan perlakuan bapak terhadap anaknya, tapi lebih kepada seorang---------pacar.
Enggak,, enggak, walaupun Rina membenci Sarah, tapi dia tidak boleh menuduh Sarah yang enggak-enggak.
Masih dengan memperhatikan Sarah, terdengarlah suara pintu mobil di sebelahnya terbuka dan tak lain itu adalah Reyhan.
"Ya Allah Rey!! Kamu ngagetin banget sih. Aku kirain pencuri yang mau ngebunuh aku!" Ucap Rina asal-asalan.
"Mana ada pencuri setampan aku? Kamu ini ada-ada aja deh. Ngatain pacarnya sendiri pencuri. Hayooo ngaku kamu abis ngapain tadi sampai kaget gitu aku masuk" Reyhan mencoba mencari tau apa yang disembunyikan Rina darinya.
"Aku gak ngapa-ngapain kok"
"Kamu gak bisa boong Sherina sayang. Mata kamu itu gak bisa boongin aku baby!!"
"Beneran aku gak ngapa-ngapain tadi"
"Beneran gak ngapa-ngapain?"
"Iy...iy...iya bener"
"Kok kamu gugup gitu sih? Udah kamu jujur aja sama aku yang? Kamu kan yang bilang sendiri, bahwa nggak ada lagi sesuatu yang kita sembunyiin. Sebagai sepasang kekasih, kita harus menjaga hubungan itu agar tetap bertahan dengan adanya kejujuran dimasing-masing diri kita" Boom!! Habislah riwayatnya sekarang. Apa Rina harus ceritain masa lalunya ke Rey?
"Engg--- itu... aku tadi lagi ngelihatin temen lama aku" Gak ada cara lain selain dia jujur sama Reyhan.
"Temen lama?"
"Iya. Temen SMP aku dulu"
"Trus, temen kamu itu mana? Ngapain kamu lihatinnya?"
"Itu. Yang pake baju merah yang lagi sama lelaki yang pake jas" Rina menunjuk keberadaan Sarah sekarang. Reyhan pun mengikuti arah telunjuknya Rina. Dan ia hanya mengangguk-anggukan kepala.
"Kamu belum jawab pertanyaanku yang kedua" ucapnya kembali menatap Rina.
Sebelum memberitahukannya, Rina menarik nafas dan menghembuskannya perlahan.
"Namanya Sarah. Dia kakak kelas aku waktu SMP. Dan dia---- suka nge-bully aku. Bukan cuma aku, tapi siswa lainnya yang menurutnya sudah mengganggu kehidupannya"
"Kamu pernah di bully??" Tanya Reyhan yang begitu terkejut saat mendapat satu fakta tentang Rina.
"Iya. Aku yang sekarang beda dengan aku yang dulu. Penampilan aku yang sekarang berbanding terbalik ama yang dulu. Teman-teman aku banyak yang ngatain aku cupu. Tapi, aku bersyukur karena sebagian dari mereka masih mau berteman dan perduli denganku" Reyhan yang mendengar itu menjadi sedih karena orang yang ia cintai sekarang pernah mengalami hal-hal yang mungkin gak enak untuk dikenang.
"Maafin aku yang. Aku gak tau kamu pernah ngalamin itu. Aku minta maaf karena udah buat kamu mengingat kembali masa-masa itu" setetes air mata pun jatuh di pipi Rina. Reyhan langsung memeluk Rina saat itu juga. Ia merasa benar-benar bodoh karena sudah membuat cewek yang ia cintai menangis.
"Jangan nangis sayang. Semua itu hanyalah masa lalu. Biarkan itu berlalu bersama kenangan manis yang ada. Dunia itu terus berputar. Kadang kita di bawah, kadang kita di atas. Kita hanya perlu melakukannya sebaik mungkin untuk menghadapi rintangan yang ada"
"Kamu benar Rey, gak seharusnya aku nangisin itu"
"Gitu dong! Senyum nya mana?"
Rina hanya tersenyum memperlihatkan giginya yang putih bersih.
Kruyuk....kruyuk...
"Aku laper..." Reyhan tertawa mendengar suara Rina seperti itu.
"Yaudah. Ini aku udah bungkusin baksonya. Kamu maunya makan dimana?"
"Hmm... " Rina tampak berpikir dan akhirnya dia mendapat sebuah ide. "Gimana kalau di rumah aku aja? Bokap sama nyokap lagi gak ada. Farhan nginep di rumah temannya"
"Kamu maunya kita berduaan aja nih di rumah kamu?" Goda Reyhan.
"Sayang... kita tuh gak berduaan aja di rumah. Ada Bi Mirna di rumah" jelas Rina.
"Yakin nih gak mau berduaan aja?"
"Ih... kamu mah!!" Ucap Rina sambil memukul lengan Reyhan pelan.
"Bercanda sayangku... yaudah kita makan di rumah kamu. Kasian cacing di perut kamu udah ngambek" Rina pun mencubit perut Reyhan saat itu juga.
--------------------
Pleaseee VoMentnya.... 😄
Xoxo
😉😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Love At First Sight
Teen FictionMungkin banyak yang tidak percaya dengan love at first sight. Tapi, siapa sangka jika ada wanita yang sudah pernah mengalaminya. Dia Sherina, sudah menyukai Reyhan sejak pertama kali melihatnya. Memang aneh rasanya, ia tidak pernah mengalami hal sem...