Di pagi hari ini, cuacanya tidak mendukung. Gemercik hujan terdengar di balik jendela. Pagi hari yang amat dingin. Membuat beberapa orang merasa 'kan dingin yang luar biasa. Tubuh mereka menggigil dibuatnya. Hujan yang cukup deras membuat sang surya tak menampak 'kan dirinya. Kehangatan yang biasa ia lakukan, sekarang terhalangi oleh awan-awan gelap. Air yang turun dari langit, menghalangi aktivitas orang-orang itu.
Kini seorang wanita masih asik dengan alam mimpinya. Bergerak-gerak mencari posisi yang aman. Sampai akhirnya ia berada di posisi yang gelap dan pengap. Wanita itu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Sadar akan cuaca yang dingin, ia mencari kehangatan di balik selimut itu. Tanpa ia sadari, seorang wanita lain sedang memanggil-manggil namanya dari balik pintu kamarnya. Suara wanita itu tersamarkan dengan suara jatuhnya hujan, hingga ia tak bisa mendengarnya.
Tiba-tiba terdengar suara alunan musik yang berasal dari samping kirinya. Alunan musik itu, bercampur dengan getaran-getaran. Merasa risih, ia pun mengambil benda itu dengan meraba-raba samping kirinya. Dengan malas, ia mengangkat benda itu dan di dekat 'kannya di telinga.
"Halo" Suaranya khas orang bangun tidur.
"Halo Sher, kamu baru bangun ya? Ini udah setengah tujuh yang" ucap seseorang di balik telfon itu, yang tak lain adalah Reyhan.
"Hmm... baru setengah tujuh Rey" lama ia berfikir sampai akhirnya "HAH?? SETENGAH TUJUH?" Segera ia meloncat dari kasur dan tanpa disangka bokongnya mencium lantai. "Auwwhh"
"Sayang kamu gak papa? Itu apa yang jatoh? Sayang?!" Ternyata sambungan telefonnya masih terhubung.
Yang jatoh tuh gue Reh... Bidadari lo yang jatoh. Aduh! Pake jatoh segala lagi gue.
"Yang aku gak papa"
"Aku jemput kamu ya Sher. Di luar hujan deras" Rina menolehkan kepalanya ke luar jendela dan ternyata di luar memang hujan.
"Iya. Udah, aku mau siap-siap" langsung saja ia ngacir ke kamar mandi dan bersiap-siap.
Sekitar lima belas menit, baru ia siap pergi ke sekolah. Menunggu pacarnya yang ia lakukan sekarang. Sambil menunggu, ia berjalan menuju jendela kamarnya. Membuka tirainya yang tadi masih terbuka sedikit. Pandangannya lurus ke depan. Seakan-akan menikmati hujan itu.
"Gue jadi kangen sama lo Ref. Hujan inilah yang buat gue inget sama lo lagi. Gimana keadaan lo sekarang disana? Pasti nyaman banget kan. Gue harap lo bahagia disana ya Ref. Lo gak perlu khawatir gue lagi disini. Hidup gue lebih bahagia dari sebelumnya" tak sadar setetes air mata pun jatuh di kulit halusnya itu.
Drrttt...drrttt...
Ia menghapus air mata itu setelah mendengar deringan telfon.
"Halo"
"Aku udah di depan"
"Oh iya" ia menutup telfonnya terlebih dahulu dan bergegas turun ke bawah.
Terlihat di sana sudah ada Reyhan, ibunya dan Farhan duduk di sofa ruang tamu. Sedangkan ayahnya sedang pergi ke luar kota untuk urusan bisnis.
"Rin... kamu ini dari tadi mama udah ngetok-ngetok pintu kamarmu tapi kamu tidak mendengarnya" ibunya mengomel karena sekarang sudah telat untuk pergi ke sekolah.
"Maaf ma. Farhan kenapa ma?" Saat ini Farhan duduk di sofa dengan selimut yang membalut tubuhnya. Kedua kakinya di angkat ke atas.
"Dia demam Rin" Rina hanya mengangguk.
"GWS ya dek'" ucapnya yang dibalas dengan senyuman simpul oleh Farhan. "Ya udah aku pergi dulu ya. Udah telat" ucapnya mencium punggung tangan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love At First Sight
Teen FictionMungkin banyak yang tidak percaya dengan love at first sight. Tapi, siapa sangka jika ada wanita yang sudah pernah mengalaminya. Dia Sherina, sudah menyukai Reyhan sejak pertama kali melihatnya. Memang aneh rasanya, ia tidak pernah mengalami hal sem...