Bel masuk berbunyi. Semua siswa masuk ke kelas mereka masing-masing.
Reyhan yang saat itu juga baru datang langsung pergi ke kelas. Disana ia melihat kekasihnya--Rina--sudah bearada di tempat duduknya. Melangkah pelan menuju tempat duduknya dan akhirnya mendaratkan bokongnya di kursi itu.
Reyhan melirik ke samping dan terlihat Rina hanya sibuk dengan gadgetnya sambil menunduk. Karena merasa dirinya belum diketahui keberadaanya sekarang oleh Rina, Reyhan pun berdehem. Dan ya, Rina menolehkan kepalanya ke samping.
Entah kenapa sekarang Reyhan sangatlah gugup. Sambil menetralkan jantungnya ia pun mulai bicara. "Hmm... Rin. Aku---"
Seperti telah membaca pikiran Reyhan, ia pun dengan cepat memotongnya. "Nanti aja kita bahas itu" ia pun kembali sibuk dengan gadgetnya. Sial. Pasti Rina sekarang marah besar, batin Reyhan.
***
Tak sadar bel istirahat akhirnya berbunyi. Setelah memberaskan buku-buku nya, Rina hendak pergi dari kelasnya tapi dihentikan oleh seorang lelaki yang tak lain adalah Reyhan.
"Rin, kita perlu bicara" cegatnya menahan pergelangan tangannya.
Rina pun hanya menatapnya datar. Tanpa menjawab ia menginjak kaki Reyhan dan berlalu pergi.
"Auwwhh..." sontak Reyhan meringis kesakitan selepas kakinya itu diinjak. Pandangannya beralih ke bawah, dan ia pun melihat sebuah benda tergeletak tepat di depannya.
Perlahan ia mengambil benda itu dan membukanya. Matanya melotot setelah melihat apa yang ada di dalam benda itu. Reyhan pun berlari ke luar kelas.
"Ai, Rina mana?" Tanyanya saat sudah berada di kantin.
"Gak tau. Bukannya tadi lo sama dia?" Tanpa menjawab pertanyaan Aika, Reyhan segera berlalu dari sana.
"Yan, liat Rina gak?" Tanyanya kepada Iyan yang saat itu sedang terburu-buru membawa buku.
"Tadi gue liat dia di perpus" setelah menjawab, Iyan segera pergi dari hadapan Reyhan.
Mengetahui Rina berada di perpus, ia pun pergi ke sana.
Ketika sampai didepan pintu, dengan nafas yang ngos-ngosan pandangannya beredar ke seluruh penjuru ruangan. Masih belum melihat batang hidung Rina, ia berjalan masuk ke dalamnya.
Menyusuri di setiap lorong yang berisi rak-rak buku, sampai akhirnya pandangannya jatuh pada meja yang berada di pojok ruangan samping jendela. Di sana terlihat Rina yang sedang membaca buku dengan kedua telinganya ditutupi earphone . Tanpa banyak berpikir, ia menghampiri Rina.
"Rin" panggilnya saat sudah ada dihadapan Rina.
Tak ada jawaban. Rina masih terus fokus pada kegiatannya itu.
"Sherina" kali ini ia duduk dihadapannya lalu menyentuh tangan Rina.
Rina pun mendongakkan kepalanya. Raut wajahnya terlihat kaget. Tapi itu hanya berlangsung sebentar. Rina pun mengubah raut wajahnya datar.
"Kenapa?" Tanya Rina akhirnya.
"Aku mau jelasin soal foto itu Rin" Reyhan memang sudah tau tentang foto itu. Tak ada respon dari Rina, ia pun kembali berbicara.
"Aku-- aku gak ngelakuin itu. Sumpah Rin. Waktu itu aku memang sedang dalam keadaan mabuk, tapi aku gak pernah menyentuh Sarah Rin. Aku---"
"Aku percaya" potong Rina. Mata Reyhan terbelalak kaget. Semudah itukah Rina percaya padanya?
"Kamu--- percaya sama aku?" Tanyanya untuk memastikannya.
"Iya Rey. Aku percaya kok sama kamu. Aku sudah tau semuanya tentang foto itu. Maafin aku ya karena sudah bersikap cuek sama kamu. Aku emang lagi PMS hari ini. Makanya mood aku turun." Jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love At First Sight
Teen FictionMungkin banyak yang tidak percaya dengan love at first sight. Tapi, siapa sangka jika ada wanita yang sudah pernah mengalaminya. Dia Sherina, sudah menyukai Reyhan sejak pertama kali melihatnya. Memang aneh rasanya, ia tidak pernah mengalami hal sem...