-8-

297 7 4
                                    

Keberadaan Deva di tempat kost milik Renata hampir terlupakan olehnya sendiri, kalau saja siang tadi dia tidak mendapat telfon dari bekas muridnya itu. Deva mengatakan bahwa Harris Hamzah, lelaki yang memang seharusnya bertanggung jawab atas kehamilannya, telah setuju untuk membiayai semua kebutuhan Deva dan calon anaknya. Bukan tanpa syarat jika hal itu sampai terjadi. Deva harus tetap merahasiakan siapa ayah dari anak yang dikandungnya, demi menjaga nama baik Harris Hamzah, yang sedang mencalonkan diri sebagai anggota dewan.  

Kemungkinan besar Deva akan tetap tinggal ditempat kostnya yang sekarang. Hanya saja dengan biaya hidup dari Harris. Dia berjanji akan mengembalikan semua uang Renata, namun tentu saja Renata menolaknya.

"Mungkin aku egois, tapi aku sungguh berharap, Stanley berbuat hal serupa pada Cinta dan anaknya, sehingga aku tak perlu malu menjadi istri yang diduakan! Itu menyakitkan!" gumannya dalam hati.

💖💖💖💖💖    

Sedikit terlambat Stanley pulang dari kantor. Bukan karena singgah ditempat Cinta, melainkan karena tumpukan pekerjaan. Wajahnya begitu kusut, hampir sama kusutnya dengan kemeja yang dia pakai. Hanya saja, sekusut apapun, dia tetap terlihat begitu ganteng mempesona.

Kali ini Renata tak sempat melihat kekusutan itu, sebab dia tengah tertidur disofa dengan TV yang masih menyala, serta remote dalam genggamannya. Bahkan satu kecupan dikening tak mampu membuatnya membuka mata. Hal ini menyebabkan Stanley serta merta membawanya dalam gendongan, menuju kamar mereka dilantai dua.  

Cukup lama mata Stanley menatap wajah istrinya yang masih terlelap, meskipun telah berpindah tempat. Walau ada sedikit rasa penasaran, hal apa yang membuat Renata begitu terlelap sampai tak menyadari kedatangannya, namun tetap dia tak berniat mengusik tidur cantiknya.  

Seandainya Stanley tidak teringat pekerjaan kantornya, bisa jadi dia masih berdiri disamping Renata, sambil terus memandangi wajah istrinya itu. Sayangnya dia harus lembur, dan untung juga Renata sudah tertidur, jadi dia lolos dari omelan. Renata kurang suka kalau Stanley membawa pekerjaan kantor ke rumah, apalagi jika harus lembur sampai tengah malam.  

Tanpa menunda lagi, dia bergegas mandi, sebelum Renata membuka mata.  

💖💖💖💖💖

Rasa lapar membuat perempuan berparas cantik itu terbangun. Kaget pastinya setelah dia melihat jam didinding yang menunjukan sudah hampir jam 10. Butuh waktu beberapa saat sampai dia menyadari bahwa seseorang telah memindahkannya dari sofa ke tempat tidur, dan orang itu pasti suaminya sendiri. Tapi dia tak menemukan Stanley disampingnya, seperti seharusnya.  

"Stanley,....kamu dimana?" Renata sedikit berteriak sambil merapikan rambut panjangnya dengan jemari tangannya.

Dia berharap ada jawaban dari dalam kamar mandi. Akan tetapi, tak ada suara apapun dari sana.   Mau tak mau, Renata harus bangkit. Selain karena serangan lapar, dia juga perlu memastikan bahwa suaminya benar-benar telah pulang.  

"Sayang, kamu dimana?!" kali ini suaranya sedikit lebih keras, meskipun dia belum keluar dari kamarnya.  

Sepinya suasana rumah yang memang tidak besar itu, membuat suara Renata tertangkap jelas oleh Stanley yang ada dikamar sebelah. Ia pun menjawab panggilan istrinya dengan teriakan yang sama.  

"Aku disini, sayang.....kamar sebelah."  

Tanpa menunda lagi, Renata memerintahkan kakinya untuk melangkah keluar kamar, menuju kamar sebelah.  

Pintu kayu itu terbuka lebar, sehingga Renata langsung bisa melihat suaminya yang duduk dibelakang meja kerja, dengan ekspresi begitu serius menatap notebook-nya.  

STANLEY CINTA RENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang