-17-

260 9 2
                                    

Keriangan di wajah Renata tak terbantahkan, ketika dia datang menemui Sandra. Sejak berangkat dari rumah, sepanjang perjalanan, tak berhenti dia bernyanyi. Selayaknya ABG yang baru saja ditembak gebetan.

"Hai, Sandra!" sapaannya sengaja dibuat segenit mungkin, sampai sahabatnya harus melempar pandangan jijik padanya.

"Hahahaha.....mukanya kenapa, bu??" langsung dia tarik sebuah kursi dihadapan Sandra, yang berbatasan dengan meja, untuk segera menghempaskan pantatnya disana.

"Iiihh.....biasa aja kenapa sih?! Kesambet kamu?!"

Kaki jenjangnya dia silangkan diatas paha kirinya. Kedua tangannya sibuk mencari sesuatu dalam tas pabrikan negeri Obama, yang belakangan sering dia pakai kemana-mana. Begitu yang dia cari dia dapatkan, tak perlu menunda, dia sodorkan amplop putih sedikit tebal itu pada Sandra. "2 juta. Hutangku yang di pak Abu kemaren."

Menyertakan senyum, diterimanya amplop itu, tanpa perlu membuka isinya. "Ada hasilnya?"

"Kamu pasti ga akan percaya, gila ya,....hebat bener pak Abu itu...... Stanley bakal nyereiin perempuan itu. Dia udah ngasih signal bakal ngelakuin itu," binar mata Renata tampak dengan jelas ketika berkata.

Sambutan Sandra serupa Renata. Ketika sahabatnya bahagia, dia seperti ikut merasakan kebahagiaannya.

"Tuuhh kaaann,.... Ga salah kan aku bawa kamu ke sana?!"

"Aiihh....makasih sahabatku!" masih dengan gaya genitnya dia berkata.

"Ciihh....sok imut! Udah ah! Traktir aku!"

"Hehehe.....pasti aku traktir. Tapi ngutang dulu. Kan duit aku abis buat bayar utang ke kamu. Maklum, kerjaan suami aku lagi sepi."

"Basi banget sih ngomongnya!"

"Hahahahaha....." tawanya begitu gaduh, mengundang beberapa pasang mata untuk menoleh kearahnya.

Sudah lama Renata tak tertawa lepas seperti ini. Sandra senang melihatnya. Sepertinya, sahabatnya telah kembali. Setelah beberapa lama ini, dia seakan berada dalam tekanan.

Tanpa disadari Renata, telah berdiri disebelahnya seorang lelaki bertubuh kurus, tinggi berkacamata minus frame tebal, model besar, seolah menyembunyikan wajah manisnya.

"Renata ya?!" sapanya ramah. Suara merdu itu, Renata seperti pernah mengingatnya.

Spontan dia menoleh, serta sedikit menengadah. "Juna....Arjuna!" efek dari kegirangan yang tadi, terbawa saat melihat lelaki yang ternyata memang dikenalnya, dengan langsung menyalaminya, disusul kemudian dengan saling menempelkan kedua pipi secara bergantian.

"Apa kabar kamu? Ya ampun, aku ga nyangka bisa ketemua disini."

"Baik,....aku baik. Aku juga ga nyangka. Tapi pas denger kamu ketawa, aku langsung kayak keingat seseorang, terus aku noleh, eh ternyata beneran itu kamu."

"Duduk, Jun!" kursi disebelahnya, dia tawarkan untuk Arjuna, dan langsung diduduki lelaki itu.

"Kenalin dulu, ini sahabat aku!" tak lupa, dia kenalkan Sandra padanya.

Menyempatkan berbasa-basi sebentar dengan Sandra, sebelum kembali melanjutkan obrolan dengan Renata, begitulah yang dilakukan Arjuna.

"Tinggal dimana sekarang? Terakhir aku dengar kamu di Jogja."

"Bali. Aku udah 2 tahun disana. Mampir dong kalo pas kebetulan ke Bali."

"Mmm....penginapan gratis nih, Ren," komentar Sandra.

"Haseeekk.... Ide bagus! Kerja dimana sih?"

"Kebetulan aku punya usaha barengan teman, travel agen kecil-kecilan lah. Kerjanya sih kadang nyupir, kadang cuma jualan tiket aja, nyariin hotel juga, gitu deh."

STANLEY CINTA RENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang