-18-

209 7 0
                                    

"Papih pulang!" tangan mungil Malva melambai pada Stanley yang baru saja turun dari mobil. Tentu saja Cinta lah yang menggerakan tangan itu, sebab Malva memang sedang dalam gendongannya. "Asiikk,...papih pulang. Bawa jajan buat Malva, buat Malvin juga," dia menirukan suara anak kecil. Seolah mewakili ungkapan hati anaknya.

Tubuh bongsornya sedikit membungkuk agar bisa mensejajarkan wajahnya dengan Malva.

"Halo, chayang,....anak papih yang cantik udah mandi belum?" selayaknya seorang ayah yang rindu anaknya, Stanley menciumi wajah mungil Malva.

"Udah dong papih. Udah mandi, udah mimik cucu juga," Cinta menjawab pertanyaan Stanley.

"Kakak Malvin mana?"

"Kakak Malvin masih mandi ama suster."

Dia tegapkan kembali badannya. Menatap Cinta, sekedar memberikan senyumannya.

Hanya sebentar, kemudian dia melangkah memasuki rumah kecil bergaya minimalis dengan perabot yang semuanya masih tampak baru. Sebab memang belum setahun rumah itu ditempati.

Segelas air dingin dari lemari es, sedikit mampu memberikan kesejukan ditenggorokannya yang lumayan kering.

"Aku bikinin es sirup ya?" dengan senyuman, Cinta menawarkan.

"Aku lagi diet gula," sebuah penolakan halus, sebelum berlanjut ke kalimat berikitnya. "Ada yang ingin aku omongin. Aku tunggu dikamar," dia palingkan wajahnya, kemudian melanjutkan langkah menuju kamar. Selayaknya air es yang dia minum barusan, seperti itulah dinginnya ekspresi diwajah gantengnya.

'Jleb'

Cinta mencium gelagat yang tidak menyenangkan dari nada bicara suaminya. 2 minggu lebih dia tidak berkunjung, datang-datang sepertinya akan membawa berita buruk untuknya.

"Kamu ga makan dulu?" teriaknya, sebelum Stanley lebih jauh melangkah.

"Aku udah makan dikantor."

"Mandi dulu atau apalah? Biar ga capek."

"Iya ini aku mau mandi."

Sedikit harapan muncul ketika Stanley berkata bahwa dia akan mandi. Bergegas dia mengeluarkan rendaman bunga yang sudah bercampur mantra, dari dalam lemari es. Dia sengaja merendam bunga dari pak Abu dalam toples dan disimpan disana agar tetap segar, dan bisa dipakai sewaktu-waktu saat Stanley datang.

Berbeda dengan Renata yang memasukan rendaman air bunga kedalam ember dan berbohong pada Stanley dengan mengatakan pompa air sedang mati, cara Cinta tidak terlalu menyolok. Dia mencampurkan air tadi kedalam tangki yang memang langsung terhubung kesemua saluran. Setidaknya air itu sudah membasuh tubuh Stanley. Sesedikit apapun, tidak akan berpengaruh. Begitu pak Abu menjelaskan. Untuk itu, dia rela memanjat tangki air yang memang letaknya sedikit lebih tinggi.

Selesai urusan air mandi, dia menyiapkan teh hangat untuk Stanley, yang tentu saja gulanya bercampur dengan gula pemberian pak Abu. Sangat pasti gula tersebut bercampur mantra, sama seperti bunga.

Nanti, setelah Stanley mandi dan minum teh hangat, Cinta tinggal menunggu reaksinya. Biasanya akan sangat manjur. Pak Abu bisa dipercaya untuk urusan seperti itu.

💖💖💖💖💖

Senyum yang berbeda dari yang pertama kali dia datang. Kali ini memang senyuman dari hati. Cinta bisa melihat itu. Karenanya, dia membalas dengan senyuman yang begitu manis. Ditangannya ada nampan berisi secangkir teh dengan asap tipis yang keluar dari permukaan air.

Stanley tahu itu teh untuknya, maka tanpa perlu bertanya, dia langsung mengambilnya, lantas diseruputnya pelan. Rasa hangat mulai menjalar dikerongkongannya, kemudian turun kerongga dada, hingga sampai diperut.

"Ga terlalu manis kan?!"

"Manis banget!"

"Kok gitu? Padahal aku cuma naruh sedikit gula."

"Kan aku minumnya sambil ngeliat kamu."

"Aahh,.....papih gitu deh!" ujarnya manja. Mengundang senyuman suaminya. Saat itulah Cinta yakin bahwa mantra pak Abu, telah bekerja dengan sempurna.

Kedua tangan kekarnya dia letakan dimedua bahu istri keduanya. Tatapan penuh cinta menghujam pada kedua mata perempuan dihadapannya. "Aku minta maaf karna jarang datang. Ya kamu tau lah, banyak kerjaan. Aku butuh banyak uang buat anak-anak, juga kamu. Selain itu, Renata lagi rewel banget. Kamu ga marah kan?!"

Masih dengan kedua tangan yang memegang nampan, Cinta berkata, "ga pa-pa. Aku sudah paham kok."

Sebuah kecupan lembut dikening, diberikan Stanley, luapan rasa rindu selama lebih dari 2 minggu. "Makasih, sayang! Oh ya, kamu ganti baju deh! Aku pingin ngajak kamu jalan-jalan."

Luar biasa perubahan pada Stanley antara sewaktu dia datang, dan setelah dia mandi serta meminum teh yang semua bercampur mantra.

💖💖💖💖💖

STANLEY CINTA RENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang