-26-

305 14 10
                                    

Sejak ada pengasuh si kembar, Stanley lebih suka menghabiskan waktu dikamar tiap dia datang ke tempat istri keduanya. Banyak hal pribadi yang dibicarakan dan tak ingin nantinya akan menjadi konsumsi publik, mengingat status Cinta.

"Renata pergi dari rumah...... Kamu pasti senang mendengar ini," kekosongan pandangannya tampak jelas, meski dia terlihat seolah fokus pada acara tv.

Pertanyaan yang tak memerlukan jawaban, sebab mengarah pada kepastian bahwa dia begitu girang. Nyatanya, Cinta langsung tersenyum selepas Stanley berkata. Kemenangan digenggaman.

"Aku mungkin akan segera nyereiin dia," kalimatnya berlanjut.

Senyumanan makin melebar. Kegirangan dihati bertambah sulit ditutupi. Segeralah dia duduk miring dipangkuan Stanley yang memang sedang menyandarkan punggungnya pada sebuah sofa, dimana posisinya sejajar dengan tv tipis yang menempel di dinding kamar bercat hijau Apel. Kepalanya dia sandarkan pada bahu kanan Stanley. Dari situ, dia bisa leluasa mencium sisa parfum dileher suaminya.

"Ya kamu pasti tau lah gimana sayangnya aku sama kamu. Sampe rela jadi yang kedua."

Reaksi Stanley justru sebaliknya. Tak bergeming meski kini Cinta sudah mulai menyusupkan satu tangannya diantara kemeja Stanley yang beberapa kancingnya sempat dibuka. Pandangannya belum bergeser dari tv.

"Sayang,...." dia berkata pelan.

"Ya?" Cinta berbisik ditelinga Stanley.

"Kamu kenal pak Abu?"

Cinta tidak salah dengar ketika nama pak Abu disebut oleh Stanley. Saat inilah aktingnya sedang diuji. "Siapa? Kayaknya aku baru dengar nama itu. Emang ada apa?" Ditariknya tangan yang sempat menyusup kedalam kemeja Stanley, lalu badannya dia tegakan.

Stanley sempat melirik ketika tangan itu ditarik keluar. Mencari perubahan pada ekspresi Cinta. Sayangnya dia gagal menemukan.

"Bukan siapa-siapa sih."

"Terus kenapa nanya ke aku? Kamu kenal dimana?"

"Calon klien.... Dia datang ke kantor buat urusan proyek. Sepertinya dia kenal sama kamu. Masa sih kamu ga kenal?" Sebutan calon klien pastinya hanya kebohongan semata.

Skak mat!

Cinta salah tingkah mendengar penjelasan Stanley. Terlebih ketika mata Stanley mengarah ke matanya. Membuatnya begitu kikuk.

"Mungkin bekas tetanggaku. Entahlah....aku juga ga bisa ngelarang orang lain buat kenal sama aku kan?!" dia menjawab sekenanya.

"Dan jangan kau pikir perempuan laknat itu tidak berbuat hal yang sama, sehingga kamu belum juga rela meninggalkan dia!"

Perkataan Renata terngiang lagi. Kecurigaan mulai muncul. Pembelaan pak Abu terhadap Cinta, ucapan Renata, pasti ada hubungannya.

Terlintas sebuah ide untuk mencari barang bukti. Dirumah ini pasti ada petunjuk yang mengarah pada hal klenik, jika memang Cinta mempraktekan, seperti yang dituduhkan Renata.

Dia menyorot pada tempat tidur besar disudut kanan tempatnya duduk. Renata menyimpan sebuah benda, sebut saja jimat, dibawah kasur. Maka langkah pertama adalah, mencari dibawah tempat tidur itu juga.

"Sebentar,..." Stanley mengarahkan Cinta untuk berdiri, karena dia sendiri hendak beranjak dari duduk.

Tanpa bertanya, Cinta bangkit dari pangkuan Stanley. Rasa penasaran langsung muncul saat dia menangkap ada yang aneh pada sorot mata besar suaminya.

"Aku tidak suka warna seprei itu," diarahkan telunjuknya pada ranjang. Kemudian dia maju beberapa langkah sambil berkata, "ambilkan aku warna lain!"

STANLEY CINTA RENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang