Part 1 : Cowok itu, Justin?

1.2K 33 9
                                    

Pukul 06.00 pagi sudah berisik sekali diluar, bergegas ku keluarkan masker dan dengan cepat mengikat tali sepatuku. Perjalanan ke kampus hanya memakan waktu kurang dari 1 jam. Seperti biasa aku selalu tiba lebih awal. Karena kelas dimulai pukul 08.30, aku selalu mendengarkan music untuk membunuh waktu.

Setelah beberapa jam, kelas mulai penuh, dia datang dengan mengenakan jaket denim. Dengan pandangannya yang cuek dia duduk di barisan tengah. Dia bernama Justin, mahasiswa popular sejak kemunculannya dikampus. Dimulai saat dia ikut organisasi, jiwa kepemimpinannya mulai terasa. Aku tak tahu mengapa bisa suka dengan dia. Sebagian dari cewek-cewek yang ada di jurusanku, mengatakan bahwa dia seorang cowok cuek, yang tidak peka sama sekali, dan selalu jaga image.

Bisa diketahui lagi sebagian dari cewek-cewek itu mengatakan bahwa dia seorang cowok yang keren, tegas, cerdas, dan berkharisma. Harus ku akui banyak sekali cewek-cewek yang suka dengan dia. Setelah beberapa menit pikiran ku melayang,

"Hey, Jessy! Kamu pagi-pagi udah ngelamun aja." Tepukan dan suara Gisca membangunkanku.

Gisca adalah teman baikku. Dia cewek pendiam sama sepertiku. Tapi arti kata diam ini hanya tersemat saat kita dihadapkan oleh orang yang baru kita temui dan orang yang kita suka. Kami mulai berteman saat sebelum ospek. Lucu sekali kita mulai berteman saat dia mengumumkan siapa yang masuk jurusan sastra inggris di twitter. aku menemukan pengumuman itu, karena aku pun mencari kata kunci sastra inggris itu di twitter.

Aku pun membenarkan posisi duduk ku dan kembali memegang handphone yang ku taruh diatas meja depan ku. 3 jam sudah berlalu, hari ini hanya ada 2 mata kuliah tanpa jeda. Aku mengambil tasku dan bergegas keluar.

"Jess, mau kemana sih? Buru-buru banget" suara Vero pun terdengar lantang.

Vero, cewek satu ini juga temanku. Dia cewek yang sangat suka buku. Dia bela-belain tak makan siang hanya untuk membeli sebuah buku yang lumayan mahal.

"Gak kemana-mana kok, gue pengen diluar aja" jawabku.

Gisca dan Milda pun serentak bilang "mending kita main yuk, ke mall kayak biasa."

Sudah ku duga mereka akan mengatakan seperti itu. "mmm, okay deh kita pergi sekarang saja" balasku sambil membetulkan poni. Karena jaraknya dekat dengan kampusku, kita pun berjalan kaki menuju mall terbesar yang ada di kotaku.

Teman-temanku suka sekali baca buku. Awalnya aku tak terlalu suka memasuki toko buku. semenjak aku kuliah dan berteman dengan mereka, aku mulai menyukai berdiri lama dan membaca buku yang sudah terbuka segelnya di toko buku tersebut.

Milda menepuk pundakku dan bilang " Jess, aku ke bagian buku novel ya!".

"iya silakan.. nanti aku nyusul." Milda ini teman baikku juga. Aku selalu berdebat dengan dia.

Kadang berbicara pun menjadi lo-gue kalau bicara sama dia. Mungkin sudah kelewat akrab, gumam dalam pikiranku.

Saat aku membaca buku psikolog dengan Gisca, aku mendengar suara yang tak asing bagiku, suara yang membuat jantungku berdebar dengan kencangnya.

"Jess.. lagi ngapain lo?" sapa Justin dari kejauhan, beberapa detik pun dia sudah tepat berada didepanku. Gisca menyikutku menandakan sebuah kode, lalu dia pergi.

"Giscaaaaa!!!" teriakku dalam pikiran.

"oh gak, gue cuma banyak buku psikolog judulnya Cara Membaca Pikiran Seseorang Dalam 30 Menit.

"wow.. ngeri banget bacaan lo, jangan-jangan lo tau apa yang gue pikirkan sekarang ya?!" timpanya.

"pengennya sih gitu" tak sadar kata-kata itu keluar dari mulutku.

Justin pun membalas "haha bisa aja lo!" sambil tertawa renyah. Tak lama setelah itu kita membaca buku bersama dibagian psikolog.

Ya tuhan.. mengapa siksaan ini sungguh menyenangkan?! Aku sudah lemas sekali berada disamping dia, kita hanya berjarak 3 cm. berdekatan seperti membuatku ingin pingsan, batinku berkata.

"Mil, Ve, ada good news nih! Jessy sama Justin lagi berduaan di buku bagian psikolog" teriak Gisca sambil kegirangan.

Gisca tak tau kalau suaranya yang keras itu masih terjangkau dengan telingaku. Tapi yang aku takutkan adalah jika Justin mendengar juga.

"Yang bener gis? Finally.." timpa Ve.

Tak mau kalah Milda pun menyahut "Ini sih lebih dari good news, aku yakin tuh Jessy udah mau pingsan".

Serentak Milda dan Ve menaruh buku yang mereka baca dan bergegas mengintip bersama Gisca dibalik tumpukan buku.

Mereka.. Gisca, Vero, dan Milda, lagi-lagi tak tau kalau gerak-geriknya masih terjangkau oleh mataku. Kesal? sudah pasti. Tapi dilain sisi ini membuatku bermandikan keringat dingin, perutku seraya memanggilku untuk dibelikan makanan "lapaaar.. lapaaar", dan.. menyebalkan sekali suara perutku yang lapar itupun terdengar oleh Justin.

"Jess, lo laper? Kalo laper ke Food Court aja yuk! Kebetulan gue juga udah laper sih." ajak Justin.

"Justin ngajak gue makaaaan? orang yang gue suka ngajak gue makan?" batinku teriak sekeras-kerasnya.

Mungkin untuk sebagian orang itu biasa saja, tapi bagi seseorang yang menyukai seorang cowok yang populer, aktif di segala bidang organisasi, cerdas, baik, ya itu luar biasa. Apa lagi orang yang aku suka itu banyak penggemarnya. Bisa dibayangkan betapa susahnya aku untuk bisa dekat dengan dia.


Next chapter

Losing You is Sucks!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang