Part 8 : Permainan hati, bukan main hati

283 13 0
                                    

Aku sempat tak percaya bahwa Justin tidak bisa ikut jalan-jalan bareng ke Dufan.

 "Terus maksud dari pembicaraan soal dia tak akan membiarkan aku sendirian itu apa?!" tanyaku dalam batin. 

Mau marah tapi apa daya aku memang tidak punya hak untuk marah. Teman-temanku saja memaklumi. Keesokan harinya, kita siap berangkat ke Dufan. Dengan mengendarai mobil Andra dan Gisca, kita terbagi jadi 2 pasukan. Pasukan 1 yaitu teletubies yang diketuai oleh Andra, sementara pasukan 2 yaitu power rangers yang diketuai oleh Gisca. 

Tentunya aku bersama Gisca, dan aku kebagian berperan menjadi ranger pink. Padahal warna kesukaanku adalah biru, tapi Milda ngotot ingin jadi ranger biru. Ya dengan terpaksa aku berubah menjadi ranger yang terlalu feminine.

Selama diperjalanan power rangers; Gisca sebagai ranger merah, Milda sebagai ranger biru, Vero sebagai ranger kuning, dan aku sendiri sebagai ranger pink. Meski kita kekurangan satu member yaitu ranger hitam, kita tetap ketawa-ketiwi seperti anak TK. Hal yang paling lucu saat Milda mencoba untuk melempar kacang ke dalam mulutnya. Ia terlalu tinggi melambungkan kacangnya, sehingga saat langsung masuk ke mulut, dia langsung tersedak tak karuan. 

"niatnya mau menyombongkan diri, tapi misi gagal" sindir Vero sambil tertawa terbahak-bahak. 

Aku dan Gisca pun tak mau kalah berlomba tertawa paling keras.

Tak terasa sampai di pintu gerbang Ancol. Kita langsung menuju ke arah parkiran Dufan, lalu memarkirkan mobil dengan tergesa-gesa. Kita baru sadar ternyata mobil power rangers duluan yang sampai. Gisca meminta izin untuk memeriksa ban mobil bagian belakang. Dia merasa bannya sedikit kempes. Tak lama setelah Gisca keluar dari mobil, dia masuk kembali dengan paniknya. 

"Gis, lo kenapa sih? Kayak abis liat bias lo yang bernama jungkook itu deh" tanya aku. 

"tau lo gis, santai aja kali.. gue tau lo pengen banget masuk duluan. Tapi kan kita harus nunggu mobil teletubies yang leletnya minta ampun itu" timpa Milda.

"Sssstt.. girls.. tebak siapa yang gue liat di pintu masuk??" tanya Gisca dengan senyum yang lebar. 

"wah jangan-jangan ada Afgan ya? Ya ampun ayang gue!" tebak Milda sambil ngacak-ngacak tisu. 

"Salah tau! Ah lo Afgan mulu yang dipikirin". 

"mmm pasti bule yang mirip Thomas Brodie Sangster ya? Please kasih tau gue...!!" timpa Vero yang tanpa sadar mencengkram tangan Milda. 

"Ve, lo kalo kumat pilih-pilih tempat bisa gak sih?" Milda kesal tapi matanya masih melirik ke kanan dan ke kiri karena mengharapkan kehadirannya Afgan. 

"menurut gue pasti ada boyband ya? Kan lo suka excited gitu kalo ada acara-acara kpop. Iya kan?" tanya aku dengan tatapan serius kepada Gisca. 

"ah payah nih.. lo semua salah! yaudah lah, mending kita bawa barang-barang kita terus turun. Mobil teletubies udah nyampe tuh" Gisca menunjuk ke arah belakang mobilnya.

Saat kita turun dan mataku langsung tertuju pada pintu masuk Dufan. 

"Dia? Ngapain dia ada disini?" tanyaku pelan. 

Dengan muka yang menyebalkan, dia sibuk melihat smartphonenya. Lagi-lagi memakai topi snapback, memakai kaos hitam dibalut dengan kemeja merah kotak-kotak. Headphone melingkar di lehernya yang tegap. Celana boyfriend jeans yang sedikit longgar, menambah kesan manly pada dirinya. Tak lupa tas ransel kesukaan dia yang menempel di punggungnya.

"oh tuhan mengapa ia begitu hot?!" Jelas sekali kata 'hot' itu sedikit membuatku tertawa. 

"Gis, sekarang gue tau siapa orang yang lo maksud" aku melingkarkan tanganku di tangan kanannya Gisca. 

Kita sama-sama menuju ke tempat pintu masuk Dufan dan mulai mendekati tersangka yang bilang tidak bisa ikut ke Dufan sebelumnya.

"oh jadi ini yang dimaksud gak bisa ikut, hah?!" tanya aku dengan kesalnya. 

"sorry banget Jess, gue sengaja gak ngasih tau lo kalo gue jadi ikut. Niatnya sih mau ngasih surprise gitu.. Tapi gue udah bilang ke yang lain kok" jawab Justin dengan raut muka bersalah. 

Seketika aku langsung menatap ke semua teman-temanku, seketika itu pula mereka pura-pura sibuk dan tak memperhatikanku. 

"DASAR! Sepertinya ini semua adalah scenario buatan mereka!" pikirku. 

"yaudah, yaudah, mending kita masuk sekarang yuuuk.. mumpung masih agak pagi dan tempatnya belum terlalu rame" ajak orang yang paling bijak dari semuanya. Ya orang itu Gisca.

Aku pendam dalam-dalam rasa kesalku ini. Saat ini aku hanya ingin bersenang-senang bareng teman-teman, dan dengan Justin. Wahana permainan yang pertama kita naiki adalah bianglala. Saat kita masuk, Justin duduk disampingku. Aku tak tau harus berbuat apa akan kedekatan ini. Angin yang meniup telingaku menambah geli situasi ini. 

Ditambah tingkah usil Milda yang dengan sengaja mengambil foto aku dan Justin yang sedang mengobrol dengan kamera digitalnya. Aku melotot ke arah Milda, tapi dibalas dengan tertawa geli oleh Milda, Vero, Gisca, dan.. Justin. Bukannya marah, dia malah senang, mukanya seakan-akan memerah, tapi ia sembunyikan dengan nada tertawanya yang renyah. Disini akulah sebagai korban scenario mereka. Justin pun ikut serta dengan permainan hati ini.


Next Part

*Terima kasih bagi kalian yang masih membaca kelanjutan cerita ini :)

*jika ada kritik dan saran untukku bisa langsung komen aja ya

*please jangan ada mirror web atau copast. Hargai setiap karya penulis amatiran seperti aku ini, terima kasih :)

*nantikan cerita selanjutnya ya

Losing You is Sucks!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang