Part 14 : Wisata hati katanya

253 12 1
                                    

*maaf cerita ini baru aku publish. Delay sehari hihi


Aku kembali menjalankan aktivitasku dengan semangat yang berapi-api. 

"go go Jessy" teriakku dengan kerasnya. 

Sepagi ini, tepat pukul 05.00 subuh, aku sudah berlari keliling kompleks perumahan. Dilanjutkan dengan menyiram kebun belakang rumahku. Aku ajak zoy, anjing kesayanganku, untuk jalan-jalan di taman. Aku juga membereskan buku-buku yang tergeletak di meja belajar. Terakhir, aku membantu mama memasak di dapur. Belum sampai jam 11, aku sudah bersantai di belakang rumahku, ditemani buku Sense and Sensibility karya Jane Austen, secangkir iced chocolate dan ditemani musik klasik Air On The G String Suite No. 3, Bwv 1068 karya J. S. Bach. Aku menikmati saat-saat seperti ini, penuh ketenangan, penuh kedamaian, dan penuh rileksasi. Setidaknya aku harus mensyukuri segalanya yang ada dihidupku ini. Kalau harus memikirkan soal cinta, tak akan pernah ada habisnya.

Tidak terasa besok adalah hari keberangkatanku ke Yogyakarta. Kata pak dosen pariwisata, kita harus kumpul di kampus tepat jam 10 pagi, lalu langsung ke stasiun gambir dan naik kereta jurusan Yogyakarta. Setelah sampai disana, kita akan beristirahat di hotel. Baru deh, besoknya jalan-jalan bareng mengitari tempat wisata yang ada di Yogyakarta. Aku benar-benar harus menyiapkan staminaku untuk 6 hari ke depan.

*****

Keesokan harinya aku bangun pukul 05 pagi. Aku tinggal mandi dan sarapan karena semua persiapan untuk ke Yogya telah ku persiapkan tadi malam. Papa mengantarkanku sampai depan Kampus. Tepat pukul 09.30 aku sudah sampai di Kampus. Disana sudah ada Pak dosen pariwisata, Vero, Yoga, dan 20 orang lainnya. Total yang ikut ke Yogyakarta hanya 30 orang, jadi tinggal 7 orang lagi termasuk Milda, Gisca, Andra, Justin dan 3 orang lainnya. Selanjutnya yang hadir adalah Milda, Andra, dan 3 orang lainnya. 

"hi Jess?" Andra menyapaku dengan gugup. 

"hi juga, Dra" jawabku. 

Tinggal Gisca dan Justin yang belum muncul, ku lihat waktu menunjukan pukul 09.50 

"wah 10 menit lagi nih" kataku dengan harap-harap cemas.

Dalam beberapa menit, datanglah sebuah taksi parkir di depan kami. Justin keluar dengan memakai kemeja hitam kotak-kotak, dan tak lupa benda kesayangannya yaitu snapback dan headphone. Dia membawa ransel yang berukuran tidak besar. Tiba-tiba keluar satu orang lagi, Gisca, dia memakai kaos putih dengan jaket denim. Mereka bersama-sama mengeluarkan koper mereka masing-masing dari dalam bagasi taksi. Gisca menghampiri kami dengan cepat 

"fiuh saya gak telat kan pak?" tanya Gisca kepada Pak dosen. 

"gak kamu gak telat, tapi hampir telat. Liat 3 menit lagi kamu hampir bapak tinggalkan" sambil menunjukkan jam tangannya ke arah Gisca. 

"maaf pak" jawab Gisca dengan lesu


Aku sedikit kaget melihat Gisca bareng dengan Justin. Padahal aku tahu betul rumah mereka itu tidak berdekatan. Justin menghampiriku yang masih melihat ke arahnya berdiri. 

"hi Jess?" sapa dia. 

"hi juga, Justin" jantung ini mulai berdetak dengan kencangnya. 

Dengan menaiki bis kampus, kita diantar sampai stasiun gambir. Sesampainya disana, kita mencari kereta yang akan kita naiki. 

"akhirnya ketemu juga" kata Pak dosen. 

Kita bergegas masuk ke dalam kereta dan duduk sesuai urutan nomer pada tiket yang kita pesan. Aku duduk dengan Gisca, depan kita adalah justin dan Yoga. Sementara Vero dan Milda ada di kursi belakang kita. Karena 4 bangku saling berhadapan, secara kebetulan arahku sejajar dengan Justin di dekat jendela. Kita hanya saling menatap. Masing-masing dari kita seperti ingin mengucapkan sebuah kata tapi entah mengapa tertahan di ujung lidah.

Jadwal keberangkatan kereta kita adalah pukul 13.00, sekarang sudah jam 12.30, petugas sudah mulai mengumandangkan kereta yang aku naiki jurusan Yogya ini akan siap berangkat. Pak dosen pariwisata sudah memesan tiket untuk satu gerbong supaya mahasiswa-mahasiswinya tidak berpencar. Beberapa puluh menit berlalu, Untuk menghindari awkward moment, aku melihat ke arah jendela terus, dan ternyata kereta api sudah mulai bergerak secara perlahan semakin cepat. Aku bercanda-canda dengan Yoga dan Gisca. Tadinya Justin hanya asyik memainkan gadgetnya, tapi lama kelamaan akhirnya Justin ikut bercanda dengan kita . Sesekali Justin mencuri pandang ke arahku, aku merasa sekali dia sedang menatapku.


4 jam berlalu, semua energy teman-temanku sudah mulai terkuras. Aku sama sekali tidak sadar bahwa Justin tidak ada di bangkunya, Gisca juga tak ada. 

"aduh gue ketiduran kali ya?!," ujarku. 

Mulailah muncul pemikiran yang tak patut aku curigai. Setelah 15 menit berselang, Justin datang 

"hi Jess? Udah bangun?" tanya dia basa-basi. 

"hi juga. Udah, lo dari mana?" tanyaku dengan nada sedikit tinggi. 

"mmm itu.. dari toilet" jawab dia dengan gugup. 

"oh toilet". 

dan dengan tiba-tiba Gisca muncul 

"hi Gis, dari mana? Kok tiba-tiba HILANG?" aku menekankan kata 'hilang' itu kepada Gisca. 

"eh.. dari toilet kok Jess". 

"oh dari toilet. JUGA.." sekali lagi aku menekankan kata 'juga' kepadanya. 

Lalu Gisca duduk dengan sedikit canggung, terlihat sekali dia canggung karena dia memainkan ujung bajunya. Itu lah kebiasaannya kalau sedang gugup, canggung, atau panik.

Aku buru-buru memakai earphone untuk menghindari situasi tersebut. Terdengar lagu dari Kahitna – aku, dirimu, dirinya. Aku luruskan pandanganku ke arah jendela. Sempat aku berpikir 

"sebenernya apa sih yang mereka rahasiain dari aku? Ada hubungan apa Gisca dan Justin? Jangan-jangan cewek yang ada di hati Justin itu Gisca? Tapi mereka kan umurnya sama. Tapi dari bulan, Justin itu kan September sedangkan Gisca Februari?" dengan cepat aku hapus semua pertanyaan itu. 

Namun, mana mungkin Gisca dan Justin melakukan hal setega itu kepadaku. Dari melamun hingga akhirnya aku terlelap dengan beribu tanda tanya yang semerawut di otakku. Pada saat aku membuka mata, aku melihat Justin sedang menatapku lekat. 

"ya ampun jangan-jangan dari tadi gue tidur, dia menatap gue kayak gitu?" pikirku.

Aku tak bisa membayangkan muka aku sedang tidur itu seperti apa, pasti memalukan sekali. 

"ada apa Justin?" tanyaku dengan malu. 

"gak, gak apa-apa. Gue cuma lagi mandang lo aja, boleh kan?" jawab dia dengan senyum mengembang. Pas sekali lagu yang sedang mengiang ditelingaku adalah When I Look at You dari Miley Cyrus. 

"ya tuhan, kenapa siksaan yang menyenangkan harus hadir disaat-saat seperti ini?" aku berteriak dalam hati sambil menatap balik Justin. Aku tidak menjawab pertanyaan Justin, karena aku pikir itu bukan sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban.

Sampai sekarang dia masih menatapku dengan lekat. Dia menggunakan tangan kanannya untuk menopang kepalanya. Biasanya aku selalu menghindar kalau dia sedang menatapku karena malu, tapi kali ini aku sama sekali tidak menghindar dari tatapannya itu, aku malah balik menatapnya. Aku tahu membisunya kita memunculkan seribu tanda tanya. Aku tidak mempedulikan Yoga atau Gisca yang sedang memperhatikan kita atau tidak. Lama-kelamaan Justin mulai menutup matanya 

"ya ampun dia malah tidur" kataku sambil menggerutu dalam hati.



Next Part 15

*terima kasih bagi kalian yang masih setia membaca Losing You is Sucks!

*jika menurut kalian ceritanya ada yg freak atau random, bisa langsung komen ya. Aku sangat menghargai kritik dan saran dari kalian. Jika kalian baper atau suka sama ceritanya, tinggal vote aja okay-okay^^

Losing You is Sucks!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang